c. Optimasi ukuran saringan Penyaringan minuman isoflavon campuran susu kedelai dan susu
tempe hitam menggunakan 2 ukuran saringan yaitu 150 dan 300 mesh. Penyaringan diperlukan untuk memperoleh produk yang berkualitas
sensori terkait ukuran partikel dan mikrobiologi. Hasil dua penyaringan dibandingkan kandungan mikrobanya. Penyaringan
yang menghasilkan susu dengan kandungan mikroba memenuhi standar mutu digunakan sebagai bagian proses pembuatan minuman isoflavon.
2. Formulasi Minuman
Isoflavon
Formulasi pembuatan minuman isoflavon dilakukan dengan membuat campuran dari susu kedelai dengan susu tempe hitam. Formulasi
dilakukan berdasarkan perbandingan volume susu kedelai dan susu tempe hitam yang dicampurkan, serta berdasarkan penggunaan variasi ukuran
saringan. Penentuan formula terbaik dilakukan dengan uji organoleptik Hedonik dan uji aktivitas antioksidan. Formulasi minuman isoflavon
disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Formulasi Minuman Isoflavon
No Kode Volume susu
kedelai Volume susu
tempe hitam Ukuran saringan
mesh 1 A
80 20
150 2 B
80 20
300 3 C
70 30
150 4 D
70 30
300 5 E
60 40
150 6 F
60 40
300
3. Pembuatan Susu Bubuk Varnam dan Sutherland, 1994
Susu bubuk dibuat dari hasil formulasi terbaik minuman isoflavon. Pembuatan dilakukan menggunakan pengering semprot pada suhu inlet
180
o
C dan outlet 70
o
C.
4. Analisis Mutu Produk a. Aktivitas antioksidan metode DPPH Yamaguchi et al., 1998
Ekstraksi sampel
Sebanyak 10 ml sampel ditambah 90 ml metanol 80, kemudian dishaker 24 jam, 240 rpm dalam kondisi tertutup alufo. Setelah 24 jam
disaring dengan pompa vakum, ditutup rapat, lalu dievaporasi suhu 40
o
C dengan rotary evaporator sampai volume akhir 9 ml. Volume diatur sampai 10 ml dengan menambahkan metanol 80, kemudian
dimasukkan dalam botol gelap dan simpan dalam freezer.
Analisis aktivitas antioksidan
Sebanyak 800 μl larutan bufer Tris-HCl 100 mM ditambahkan pada
200 μl larutan sampel atau BHA standar, kemudian ditambahkan 1
ml larutan DPPH 0.2 mM kemudian divortex. Disimpan dalam ruang gelap pada suhu ruang selama 20 menit, kemudian diukur absorbansi
pada
λ 517 nm.
[ ]
100 x
A A
A A
n antioksida
Aktivitas
a c
b a
− −
= A
a
= Absorbansi DPPH tanpa sampel A
b
= Absorbansi campuran sampel dan DPPH A
c
= Absorbansi sampel tanpa DPPH
b. Uji mikrobiologi total kapang dan total mikroba Fardiaz, 1987
Sampel dengan pengenceran 10
-3
, 10
-4
dan 10
-5
dimasukkan dalam cawan petri steril. Untuk setiap pengenceran digunakan dua cawan
duplo. Kemudian ke dalam cawan tersebut dituang media PDA steril untuk uji total kapang atau media PCA steril untuk uji total mikroba
sebanyak 10-15 ml. Media tersebut telah didinginkan hingga suhunya 47-50
o
C. Cawan berisi agar yang sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30
o
C selama 2 hari.
c. Uji hedonik Rahayu, 1998
Sampel diuji tingkat penerimaannya oleh panelis. Uji menggunakan 20-25 panelis agak terlatih. Penerimaan terdiri atas 7 tingkat yaitu
sangat suka, suka, agak suka, netral, agal tidak suka, tidak suka dan sangat tidak suka. Data hasil uji dianalisis dengan analisis sidik ragam
dan uji lanjut uji Duncan.
d. Uji kelarutan Apriyantono et al., 1989
Kertas saring dikeringkan dalam oven 50
o
C selama 30 menit dan ditimbang. Dilakukan penyaringan terhadap 0.75 g produk yang
dilarutkan dalam 100 ml akuades. Kertas saring dikeringkan dalam oven 100
o
C selama 3 jam kemudian ditimbang.
e. Analisis proksimat
i. Kadar air metode oven vakum AOAC, 1995
Cawan alumunium dikeringkan dalam oven bersuhu 100
o
C selama 15 menit, dinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian
timbang W
1
. Sebanyak 5 gram contoh ditimbang dalam cawan tersebut W
2
. Cawan berisi sampel dipanaskan dalam oven vakum T = 70
o
C, 25 mmHg selama 5 jam atau hingga tercapai berat yang tetap. Selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 15
menit, kemudian ditimbang W
3
. ⎥
⎥ ⎦
⎤ ⎢
⎢ ⎣
⎡ −
− =
100 W
- 100
air Kadar
1 2
3 2
x W
W W
ii. Kadar protein metode Kjedahl AOAC, 1995
Sampel ditimbang sebanyak 0,1-0.15 gram lalu dimasukkan ke dalam labu Kjehdahl 30 mL. Di dalam labu ditambahkan 2ml
100 sampel
kering berat
residu berat
sampel kering
berat Kelarutan
x −
=
H
2
SO
4
, 40 mg HgO dan 1.9 mg K
2
SO
4
. Sampel didihkan selama 1- 1.5 jam sampai cairan menjadi jernih, setelah itu didinginkan
dengan menambahkan air perlahan-lahan. Isi labu kemudian dipindahkan dalam alat destilasi. Cuci dan bilas labu 5-6 kali
dengan 1-2 ml air, air cucian dipindahkan ke alat destilasi. Erlenmeyer 125 ml berisi 5 ml larutan H
3
BO
3
dan 2-3 tetes indikator metil merah-metilen blue, kemudian diletakkan di bawah
kondensor. Ujung tabung kondensor terendam dalam H
3
BO
3
kemudian ditambah 8-10 ml NaOH-Na
2
S
2
O
3
dan didestilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Isi
erlenmeyer diencerkan sampai 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N.
100 007
, 14
x contoh
mg NHCl
blanko ml
HCl ml
N Kadar
× ×
= 25
, 6
protein Faktor
× N
Kadar =
kasar otein
Pr
iii. Kadar abu AOAC, 1995
Cawan alumunium dikeringkan dalam oven bersuhu 100
o
C selama 15 menit. Didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian
dtimbang W
1
. Sebanyak 3-5 gram contoh ditimbang dalam cawan tersebut W
2
. Cawan berisi sampel dibakar dalam tanur selama 5 jam atau hingga tercapai berat yang tetap. Selanjutnya
didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang W
3
. 100
2 1
3
x W
W W
abu Kadar
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
iv. Kadar lemak metode destilasi BSN, 1992
Sebanyak 1-2 g sampel dimasukkan dalam selonsong kertas yang dialasi kapas, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80
o
C selama 1 jam. Setelah 1 jam dimasukkan dalam alat Soxhlet yang
dihubungkan dengan labu lemak. Sampel dalam labu lemak
diekstrak dengan pelarut lemak selama 6 jam. Ekstrak lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat yang
konstan. 100
2 1
x w
w w
b b
lemak Kadar
− =
f. Penentuan rendemen Apriyantono et al., 1989
g. Kadar isoflavon metode HPLC Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen
Sampel sebanyak 2 gram ditimbang, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40
o
C selama 6 jam. Selanjutnya sampel diekstrak dengan metanol absolut 3x50 ml dalam labu pemisah, kemudian
ekstrak ditampung dan diinkunbasi pada suhu 4
o
C selama 24 jam. Cairan ekstrak di freeze drying sampai keriing, kemudian dilarutkan
dalam 10 ml larutan asam asetat 30 dan asetonitril. Selanjutnya ekstrak di sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 20 menit,
cairan yang jernih disaring dan diinjeksikan ke HPLC dengan fase gerak asetonitril : air 60 : 40
100 x
cair kedelai
susu me
berat volu bubuk
kedelai susu
Rendemen =
FORMULASI DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN ISOFLAVON BUBUK
Optimasi pembuatan susu kedelai dua waktu perendaman
Uji sensori Optimasi menghasilkan susu terbaik
Proses pembuatan warna, aroma
susu kedelai yang dipakai Susu kedelai
Susu tempe hitam Pencampuran
Tiga jenis konsentrasi Dua ukuran saringan
penambahan susu tempe hitam DASAR FORMULASI MINUMAN ISOFLAVON
Uji organoleptik dan Uji aktivitas antioksidan Formula terpilih
minuman isoflavon cair Pengeringan semprot
Minuman isoflavon bubuk Uji mutu produk
uji proksimat, uji kelarutan, mikrobiologi, aktivitas antioksidan, kadar isoflavon Gambar
2. Diagram alir formulasi dan aktivitas
antioksidan minuman isoflavon bubuk
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. BAHAN BAKU MINUMAN ISOFLAVON 1. Susu Kedelai
Susu kedelai merupakan produk pangan yang telah banyak mengalami pengembangan dalam proses pengolahannya, mulai dari
pengolahan tradisional sampai pengolahan modern di industri komersial. Prinsip dasar semua proses pengolahan tersebut secara umum adalah sama,
yaitu terdiri dari perendaman, penghancuran biji kacang kedelai, penambahan air, proses ekstraksi, pemanasan dan penambahan Bahan
Tambahan Pangan BTP berupa pemanis dan flavor Heinnermen, 2003. Beberapa perbedaan yang muncul sebagai variasi dari proses yang
sudah ada, banyak dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam produk akhir susu kedelai. Tujuan tersebut antara lain seperti
penghematan biaya produksi, peningkatan jumlah rendemen serta peningkatan kualitas sensori. Salah satu variasi yang berbeda adalah dalam
proses perendaman yang akan berpengaruh terhadap jumlah rendemen dan kualitas sensori susu kedelai yang dihasilkan Shurtleff dan Aoyogi,
1984. Proses pembuatan minuman isoflavon menggunakan variasi waktu
perendaman sebagai proses optimasi produk akhir. Optimasi yang dilakukan menggunakan lama perendaman yang berbeda yaitu dua jam
dan dua belas jam. Hal ini bertujuan untuk menentukan lama perendaman yang tepat, yang dapat menghasilkan susu kedelai dengan kualitas sensori
yang lebih baik. Menurut Shurtleff dan Aoyogi 1984, serangkaian tes dapat
dilakukan dengan meminta panelis untuk menentukan kualitas sensori produk. Dalam prosedur pengembangan produk baru, tes panelis terhadap
kualitas sensori digunakan untuk menguji teknis proses pembuatan produk yang tepat, rasa manis dan aroma langu yang ada. Untuk melakukan uji ini
minimal menggunakan dua belas panelis.