80 Usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung jika
dilihat dari aspek ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari tenaga kerja yang digunakan pada usahatani jamur tiram putih yang
berasal dari daerah tersebut. Berdasarkan aspek budaya usahatani jamur tiram putih tidak mengganggu
atau merusak kebiasaan masyarakat sekitar lokasi usahatani baik dilihat dari agama, nilai sosial dan norma sosial masyarakat. Petani pendatang juga ikut
berbaur dengan masyarakat sekitar yang asli. Berdasarkan hal tersebut maka dari aspek ekonomi dan sosial usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan
Megamendung layak untuk dijalankan.
7.1.5 Aspek Lingkungan
Dampak lingkungan dengan adanya usahatani jamur tiram putih adalah limbah plastik bag log dan limbah serbuk gergaji bag log. Penanggulangan limbah
plastik dilakukan oleh para tenaga kerja dengan cara limbah plastik tersebut dijual kepada penampung barang bekas yang berada di sekitar lokasi usahatani. Limbah
yang berupa serbuk gergaji dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dijadikan pupuk organik, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadi
manfaat tambahan bagi masyarakat sekitar usahatani dan para tenaga kerja.
7.2 Analisi Kelayakan Ekonomi Usahatai Jamur Tiram Putih
Perhitungan kelayakan ekonomi dilakukan dengan melihat pendapatan bersih tambahan incremental net benefit yang merupakan selisih antara
pendapatan bersih hasil usahatani dengan pendapatan bersih ketika tidak ada usahatani. Total manfaat dan biaya yang diperoleh dinilai dalam bentuk sekarang
81 present value. Hasil perhitungan analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih
dapat dilihat pada Tabel 19.
T
abel 19. Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung
Kriteria Kelayakan Usahatani
Non Plasma A Usahatani
Non Plasma B Uasahatani
Plasma Kelayakan
NPV ribu rupiah 2 447 219.56
129 589.37 821.62
layak IRR
61.44 59.32
9.17 layak
Net BC 2.94
2.52 1.09
layak Sumber: Data primer diolah, 2012
Berdasarkan kriteria ekonomi yang telah dilakukan dengan umur usahatani selama lima tahun, nilai NPV dari ketiga jenis usahatani yang ada menunjukkan
nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung dapat mendatangkan keuntungan bagi
petani selama melakukan usahataninya selama lima tahun, sehingga berdasarkan kriteria NPV ketiga usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan
Megamendung layak untuk dijalankan, rincian analisis ekonomi usahatani non plasma A dapat dilihat pada Lampiran 8 dan rincian analisis ekonomi usahatani
Non plasma B dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai NPV terbesar dari ketiga jenis usahatani yang ada, yaitu usahatani
non plasma A dengan nilai NPV sebesar Rp 2 447 219 560
.
Hal ini di karenakan usahatani non plasma A memiliki arus masuk dan arus keluar terbesar dari pada
usahatani non plasma B dan usahatani plasma. Nilai IRR dari ketiga jenis usahatani yang ada lebih dari discount rate
yang berlaku, yaitu 5.49. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi pada usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung akan lebih
menguntungkan dibandingkan jika dana yang dimiliki ditabung di bank, sehingga
82 usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung layak untuk
dijalankan berdasarkan kriteria IRR. Nilai IRR terbesar dari ketiga jenis usahatani yang ada, yaitu usahatani
non plasma A sebesar 61.44. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan pada usahatani non plasma A sebesar 61.44.
Perhitungan Net BC dari ketiga jenis usahatani yang ada menghasilkan nilai lebih dari satu. Nilai Net BC terbesar dari ketiga jenis usahatani yang ada,
yaitu usahatani non plasma A sebesar 2.94 Nilai Net BC dari ketiga jenis usahatani yang ada usahatani non plasma A memiliki nilai Net BC terbesar, yaitu
2.94 Usahatani non plasma A memiliki nilai NPV, IRR dan Net BC terbesar karena biaya investasi yang di keluarkan dan pendapatan yang diterima oleh
usahatani non plasma A lebih besar dari pada usahatani non plasma B dan usahatani plasma. Rincian biaya investasi usahatani non A plasma dapat dilihat
pada Lampiran 10. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung menguntungkan, sehingga
berdasarkan kriteria Net BC usahatani jamur tiram putih layak untuk dilaksanakan.
Adanya pemanfaatan limbah bag log oleh masyarakat menyebabkan limbah bag log yang sebelumnya berdampak negatif yaitu menyebabkan
pencemaran tanah menjadi berdampak positif bagi lingkungan sekitar yaitu berupa penerimaan dari penjualan pupuk organik dan plastik bekas bag log, sehingga
menimbulkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Perolehan manfaat ekonomi terbesar diterima oleh masyarakat sekitar usahatani non plasma A dan
tenaga kerja yang bekerja pada usahatani non plasma A. Masyarakat sekitar
83 usahatani non plasma A dalam satu tahun dapat menghasilkan pupuk organik
sebesar 1 000 kgtahun setara dengan Rp 333 330tahun dan tenaga kerja usahatani non plasma A memperoleh limbah palstik bag log sebesar 15 kgtahun
setara dengan Rp 10 500tahun. Hal ini terjadi karena usahatani non plasma A memproduksi bag log terbesar.
Manfaat ekonomi terkecil dari hasil pembuatan pupuk diperoleh masyarakat sekitar usahatani plasma dan hasil limbah palstik bag log terkecil
diperoleh tenaga kerja pada usahatani plasma, namun usahatani plasma layak untuk dilaksanakan berdasarkan analisis ekonomi sedangkan berdasarkan analisis
pendapatan yang dilakukan tidak layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pada analisis pendapatan tidak menghitung manfaat yang didapat
oleh masyarakat dari hasil pembuatan pupuk organik dan manfaat yang diperoleh tenaga kerja dari penjualan plastik bekas, pada analisis ekonomi hal tersebut
diperhitungkan. Manfaat yang diperoleh masyarakat dari hasil pengolahan limbah serbuk gergaji bag log menjadi pupuk organik pada usahatani plasma sebesar 250
kgtahun setara dengan Rp 83 332.5tahun dan manfaat yang diperoleh tenaga kerja dari hasil penjualan plastik bekas sebesar 7.5kgtahun setara dengan
Rp 3 150tahun.
VIII. ANALISIS SENSITIVITAS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN MEGAMENDUNG
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat bagaimana hasil usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung jika terjadi penurunan
harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg. Harga jamur tiram putih segar yang semula Rp 7 500.00kg menjadi Rp 7 450.00kg. Hal ini mengakibatkan
penerimaan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung mengalami penurunan. Hasil
perhitungan analisis sensitivitas ketika harga jamur tiram putih segar mengalami penurunan sebesar Rp 50.00kg dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Analisis Sensitivitas dengan Menurunkan Harga Jamur Tiram Putih Segar Sebesar Rp 50.00kg di Kecamatan Cisarua dan
Kecamatan Megamendung
Kriteria Kelayakan Usahatani Non
Plasma A Usahatani Non
Plasma B Uasahatani Plasma
NPV ribu rupiah 2 385 901.53
116 982.62 -839.11
IRR 59.87
53.93 1.67
Net BC 2.88
2.35 0.91
Kelayakan Layak
layak tidak layak
Sumber: Data primer diolah, 2012
Kriteria kelayakan ekonomi dari ketiga jenis usahatani jamur tiram putih yang ada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, usahatani non plasma A dan
usahatani non plasma B memiliki nilai NPV positif dan lebih kecil dari kondisi awal ketika belum dilakukan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jamur
tiram segar sebesar Rp 50.00kg. Hal ini terjadi dikarenakan arus kas masuk usahatani non plasma A dan non plasma B mengalami penurunan. Berdasarkan
kriteria NPV usahatani non plasma A dan usahatani non plasma B di Kecamatan Cisarua dan Megamendung jika terjadi penurunan harga jamur tiram sebesar
Rp 50.00kg layak untuk dijalankan. Rincian cashflow analisis sensitivitas
85 usahatani non plasma A ketika harga jamur tiram putih diturunkan sebesar
Rp 50.00 dapat dilihat pada Lampiran 11. Usahatani plasma memiliki nilai NPV
negatif yaitu sebesar
Rp -839 110.00 dan mengalami penurunan sebesar Rp 1 660 720.00 yang semula
sebelum dilakaukan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg sebesar Rp 821 620.00, hal ini menunjukkan
bahwa usahatani plasma tidak layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg, apabila usahatani plasma dijalankan
petani akan mengalami kerugian sebesar Rp -839 110.00. Rincian analisis ekonomi usahatani plasma dapat dilihat pada Lampiran 12. Hal ini disebabkan
karena arus kas keluar pada usahatani plasma lebih besar dari pada arus kas yang masuk. Rincian casflow analisis sensitivitas usahatani plasma ketika harga jamur
tiram putih diturunkan sebesar Rp 50.00 dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai IRR dari ketiga jenis usahatani yang ada, usahatani non plasma A
dan usahatani non plasma B memiliki nilai IRR lebih dari discount rate yang berlaku dan nilai IRR mengalami penurunan dari pada kondisi awal ketika belum
dilakukan analisis sensitivitas. Hal ini menunjukkan berinvestasi pada usahatani non plasma A dan usahatani non plasma B jika terjadi penurunan harga jamur
tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg tetap menguntungkan jika dibandingkan jika dana yang dimiliki ditabung di bank, sehingga usahatani non plasma A dan
usahatani non plasma B layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi ini. Penurunan nilai IRR dikarenakan arus kas masuk usahatani non plasma A dan non
plasma B mengalami penurunan. Rincian cashflow analisis sensitivitas usahatani
86 non plasma B ketika harga jamur tiram putih diturunkan sebesar Rp 50.00 dapat
dilihat pada Lampiran 14. Usahatani plasma memiliki nilai IRR kurang dari discount rate yang
berlaku, yaitu sebesar 1.67, selain itu nilai IRR usahatani plasma mengalami penurunan sebesar 7.50 dari kondisi awal ketika belum dilakukan analisis
dengan menurunkan harga jemur tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg sensitivitas IRR sebesar 9.17. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi di
usahatani plasma jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00kg akan mendatangkan kerugian sehingga lebih baik dana ditabung di
bank dari pada diinvestasikan pada usahatani plasma. Nilai Net BC dari ketiga jenis usahatani yang ada, usahatani non plasma
A dan usahatani non plasma B memiliki nilai Net BC lebih dari satu dan lebih kecil dari pada kondisi awal ketika belum dilakukan analisis sensitivitas dengan
menurunkan harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 50.00. Hal ini terjadi dikarenakan arus kas masuk usahatani non plasma A dan non plasma B
mengalami penurunan. Berdasarkan kriteria Net BC usahatani non plasma A dan usahatani non plasma B di Kecamatan Cisarua dan Megamendung jika terjadi
penurunan harga jamur tiram sebesar Rp 500.00kg akan menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
Nilai Net BC dari ketiga jenis usahatani jamur tiram putih, usahatani non plasma A memiliki nilai terbesar, yaitu 2.88 dan nilai Net BC usahatani non
plasma A mengalami penurunan sebesar 0.06, dari kondisi awal ketika belum dilakukan analisis sensitivitas sebesar 2.94. Usahatani plasma memiliki nilai Net
BC terkecil dan kurang dari satu, yaitu 0.91. Nilai Net BC usahatani plasma
87 mengalami penurunan sebesar 0.18 dari kondisi awal ketika belum belum
dilakukan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jamur tiram putih sebesar Rp 50.00kg Net BC sebesar 1.09. Riancian cashflow usahatani plasma
dapat dilihat pada Lampiran 11. Hal ini berarti jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih sebesar Rp 50.00kg usahatani plasma di Kecamatan Cisarua dan
Megamendung tidak menguntungkan, sehingga tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria Net BC.
IX. SIMPULAN DAN SARAN 9.1 Simpulan