Analisis Koefisien Lokalita ά Analisis Koefisien Spesialisasi β

Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten ton. N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten ton. Apabila didapat nilai LQ 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas basis pada suatu wilayahkecamatan. Dan hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut cukup menonjol di Kabupaten Karo dan memungkinkan bagi kecamatan tersebut untuk mengekspor komoditas unggulannya keluar wilayahnya. Sebaliknya, apabila nilai LQ 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas non basis.

2. Analisis Koefisien Lokalita ά

Analisis koefisien lokalita digunakan untuk mengetahui angka penyebaran budidaya komoditas hortikultura di suatu wilayah, sehingga dapat diketahui tingkat konsentrasi atau pemusatan produksi aglomerasi. Rumus Koefisien Lokalita ά: ά = �� �� - � � Warpani dalam Endro, 2008. Dimana : Si = Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan ton. S = Jumlah total produksi hortikultura tingkat kecamatan ton. Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten ton. N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten ton. Angka ά = 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura memusat, sedangkan ά 1 mengindikasikan lokasi kegiatan hortikultura menyebar. Universitas Sumatera Utara

3. Analisis Koefisien Spesialisasi β

Analisis koefisien spesialisasi umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi kekhususan suatu wilayah pada suatu komoditas hortikultura. Rumus Koefisien Spesialisasi β: β = �� � - �� � Warpani dalam Endro, 2008. Dimana : Si = Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan ton. S = Jumlah total produksi hortikultura tingkat kecamatan ton. Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten ton. N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten ton. Nilai β = 1 mengindikasikan suatu wilayah atau kecamatan berspesialisasi pada suatu kegiatan komoditas hortikultura. Sedangkan β 1 mengindikasikan tidak adanya kegiatan berspesialisasi komoditas hortikultura pada suatu kecamatan. Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari bentuk-bentuk kesalahpahaman dan salah pengertian maka akan diuraikan beberapa defenisi dan batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Universitas Sumatera Utara Defenisi 1. Analisis LQ adalah teknik analisis untuk mengetahui apakah komoditas kubiskol yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. 2. Wilayah basis adalah wilayah yang telah mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan surplus produksinya mampu dijual diluar wilayah tersebut. 3. Analisis koefisien lokalita digunakan untuk mengetahui angka penyebaran budidaya komoditas hortikultura di suatu kecamatan, sehingga dapat diketahui tingkat aglomerasinya penyebaran. 4. Analisis koefisien spesialisasi umumnya digunakan untuk mengetahui spesialisasi kekhususan suatu kecamatan pada suatu komoditas hortikultura. 5. Produksi adalah output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi ton. Produktivitas adalah rataan hasil produksi per luas lahan ton Ha. Batasan Operasional 1. Sektor ekonomi yang diteliti adalah sektor pertanian sub sektor hortikultura Kabupaten Karo. 2. Data penelitian yang diolah hanya data produksi komoditas hortikultura. 3. Tempat penelitian berada pada 17 Kecamatan yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe, Simpang Empat, Payung, Munte, Tigabinanga, Juhar, Kutabuluh, Mardinding, Berastagi, Merek, Laubaleng, Dolat Rakyat, Naman Teran, Merdeka dan Tiga Nderket. Universitas Sumatera Utara 4. Jenis sayur-sayuran komoditas yang diteliti adalah kubiskol. Universitas Sumatera Utara DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Gambaran Geografi dan Iklim Kabupaten Karo sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diapit oleh lima kabupaten dan satu provinsi, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Dairi, Samosir, Simalungun dan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Secara astronomis Kabupaten Karo berada antara 2º50’–3º19’ Lintang Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km 2 atau 2,97 persen dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan letaknya yang berada pada jajaran Bukit Barisan maka sebahagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 280 - 1.420 meter di atas permukaan laut, tergolong kedalam daerah beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 18,8ºC sampai dengan 19,8ºC dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66 persen. Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2010 tertinggi pada bulan Nopember sebesar 268 mm dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 64mm, sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 21 hari dan terendah pada bulan Juni sebanyak 7 hari seperti tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Karo No Uraian Satuan 2010 1 Luas Km 2 2.127,25 2 Kelembaban 84,66 3 Hari hujan Hari 155 4 Suhu udara ºC 18,8 – 19,8 5 Letak di atas permukaan laut M 120 – 1.240 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011 Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17. Kecamatan tersebut yaitu Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe Simpang Empat, Payung, Munte, Tigabinanga, Juhar, Kutabuluh, Mardinding, Berastagi, Merek, Laubaleng, Dolat Rakyat, Naman Teran, Merdeka, dan Tiga Nderket. Hingga saat ini Kabupaten Karo terdiri dari 259 desa dan 10 kelurahan yang tersebar di 17 kecamatan. Pelaksanaan otonomi daerah memberi ruang kepada setiap daerah untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Karo yang sebagian besar daerahnya masih merupakan pedesaan, memanfaatkan dana yang ada untuk memaksimalkan pembangunan desa. Jumlah dana pembangunan desa menurut penggunaannya seperti terlihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Jumlah dana Pembangunan Desa Menurut Penggunaan dan Sumber Dana Jutatahun No Uraian Penggunaan Dana Tahun 2008 2009 2010 1 PrasaranaSarana Desa 5.950 4.672 4.662 2 PKK - 504 630 3 BOP - 1.897,5 2.790 4 Jumlah Dana Pembangunan DesaKel 5.950 6.575 6.552 Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Karo 2011 Pembangunan sarana dan prasarana desa tetap merupakan prioritas utama disetiap tahunnya karena diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Universitas Sumatera Utara Kependudukan dan Ketenagakerjaan Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba, Mandailing, Jawa, Simalungun dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya di bawah 5. Total jumlah penduduk Kabupaten karo pada tahun 2010 adalah 350.960 jiwa dan jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km 2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo akhir tahun 2010 adalah 165,03 jiwakm 2 Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Karo, 2011. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari

100. Pada tahun 2010, untuk setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 99