Kabupaten Karo akan dijadikan sampel penelitian. Pemilihan komoditas didasarkan pada tingkat produksi yang merupakan komoditas unggulan dan
komoditas yang dijadikan sampel merupakan komoditas yang berdasarkan pada proses budidaya dan bukan tumbuh liar didalam hutan. Komoditas yang diteliti
adalah kubiskol.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik
BPS, Dinas Pertanian maupun instansi terkait dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series lima tahun terakhir yaitu pada tahun
2007 - 2011.
Metode Analisis Data
Ada tiga analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama adalah metode analisis location quotient LQ, metode analisis koefisien lokalita, dan
metode analisis koefisien spesialisasi.
1. Analisis Location Quotient LQ
Metode analisis pertama yang akan digunakan adalah metode analisis Location Quotient dengan tujuan menganalisis apakah komoditas kubiskol yang
merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan atau tidak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Yang dimaksud dengan wilayah basis
adalah wilayah yang telah mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri dan surplus produksinya mampu dijual diluar wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Analisis koefisien lokasi Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami
sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi Hood, 1998. Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan
suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran
orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak Budiharsono, 2001.
Dalam penelitian ini analisis LQ berfungsi untuk melihat wilayah basis dan bukan basis komoditas kubiskol pada masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karo. Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Teknik ini
membandingkan antara kemampuan suatu wilayahkecamatan dalam menghasilkan suatu komoditas dengan wilayahkecamatan lain yang merupakan
penghasil komoditas yang sama. Analisis LQ Location Quotient juga bisa dipakai untuk menentukan koefisien lokasi atas dasar komoditas atau produksi
suatu wilayah. Koefisien jenis ini biasa digunakan untuk menentukan apakah komoditas yang merupakan hasil suatu wilayah merupakan komoditas unggulan
atau tidak. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam
Universitas Sumatera Utara
penetapan sektor industri. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran
komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Studi tentang perubahan peran kacang kedelai dalam sistem pangan di China yang
membahas aspek produksi, pengolahan, konsumsi dan perdagangan, salah satu alat analisisnya menggunakan pendekatan LQ Aubert dan Zhu, 2002. Demikian
juga di Indonesia, misalnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Puslitbangtan dalam membahas sistem komoditas kedelai juga menggunakan
model LQ ini CGPRT, 1985. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan
digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran produksi atau populasi. Untuk komoditas yang berbasis
lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian areal tanam atau areal panen, produksi atau
produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi ekor.
Rumus Location Quotient LQ:
LQ =
�� ��
� �
� �
=
�� �� ��
� �
Nugroho, 2004 Dimana :
Si = Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan ton. S = Jumlah total produksi hortikultura tingkat kecamatan ton.
Universitas Sumatera Utara
Ni = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat Kabupaten ton. N = Jumlah total produksi komoditas hortikultura tingkat Kabupaten ton.
Apabila didapat nilai LQ 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas basis pada suatu wilayahkecamatan. Dan hal ini menunjukkan bahwa kecamatan
tersebut cukup menonjol di Kabupaten Karo dan memungkinkan bagi kecamatan tersebut untuk mengekspor komoditas unggulannya keluar wilayahnya.
Sebaliknya, apabila nilai LQ 1 maka komoditas tersebut termasuk komoditas non basis.
2. Analisis Koefisien Lokalita ά