45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata,
maksimal, minimal dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian. Disajikan dalam tabel di bawah ini
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimu
m Maximu
m Mean
Std. Deviation
Jumlah Dewan
Komisaris 66
3,00 12,00
4,9394 2,29969 Jumlah
Dewan Direksi
66 3,00
9,00 5,4394 1,93055
Jumlah Komite
Audit 66
3,00 5,00
3,2273 ,52022 Corporate
Social Responsibility
66 ,00
1,00 ,8788
,32887 Earning Tax Ratio
66 ,0049
,7230 ,25046
5 ,1511078
Valid N listwise 66
Universitas Sumatera Utara
46 Berikut ini adalah perincian deskriptif dari data yang telah diolah:
1. Variabel Jumlah Dewan Komisaris memiliki nilai minimum sebesar 3,00,
nilai maksimum sebesar 12,00, mean sebesar 4,9394 dan standard deviation sebesar 2,29969 dengan jumlah sampel 66.
2. Variabel Jumlah Dewan Direksi memiliki nilai minimum sebesar 3,00,
nilai maksimum sebesar 12,00, mean sebesar 5,4394 dan standard deviation sebesar 1,93055 dengan jumlah sampel 66.
3. Variabel Jumlah Komite Audit memiliki nilai minimum sebesar 3,00, nilai
maksimum sebesar 5,00, mean sebesar 3,2273 dan standard deviation sebesar 0,52022 dengan jumlah sampel 66.
4. Variabel Corporate Social Responsibility memiliki nilai minimum sebesar
0,00 , nilai maksimum sebesar 1,00, mean sebesar 0,8788 dan standard deviation sebesar 0,32887 dengan jumlah sampel 66.
5. Variabel Earning Tax Ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,0049 , nilai
maksimum sebesar 0,7230 , mean sebesar 0,250465 dan standard deviation sebesar 0,1511078 dengan jumlah sampel 66.
4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
47
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau
tidak Ghozali, 2005, dengan membuat hipotesis sebagai berikut : Ho : variabel residual berdistribusi tidak normal.
Ha : variabel residual berdistribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah distribusi data normal atau tidak, yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. 4.2.1.1 Analisis Grafik
Analisis grafik dapat dilihat dengan menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Dalam grafik histogram, distribusi data normal
ditunjukkan oleh gambar kurva atau histogram yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Sedangkan pengujian normalitas menggunakan P-P Plot,
dengan kriteria, apabila titik-titik pada P-P Plot berada pada garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal dari
populasi yang terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Dilihat dari grafik PP Plot, data dikatakan terdistribusi normal jika penyebaran data menggambarkan titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal pada normal probability plot. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa normalitas data terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dalam tampilan
grafik normal probability plot sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
49 Dependent variable : Tax Agressive
Berdasarkan grafik normal probability plot, data terdistribusi secara normal. Karena grafik memperlihatkan titik
– titik yang berada di sekitar garis diagonal.
4.2.1.2 Uji Statistik
Uji normalitas dengan metode analisis statistik menggunakan uji One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test K-S. Uji ini dilakukan untuk
memastikan apakah plotting data residual yang menyebar di sekitar garis diagonal berdistribusi normal atau tidak. . Dasar untuk pengambilan
keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
50 a. Apabila nilai asymptonic significance
lebih besar dari 0,05 ρ 0,05, maka data terdistribusi secara normal.
b. Apabila nilai asymptonic significance lebih kecil dari 0,05 ρ 0,05,
maka data terdistribusi secara tidak normal. Tabel 4.2
Uji Statistik
Dari hasil pengolahan data tersebut, besar nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0,875 dan asymptonic significance sebesar 0,428 maka disimpulkan data
terdistribusi secara normal karena 0,428 0,875. Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan dari analisis grafik.
4.2.1.3 Uji Multikolinearitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
66 Normal
Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,13290260
Most Extreme
Differences Absolute
,108 Positive
,108 Negative
-,066 Kolmogorov-Smirnov Z
,875 Asymp. Sig. 2-tailed
,428
Universitas Sumatera Utara
51 Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Nilai tolerance dan
Variance Inflacation Factor VIF digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melihat nilai VIF dan tolerance variabel dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho : VIF 10 dan tolerance 0,10, maka terdapat multikolinearitas Ha : VIF 10 dan tolerance 0,10, maka tidak terdapat multikolinearitas
Uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Uji multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 Constant
Jumlah Dewan
Komisaris ,753
1,328
Jumlah Dewan
Direksi ,752
1,331
Jumlah Komite
Audit ,844
1,185
Corporate Social
Responsibil ity
,978 1,022
Universitas Sumatera Utara
52 Pada tabel hasil uji multikolinearitas diatas, diperoleh harga VIF tidak ada
yang melebihi dari nilai 10 dan Tolerance 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut terbebas dari multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi Ha diterima.
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas autokorelasi. Data pada penelitian ini memiliki unsur
waktu karena didapatkan antara tahun 2011-2013. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin- Watson DW-
test. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi adalah: • Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif,
• Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, • Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
M od
el
R R
Squa re
Adjust ed
R Square
Std. Error
of the Estima
te Change Statistics
Durbin -
Watso n
R Square
Chang e
F Chan
ge df1
df2 Sig. F
Chang e
d i
m e
n s
i o
n 1
,476
a
,226 ,176 ,13719
09 ,226
4,46 4
4 61
,003 1,612
a. Predictors: Constant, Corporate Social Responsibility, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, Jumlah Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: Earning Tax Ratio Berdasarkan tabel 4.4 diketahui nilai statistik D-W sebesar 1,612. Angka
ini terletak diantara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan disimpulkan bahwa tidak ada terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam penelitian ini.
4.2.1.5 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005. Pada penelitian ini, uji grafik dilakukan dengan melihat grafik
scatter plot, apabila titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah
Universitas Sumatera Utara
54 pola tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi tidak terkendala
heterokedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heterokedastitisitas
Pada gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tidak terkendala heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
55
4.2.2 Uji Hipotesis 4.2.2.1 Uji Determinasi R2
Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen secara
serentak terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 – 1.
Semakin besar nilai koefisien determinasi maka semakin baik. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Adjusted R2, karena peneliti melakukan
penelitian lebih dari dua variabel. Naik atau turunnya nilai Adjusted R2, jika satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Adjusted R2 digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Hasil pengukuran koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel
dibawah ini : Tabel 4.5
Uji Determinasi Model Summary
b
M od
el
R R
Squa re
Adjust ed
R Square
Std. Error
of the Estima
te Change Statistics
Durbin -
Watso n
R Square
Chang e
F Chan
ge df1
df2 Sig. F
Chang e
d i
m e
n s
1 ,476
a
,226 ,176 ,13719
09 ,226
4,46 4
4 61
,003 1,612
Universitas Sumatera Utara
56 i
o n
4.2.2.2 Uji F F- Test
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama - sama simultan terhadap variabel dependen Ghozali, 2005. Uji F dapat dicari
dengan melihat Fhitung dari Tabel annova. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05
α = 5. Kriteria pengambilan keputusan Uji F yaitu sebagai berikut :
• Jika nilai signifikan 0,05 ; maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa secara simultan keenam variabel independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. • Jika nilai signifikan 0,05 ; maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara
simultan keenam variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Uji F
ANOVA
b
Model Sum
of Squares
Df Mean
Square F
Sig. 1
Regressio n
,336 4
,084 4,464
,003
a
Residual 1,148
61 ,019
Total 1,484
65
Universitas Sumatera Utara
57 a. Predictors: Constant, Corporate Social Responsibility, Jumlah
Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, Jumlah Dewan Komisaris
Pada tabel Anova dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 4,464 dan probabilitas value dalam penelitian ini adalah 0,003 probabilitas value lebih kecil dari 0,05.
Dengan demikian Ho diterima yaitu Jumlah Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan Corporate Social Responsibility berpengaruh
secara simultan Earning Tax Ratio.
4.2.2.3 Uji T T – Test
Uji T bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 α = 5. Kriteria pengambilan keputusan
Uji T yaitu sebagai berikut : • Bila nilai signifikansi t 0,05, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. • Bila nilai signifikansi t 0,05, maka Ho diterima, artinya terdapat tidak ada
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variable dependen.
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.7 Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardiz
ed Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1 Constant ,593
,115 5,153 ,000
Jumlah Dewan
Komisaris -,019 ,009
-,295 -
2,274 ,026
Jumlah Dewan
Direksi -,003 ,010
-,041 -,317 ,752
Jumlah Komite
Audit -,039 ,036
-,136 -
1,106 ,273
Corporate Social
Responsibil ity
-,116 ,052 -,252
- 2,215
,030
Untuk variabel Jumlah Dewan Komisaris, berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa thitung = -2,274, sedangkan ttabel = 1.66827 sehingga thitung
ttabel maka Jumlah Dewan Komisaris secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Signifikansi penelitian juga menunjukkan nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05 0,0260,05 sehingga Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Earning Tax Ratio.
Universitas Sumatera Utara
59 Untuk variabel Jumlah Dewan Direksi, berdasarkan data tersebut dapat kita
simpulkan bahwa thitung =- 0,317, sedangkan ttabel = 1.66827 sehingga thitung ttabel maka ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Signifikansi penelitian juga menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 0,7520,05 sehingga Jumlah Dewan Direksi tidak berpengaruh
signifikan terhadap Earning Tax Ratio. Untuk variable Jumlah Komite Audit, berdasarkan data tersebut dapat kita
simpulkan bahwa thitung = -1,106, sedangkan ttabel = 1.66827 sehingga thitung ttabel maka ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Signifikansi penelitian juga menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 0,2730,05 sehingga Jumlah Komite Audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap Earning Tax Ratio. Untuk variabel Corporate Social Responsibility, berdasarkan data tersebut dapat
kita simpulkan bahwa thitung =- 2,215, sedangkan ttabel = 1.66827 sehingga thitung ttabel maka ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen. Signifikansi penelitian juga menunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 0,0300,05 sehingga Corporate Social Responsibility
tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Tax Ratio .
4.2.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen Tobins Q, dimana penelitian ini menggunakan metode
enter. Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat
Universitas Sumatera Utara
60 digunakan dalam pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data dari tabel 4.7,
maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,593 – 0,019X1 - 0,003X2 – 0,039X3– 0,116X4 + e
Dari persamaan diatas dapat diartikan bahwa :
a. Nilai konstanta sebesar 0,593
Hal ini berarti bahwa ada variabel Jumlah Dewan komisaris ,Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan Corporate Social
Responsibility atau jika variabel independen bernilai konstan maka akan menaikkan nilai Earning Tax Ratio sebesar 0,593.
b. Nilai koefisien Jumlah Dewan Komisaris sebesar -0,019. Hal ini berarti
bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai Jumlah Dewan Komisaris maka
akan menurunkan nilai Earning Tax Ratio sebesar -0,019. c.
Nilai koefisien Jumlah Dewan Direksi sebesar -0,003. Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai Jumlah Dewan Direksi maka
akan menurunkan nilai Earning Tax Ratio sebesar -0,003. d.
Nilai koefisien Jumlah Komite Audit sebesar -0,039. Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai Jumlah Komite Audit maka akan
menurunkan nilai Earning Tax Ratio sebesar -0,039. e.
Nilai koefisien Corporate Social Responsibility sebesar -0,116. Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai Corporate Social
Universitas Sumatera Utara
61 Responsibility maka akan menurunkan nilai Earning Tax Ratio sebesar -
0,116. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara empiris menguji pengaruh Jumlah Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan Corporate
Social Responsibility terhadap Tindakan Pajak Agresif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini Jumlah Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan Corporate Social Responsibility dengan
Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel dependen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI selama tahun 2011-2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana jumlah
pengamatan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 66 22 sampel x 3 tahun. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
asumsi klasik uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas dan uji hipotesis uji determinasi, uji F, dan uji T
dengan menggunakan uji SPSS 18.
4.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Earning Tax
Universitas Sumatera Utara
62 Ratio. Semakin besar ukuranjumlah dewan komisaris maka akan semakin besar
pula tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi misalnya saja dikarenakan
rendahnya kualitas koordinasi antar anggota dewan komisaris. Nasution dan Setyawan, 2007 memaparkan bahwa kondisi tersebut dapat
disebabkan karena sulitnya koordinasi antar anggota dewan tersebut dan hal ini menghambat proses pengawasan yang harusnya menjadi tanggung jawab dewan
komisaris. Sulitnya koordinasi antar anggota dewan yang menyebabkan penyampaian informasi antar anggota dewan tidak sepaham sehingga tugas dan
fungsi dari dewan komisaris tidak berjalan sebagaimana mestinya.
4.3.2 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran Dewan Direksi tidak memiliki pengaruh yang terhadap
Earning Tax Ratio. Direksi diasumsikan sebagai pihak perwakilan dari perusahaan yang menginginkan keuntungan tinggi dengan pajak
terhutang rendah, namun jika dikaitkan dengan pemerintah akan memiliki hubungan bertolak belakang antara keduanya. Maka adanya
benturan kepentingan agency theory akan sangat rentan terjadi antara perusahaan
dan pemerintah. Perusahaan mempunyai kepentingan menaikkan laba sebagai acuan untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
63 kesejahteraan karyawan, sedangkan pemerintah melihat kenaikan laba
sebagai objek pajak yang akan ditagihkan. Andres 2002 juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pembayar pajak perusahaan melakukan penghindaran pajak adalah persepsi menjadi cemas, yaitu perasaan cemas atau takut akan
ancaman sanksi pidana jika tindakan penghindaran pajak yang dilakukan terdeteksi oleh petugas pajak. Sehingga pertimbangan akan
kerugian yang akan dialamiditanggung oleh perusahaan menjadi faktor yang lebih dipertimbangkan oleh perusahaan dalam
mengurangi tindakan pajak agresif perusahaan.
4.3.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite Audit tidak memiliki pengaruh terhadap Earning Tax Ratio.
Hasil tidak signifikan ini dikarenakan adanya kerja sama yang erat antar organ perusahaan dan hanyalah formalitas syarat jumlah komite
audit dari pemerintah lebih menjadi prioritas utama dalam tindakan pajak agresif.
4.3.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh terhadap
Earning Tax Ratio. Pengukuran CSR dalam penelitian ini dilakukan
Universitas Sumatera Utara
64 dengan mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang terdapat
dalam laporan tahunan perusahaan. Sedangkan control dari pihak yang diberi wewenang terhadap pelaporan CSR juga belum ada
sehingga kebenaran dari yang dilaporkan perusahaan mengenai kegiatan CSR-nya belum dapat dipertanggungjawabkan. Maka
tingkat pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan tidak bisa dijadikan jaminan akan rendahnya
tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan
Corporate Sosial ResponsibilityCSR memiliki pengaruh, baik secara parsial maupun simultan terhadap Tindakan Pajak Agresif pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda dengan
media software SPSS 18. Pengujian dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 125 perusahaan, sedangkan
sampel penelitian sebanyak 22 perusahaan manufaktur yang telah dipilih melalui metode purposive sampling, periode penelitian adalah
tahun 2011 – 2013.
Hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
66 1.
Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen Ukuran Dewan Komisaris,
Ukuran Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit, dan Corporate Sosial Responsibility CSR berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Tindakan Pajak Agresif perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara variabel Dewan Komisaris terhadap Tindakan Pajak Agresif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 3.
Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable Dewan Direksi terhadap Tindakan Pajak
Agresif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variable Komite Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 5.
Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variable Corporate Social Responsibility terhadap
Tindakan Pajak Agresif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
67
5.2 Keterbatasan Hasil Penelitian