menyatakan tidak setuju. Selanjutnya untuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang cenderung semakin membaik, 40 responden kurang setuju, 50 responden
setuju bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik, dan 7 responden tidak setuju.
Dalam variabel struktur ekonomi, 53 responden menyatakan setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat. 33
responden menyatakan kurang setuju, dan 7 responden menyatakan sangat setuju. Selanjutnya, 37 responden setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi
sektor sekunder semakin meningkat, dan 57 responden menyatakan kurang setuju. Kemudian, 40 responden setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi
sektor tersier semakin meningkat. 43 responden menyatakan kurang setuju, dan 3 responden sangat setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor tersier
semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis dan wawancara persepsi para responden,
variabel struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin
meningkat. Namun potensi ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.
4. 3. 3 Faktor Tenaga kerja dan Produktivitas
Tenaga kerja merupakan indikator yang penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Tenaga kerja dalam jumlah besar dan berkualitas
akan meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Faktor tenaga kerja dan
produktivitas terdiri dari 3 variabel, yaitu biaya tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja
dan pengangguran. Di Kabupaten Tapanuli Utara penduduk kelompok umur 15- 19 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi tertinggi. Sedangkan
penduduk kelompok umur 60-64 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi yang terendah. Kemudian sebagian besar penduduk usia angkatan kerja
di Kabupaten Tapanuli Utara bekerja di sektor pertanian. Sementara listrik, gas air bersih menjadi sektor penyumbang angkatan kerja yang paling rendah. Tabel
4.7 dibawah ini menjelaskan secara detail angkatan kerja berdasarkan kelompok umur dan tabel 4.8 menunjukkan persentase penduduk 15 tahun keatas menurut
lapangan pekerjaan dan jenis kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara.
Tabel 4.7 Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013
No Kelompok Umur
Laki -Laki Perempuan
Jumlah
1 15 – 19
15.122 14.011
29.133 2
20 – 24 8.621
7.167 15.788
3 25 -29
8.574 8.092
16.666 4
30 – 34 8.983
8.701 17.864
5 35 – 39
8.455 8.121
16.576 6
40 – 44 7.762
8.092 15.854
7 45 – 49
7.594 8.184
15.778 8
50 – 54 6.811
7.883 14.694
9 55 – 59
5.828 7.153
12.981 10
60 + 4.428
5.418 9.846
Jumlah 82.178
82.822 165.540
Sumber : Tapanuli Utara Dalam angka 2014
Tabel 4.8 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014
No Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1 Pertanian
75,34 79,37
77,36 2
Pertambangan Penggalian 0,38
0,00 0,19
3 Industri Pengolahan
1,97 5,45
3,72 4
Listrik, Gas Air Bersih 0,00
0,00 0,00
5 Bangunan
4,26 0,00
2,12 6
Perdagangan,Hotel Restoran 5,53
6,66 6,07
7 Angkutan Komunikasi
2,75 0,10
1,42 8
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 0,57
0,27 0,42
9 Jasa - jasa
9,20 8,21
8,70 Jumlah
100,00 100,00
100,00 Sumber : Tapanuli Utara Dalam angka 2014
Variabel biaya tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,279 atau 28 dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas. Variabel ketersediaan
tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,345 atau 34. Dan variabel produktivitas tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,376 atau 38 dari keseluruhan bobot faktor
tenaga kerja dan produktivitas. Persentase bobot dari masing-masing variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.5 Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas
Biaya Tenaga Kerja 28
Ketersediaan Tenaga Kerja
34 Produktivitas
Tenaga Kerja 38
Menurut tanggapan responden, variabel produktivitas tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja menjadi prioritas dalam faktor tenaga kerja dan
produktivitas. Kedua variabel tersebut dianggap sangat penting dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dari faktor tenaga kerja dan
produktivitas.
Table 4.9 Data UMP Provinsi Sumatera Utara dan UMK Tapanuli Utara
tahun 2012-2016
Tahun UMP Sumatera Utara
UMK Tapanuli Utara 2012
1.035.500,00 -
2013 1.200.000,00
- 2014
1.375.000,00 1.551.000,00
2015 1.625.000,00
1.653.000,00 2016
1.811.875,00 -
Sumber : www.bkpm.go.id
Tabel 4.10 PDRB Harga Berlaku, Jumlah Tenaga Kerja, dan Produktivitas Tenaga
Kerja pada tahun 2009-2013
Tahun PDRB
Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja
2009 3.392.626,16
150.866 2.248.767
2010 3.807.803,55
157.867 2.412.032
2011 4.157.526,92
159.204 2.611.446
2012 4.564.753,53
163.677 2.788.879
2013 5.121.103,53
165.000 3.103.699
Sumber : Tapanuli Utara dalam angka 2014 Dari tabel di atas menunjukan setiap tahunnya pada tahun 2009 hingga
tahun 2013 produktivitas tenaga kerja Tapanuli Utara terus meningkat, ini dikarenakan adanya peningkatakan PDRB harga berlaku dan jumlah tenaga kerja
di Tapanuli Utara. Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel tenaga kerja,
43 responden menyatakan kurang setuju terhadap besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan ketentuan UMK. Sekitar 37 responden setuju, dan 13
responden tidak setuju kalau besarnya upah tenaga kerja sudah sesuai dengan
ketentuan UMK. Begitu juga dengan besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat, 53 responden menyatakan kurang setuju bahwa
besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat. Sekitar 27 responden setuju. Dan 7 responden juga menyatakan tidak setuju kalau
besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini juga didukung dari tabel 4.9 dimana data UMK Tapanuli Utara hanya sebesar
1.551.000 pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 UMK Tapanuli Utara sebesar 1.653.000, artinya pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara perlu meningkatkan lagu
upah minimum kabupaten untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dalam variabel ketersediaan tenaga kerja, untuk pernyataan jumlah
angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 50 responden kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. 20 responden menyatakan tidak
setuju, dan 27 responden juga menyatakan setuju bahwa jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kemudian untuk tingkat pendidikan
angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 57 responden menyatakan kurang setuju, hanya 30 responden menyatakan setuju.
Dalam variabel produktivitas tenaga kerja, 40 responden kurang setuju bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi. Namun, 37
responden menyatakan setuju kalau tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi. Kemudian untuk tingkat produktivitas tenaga kerja sesuai dengan
besarnya upah yang ada, 50 responden menyatakan kurang setuju, hanya 27 responden yang menyatakan setuju bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja
sesuai dengan besarnya upah yang ada.
Berdasarkan analisis dan persepsi dari responden, produktivitas tenaga kerja diharapkan untuk lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan daya saing
ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara. Mengenai ketersediaan tenaga kerja, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tapanuli Utara melebihi dari kebutuhan pasar tenaga
kerja sehingga menimbulkan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 sekitar 1.556 sedang mencari pekerjaan.
4. 3. 4 Faktor Kelembagaan