Analisis Manajemen Konflik Di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan

BAB V ANALISIS DATA

Hasil penyajian data pada bab sebelumnya akan dianalisis pada bab ini dengan tetap mengacu kepada hasil interpretasi data yang sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian ini. Dari seluruh data yang disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik dengan melakukan studi pustaka, pemberian kusioner kepada responden maupun dengan melakukan pengamatan- pengamatan atau observasi langsung terhadap fenomena yang ada yang terkait dengan masalah manajemen konflik dan produktivitas kerjakaryawan di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan.

5.1 Analisis Manajemen Konflik Di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan

Konflik adalah hal yang selalu terjadi dan tidak dapat dihindari di dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia. Konflik ada dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Konflik itu sendiri terjadi karena dipicu oleh beberapa faktor seperti komunikasi yang buruk, nilai-nilai yang tertanam dalam diri, dan lain sebagainya. Sebagian besar orang menganggap bahwa konflik yang terjadi akan menimbulkan dampak negatif, yaitu konflik akan membuat suatu hubungan yang awalnya terjalin dengan baik kemudian menjadi renggang atau bahkan berakhir. Konflik adalah hal yang akan selalu terjadi kepada siapapun, begitupun didalam kehidupan organisasi. Konflik adalah hal yang tidak dapat terelakkan. Konflik memang selalu dianggap sebagai sesuatu yang berdampak negatif, tapi konflik juga tidak selalu membawa kerugian. konflik akan memberikan dampak yang positif apabila kita mampu menekan dan mengelola konflik itu sendiri dengan baik. Namun dalam mengelola konflik bukanlah hal yang sederhana, apalagi didalam kehidupan suatu organisasi. Semakin besar suatu organisasi maka semakin rumit pula konflik yang akan dihadapinya, maka disinilah peran penting seorang pemimpin maupun manajer dalam mengelola konflik, dimana dibutuhkan metode-metode tertentu untuk dapat menyelesaikan suatu konflik organisasi. Manajemen konflik adalah langkah-langkah yang digunakan para pelaku atau pihak ketiga seperti pimpinan organisasi maupun manajer dalam rangka mengarahkan perselisihan untuk mencapai hasil tertentu yang mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik, dan mungkin atau tidak mungkin dapat menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, maupun musyawarah mufakat. Apabila pimpinan mampu memanajemeni suatu konflik dengan baik maka bukan hal yang mustahil apabila suatu konflik menjelma sebagai wadah untuk saling adu pendapat yang dalam konteks ini adalah setiap karyawan berani untuk mengeluarkan pendapat, sehingga orang-orang yang berada didalam organisasi dapat memperoleh pendapat-pendapat baru yang sudah tersaring yang kemudian akan sangat membantu dalam pengambilan sebuah keputusan.Manajemen konflik juga memungkinkan berkembangnya kreativitas dan diskusi antar orang dengan kepentingan berbeda, dan hasilnya adalah peningkatan produktivitas kerja. Dalam penelitian ini untuk mengukur manajemen konflik di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan, peneliti menggunakan tiga indikator yaitu stimulasi konflik, pengurangan konflik, dan penyelesaian konflik, yang masing-masing indikatornya juga memiliki poin-poin tertentu yang digunakan peneliti sebagai acuan untuk mempermudah peneliti dalam membuat kuisoner penelitian. Selanjutnya ketiga indikator manajemen konflik tersebut diubah dalam bentuk pernyataan kuisioner sebanyak 15 pernyataan. Indikator pertama dalam manajemen konflik adalah stimulasi konflik, dimana peneliti membaginya menjadi lima pernyataan. Pernyataan pertama adalah tentang pimpinan menempatkan karyawan dari divisi lain untuk masuk dan menggantikan salah satu pihak yang berseteru kedalam kelompok kerja tabel 4.5 pada halaman 53. Sebanyak 53,85 responden menjawab setuju. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju agar pimpinan PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan pmenempatkan karyawan dari divisi lain untuk masuk dan menggantikan salah satu pihak yang berseteru kedalam kelompok kerja. Penyataan kedua untuk stimulasi konflik adalah tentang pimpinan melakukan rotasi jabatan dan pembagian tugas kerja yang baru sebagai upaya untuk menghindari kecemburuan dalam aktivitas kerja tabel 4.6 pada halaman 54. Sebanyak 61,54 responden menjawab setuju dan mendukung pimpinan untuk melakukan rotasi jabatan dan pembagian tugas kerja yang baru sebagai upaya untuk menghindari kecemburuan dalam aktivitas kerja. Sedangkan untuk pernyataan ketiga pada indikator stimulasi konflik tabel 4.7 pada halaman 55, sebanyak 50,00 responden menjawab sangat setuju tentang pimpinan memberikan penghargaan, promosi jabatan, maupun insentif untuk menunjang persingan yang sehat dalam bekerja. Pernyataan ketiga untuk stimulasi konflik adalah tentang pimpinan sudah menempatkan kepala bagian yang tepat di setiap divisi kerja yang ada di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan. Mayoritas responden menjawab setuju dengan persentase 65,38 tabel 4.8 pada halaman 56. Untuk pernyataan terakhir pada indikator stimulasi konflik, mayoritas responden sebanyak 38,64 menjawab kurang setuju tentang pernyataan pimpinan memberikan perlakuan yang berbeda dari biasanya terhadap pihak yang berkonflik tabel 4.9 pada halaman 57. Berdasarkan jawaban responden untuk kelima pernyataan diatas mengenai indikator stimulasi konflik, maka disimpulkan bahwa para responden mayoritas setuju dengan upaya pimpinan untuk menstimulasi konflik agar konflik dan pihak yang berseteru dapat diarahkan kepada penyelesaian konflik secara lebih baik. Indikator kedua untuk mengukur manajemen konflik adalah pengurangan konflik, yang kemudian diubah menjadi dua pernyataan oleh peneliti. Pernyataan pertama adalah tentang pimpinan mengganti tujuan pihak yang berkonflik dengan tujuan yang baru yang bisa diterima oleh kedua pihak. Sebanyak 65,38 responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut tabel 4.10 pada halaman 57. Penyataan selanjutnya adalah tentang pimpinan turun tangan secara langsung untuk mempersatukan pihak yang berkonflik adalah sama, yakni jumlah persentase jawaban responden adalah sama, yakni masing-masing responden menjawab sebesar 46,15 tabel 4.11 pada halaman 58. Berdasarkan indikator pengurangan konflik dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju dengan metode pengurangan konflik yang dilakukan pimpinan. Hal ini juga menjelaskan bahwa mayoritas karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini setuju agar pengurangan konflik seharusnya melibatkan pimpinan sebagai pihak ketiga yang mampu menengahi pihak yang berseteru dan membantu mencarikan solusi terbaik. Indikator yang digunakan untuk mengukur manajemen konflik selanjutnya adalah indikator peyelesaian konflik. Peneliti kemudian membuat delapan pernyataan didalam kuisioner untuk membantu menjelaskan tentang penyelesaian konflik. Pernyataan pertama adalah tentang pimpinan menggunakan kekerasan untuk menekan pihak yang berkonflik. Sebesar 38,46 responden menjawab tidak setuju dengan cara penyelesaian konflik tersebut tabel 4.12 pada halaman 59. Pada pernyataan kedua untuk indikator penyelesaian konflik adalah tentang tentang pimpinan menenangkan pihak yang berkonflik dengan cara musyawarah tabel 4.13 pada halaman 60. Jumlah jawaban responden adalah setuju sebesar 53,85. Dari kedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden lebih menyukai cara penyelesaian konflik secara damai melalui musyarawah mufakat, dibandingkan menekan konflik dengan cara kekerasan. Selanjutnya adalah pernyataan ketiga yaitu tentang pimpinan menghindari konflik dengan memisahkan pihak yang berkonflik, dimana persentase jawaban responden adalah mayoritas setuju sebesar 61,54 tabel 4.14 pada halaman 60. Kemudian pernyataan keempat adalah tentang pimpinan melakukan pemungutan suara voting atas persetujuan bersama untuk menyelesaikan konflik dengan jumlah responden yang menjawab setuju sebesar 46,15 tabel 4.15 pada halaman 61. Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas karyawan di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan lebih setuju apabila pimpinan mereka memisahkan pihak-pihak yang berkonflik dan mempertemukan mereka apabila telah didapat suatu keputusan bersama yang dipilih melalui voting bersama. Pernyataan kelima untuk indikator penyelesaian konflik adalah tentang pimpinan akan tetap memisahkan pihak yang berkonflik sebelum tercapai suatu kesepakatan bersama, dengan persentase 76,92 responden menjawab setuju tabel 4.16 pada halaman 62. Sementara untuk pernyataan keenam sebesar 46,15 responden menjawab tidak setuju tentang pimpinan memberikan kompensasi penyuapan tertentu kepada salah satu pihak yang berkonflik agar konflik dapat teratasi tabel 4.17 pada halaman 63. Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas karyawan PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan lebih memilih penyelesaian konflik dilakukan secara adil tanpa ada unsur penyuapan. Kemudian mayoritas karyawan juga mendukung memisahkan pihak-pihak yang berkonflik apabila belum bisa dicapai kata damai diantara pihak yang saling berseteru. Pernyataan ketujuh mengenai indikator penyelesaian konflik adalah pimpinan mempertemukan pihak yang berkonflik untuk mencari solusi terbaik dijawab mayoritas responden setuju dan sangat setuju dengan persentase masing- masing sebesar 50,00 tabel 4.18 pada halaman 64. Sementara pernyataan kedelapan adalah tentang pimpinan menggunakan tujuan-tujuan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan konflik dengan jumlah persentase yang menjawab setuju sebesar 69,24 tabel 4.19 pada halaman 64. Berdasarkan keseluruhan uraian mengenai indikator manajemen konflik diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas karyawan PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan lebih menyetujui pimpinan mereka menangani konflik secara musyawarah mufakat, adil dan tidak memihak, dibandingkan dengan metode manajemen konflik yang bersifat memaksa dan menggunakan kekerasan. Selanjutnya berdasarkan tabel klasifikasi frekwensi jawaban responden mengenai kuisioner manajemen konflik yaitu pada tabel 4.34 pada halaman 81 dapat dilihat bahwa mayoritas kategori jawaban responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 22 jawabanresponden 84,62. Sesuai dengan penjelasan mengenai data variabel manajemen konflik yang berada pada kategori tinggi diatas maka secara keselruhan dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik yang ada di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan sudah berjalan dengan baik yang dibuktikan dengan jawaban-jawaban responden yang positif mengenai kuisioner penelitian.

5.2 Analisis Produktivitas Kerja Karyawan Di PDAM Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padang Bulan