18
2.3.1 Tahapan Kerja DSDV
Gambar 2.3 Contoh Jaringan Ad Hoc
Tabel 2.1 Tabel Node H6 Gambar 2.3 merupakan contoh jaringan MANET sebelum
dan setelah terjadi pergerakan node. Tabel 2.1 merupakan tabel routing yang dihasilkan oleh node H6 sebelum terjadi pergerakan
node. Metode routing DSDV memiliki sifat setiap node yang berada dalam jaringan akan memelihara sebuah tabel forwarding dan
19 menyebarkan table routing ke node tetangganya. Tabel routing
tersebut memuat informasi sebagai berikut : 1. Alamat node tujuan berupa MACaddress.
2. Jumlah hop yang diperlukan untuk mencapai node tujuan. 3. Sequencenumber.
4. Installtime. Contoh prosedur pengiriman menggunakan topologi diatas
node H4 ingin mengirim sebuah paket ke node H5 menggunakan gambar dibawah ini
Gambar 2.4 Node H4 mengirim paket ke node H6 Gambar 2.4 sampai Gambar 2.6 menunjukkan prosedur
pengiriman paket routing pada DSDV Gambar 2.4 memperlihatkan node H4 ingin mengirim paket ke node H5. Node H4 mengecek tabel
routing untuk hop selanjutnya untuk meneruskan paket dan
20 menentukan node H6 sebagai node berikutnya untuk routing paket
ke nodeH5. Node H4 kemudian mengirim paket ke node H6.
Gambar 2.5 Node H6 mengecek tabel routingnya Gambar 2.5 memperlihatkan node H6 mengecek tabel
routing yang dimilikinya untuk menentukan node H7 yang merupakan node berikutnya untuk pengiriman paket dari node H4
ke node H5.
Gambar 2.6 Node H6 meneruskan paket ke nodeH7
21 Gambar 2.6 memperlihatkan node H6 meneruskan paket ke
node H7. Prosedur rute paket tersebut diulang sepanjang jalan sampai paket node H4 ahkirnya tiba ke node tujuan H5.
Selanjutnya merupakan contoh proses update, dimana kita lihat pada bentuk topologi dimana node memiliki sifat yang dinamis
beberapa node dalam topologi jaringan melakukan pergerakan atau berpindah tempat.
Gambar 2.7 Pergerakan node H1, H3, H8, dan H5. Dalam proses informasi update tabel routing tabel atau
sequence number digunakan untuk membedakan antara update informasi yang lama atau yang baru. Sequence number yang lebih
besar menunjukan informasi yang lebih baru, dimana setiap sequence number ini angkanya unik.
22 Tabel 2.2 Tabel routing node H7 update packet
Pada Tabel 2.2 menunjukkan table routing yang dimiliki node H7. Node H7 kemudian melakukan update packet ke node
tetangganya, karena beberapa node dalam topologi jaringan melakukan pergerakan atau berpindah tempat seperti node H1, H3,
H8, dan H5 lihat Gambar 2.7
Tabel 2.3 Tabel routing node H6 sebelum update packet Tabel 2.3 memperlihatkan tabel routing yang dimiliki oleh
node H6 sebelum node H7 mengirimkan update packet ke tetangganya. Ketika node H6 menerima update packet dari node H7,
node H6 akan memeriksa informasi tabel routing yang dimilikinya. Jika ada nilai sequence number yang lebih besar nomer urutannya
maka akan dimasukkan dalam tabel routing. Sequence number S516_H1 pada dest H1 Tabel 2.4 nilainya lebih besar dibandingkan
23 dengan di Tabel 2.3, maka nilai sequence number tersebut
dimasukkan dalam tabel routing node H6. Hal ini terlepas nilai metric lebih besar ataupun kecil. Jika ada rute dengan nilai sequence
number sama, maka rute dengan nilai metric yang lebih kecil dimasukkan dalam tabel routing. Dest H5 pada Tabel 2.2 dengan
Tabel 2.3 yang memiliki sequence number yang sama yaitu S502_H5, namun pada Tabel 2.3 nilai metric lebih kecil. Tabel 2.4
merupakan tabel routing yang dimiliki node H6 setelah menerima update packet dari node H7.
Tabel 2.4 Tabel routing node H6 setelah dilakukan update tabel routing
Setiap node akan mempunyai sebuah tabel forwarding yang berisi informasi pada tabel routing. Di tabel routing terdapat
informasi lain seperti install time. Install time adalah interval waktu yang diperlukan untuk mendapatkan tabel routing dari node tujuan.
Jika install time bernilai besar maka hal tersebut mengindikasikan adanya link terputus antara node asal dan node tujuan. Install time
dijadikan dasar keputusan untuk menghapus rute yang terputus
24 dengan node asal. Link yang terputus akan ditandai dengan nilai
metric yang tak berhingga dan node asal akan mengeluarkan sequence number ganjil untuk node tujuan tersebut. Sequence
number yang ganjil tersebut akan disebarkan ke setiap node agar mengetahui bahwa ada link yang terputus untuk node tujuan dengan
Sequence number ganjil tersebut.
Tabel 2.5 Tabel routing node H7 update packet Tabel 2.5 merupakan tabel routing yang dimiliki node H7
setelah mendeteksi jalur dengan node H1 putus. Diasumsikan pada Gambar 2.3 jalur antara node H1 dan H7 putus. Node H7
mendeteksi jalur dengana node H1 putus, kemudian menyiarkan update packet ke node tetangga node H6.
Tabel 2.6 Tabel routing node H6
25 Tabel 2.6 merupakan tabel routing yang dimiliki oleh node
H6 sebelum mendapatkan update packet dari node H7.
Tabel 2.7 Tabel routing node H6 update packet Ketika node H6 menerima update packet dari node H7, node
H6 kemudian melakukan update tabel routing yang dimilikinya dengan informasi update packet dari node H7.Node H6 melakukan
update dest H1 Sequence number S517_H1 dan nilai metric ∞. Nilai
metric ∞ menjelaskan link dari H1 putus. Tabel routing node H6
setelah dilakukan update dapat dilihat pada tabel 2.7.
2.4 Transmission Control Protokol TCP