Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013
75 membutuhkan dana lebih maka guru kelas mengkomunikasikan
kepada forum kelas dalam hal ini adalah perwakilan orangtua siswa. Forum kelas akan membantu apabila di dalam setiap kelas
membutuhkan dana untuk membeli bahan-bahan yang digunakan untuk pembelajaran namun atas kesepakatan bersama. Seperti yang
diungkapkan oleh komite sekolah bahwa: “Setiap kelas ada program iuran rutin setiap bulan yang digunakan
untuk les dan pengadaan peralatan kelas” WawBD19052014. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak SG selaku guru Kelas
IV B sebagai berikut: “Sumber dana kadang untuk mempersiapkan bahanmedia
dibebankan pada forum kelas. Misalnya dalam pelajaran SBDP siswa membuat keterampilan. Jika sekolah tidak ada dana maka
forum kelas bersedia memfasilitasi putra-putrinya dengan tidak terpaksa. Forum kelas anggotanya para wali murid. Dana BOS
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar siswa dan lembaga pendidikan. Misalnya kurang dana forum kelas sangat mendukung
dalam
memfasilitasi. Misalnya
workshop, atau
outbond, memerlukan dana besar dalam mempersiapkan transportasi,
akomodasi sesuai dengan program yang ada di sekolah, setiap kelas ada program untuk belajar di luar” Waw SG22042014.
Dalam hal ini forum kelas sangatlah membantu apabila dana yang digunakan dalam penyiapan media pembelajaran kurang.
Kekurangan dapat diatasi melalui dana iuran yang dilakukan setiap bulan atau dengan mengkomunikasikan bersama dengan para
orangtua anggota forum kelas secara bersama. Sumber belajar di dalam Kurikulum 2013 tidak melulu hanya berasal dari buku akan
76 tetapi juga dapat melalui lingkungan alam, sosial, budaya,
ekonomi, seperti yang diungkapkan oleh Guru Kelas I B bahwa: “Sumber belajar, buku, lingkungan, siswa, alam, bahan bekas.
Sekarang bebas belajar dimanapun dapat dijadikan sumber belajar. Apapun sebenarnya dapat digunakan sebagai sumber belajar”
WawMR26022014.
Hal ini diperkuat oleh guru kelas IV C Ibu EW sebagai berikut: “Sumber belajar diperoleh dari guru, siswa, lingkungan misalnya
cara berwawancara ke penjual makanan, satpam atau bawa anak- anak keluar kelas dan ilmu teknologi” WawEW26022014.
Jadi fasilitas yang diperoleh yaitu dari pemerintah meliputi buku pegangan guru, buku pegangan siswa, silabus, kemudian dari
sekolah memanfaatkan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah dan melalui kretifitas guru untuk mengembangkan pembelajaran yang
menarik. d
Melaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintiific
Dalam pembelajarannya Kurikulum 2013 memiliki konsep baru, konsep tersebut ialah pembelajarannya menggunakan
pendekatan scientific, senada dengan yang dungkapkan oleh Ibu EW Guru Kelas IV C sebagai berikut:
“Secara fisik, buku menarik, banyak ilustrasi, betul-betul gambar anak, cara pembelajaran menarik, mengikuti psikologi anak,
metode pembelajarannya ada sesuatu yang baru yaitu Tematik Integratif: kami tidak terbiasa menjalankan tematik integratif,
biasanya terpasial. Setiap akhir pembelajaran ada komunikasi antar orangtua dan siswa. Kami kerjasama dengan orangtua untuk
membantu siswa belajar di rumah” WawEW26022014.
Seperti pada contoh gambar berikut:
77 Gambar. 3
Gambar. 4 Gambar. 5
Gambar. 3, 4, dan 5 di atas menunjukkan bahwa di dalam kurikulum 2013 di dalam buku banyak ilustrasi yang memudahkan
anak memahami pembelajaran.
Di dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah scientific approach yang di dalam pembelajarannya
mencakup komponen; mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
78 menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Seperti
yang diungkapkan oleh ibu NF Guru Kelas 1A sebagai berikut:
“Diberikan suatu permasalahan, menemukan, membuktikan kenyataan, mencoba apa yang terjadi anak dapat tahu kenyataan
yang sebenarnya melalui pengalaman belajar. Misalnya: praktek menanam tanaman kacang, anak dapat mengetahui langkah-
langkah menanam kacang, bila ditanya siswa dapat menceritakan sendiri langkah-langkah menanam tanaman kacang sehingga anak
tidak lupa karena anak ikut menyiapkan peralatan menanam, melihat, mencoba dan melakukan sehingga anak benar-benar tahu
caranya, konsepnya tahu, tidak akan lupa karena dia sendiri yang menemukan” WawNAF05052014.
Namun berdasarkan pengamatan di kelas IV A ada beberapa hal dalam pendekatan scientific yang belum muncul pada saat
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilihat dari data observasi yang dilakukan dengan tema 9 yaitu makanan sehat. Misalnya pada
tema tersebut terdapat cara pembuatan tempe. Pada kegiatan pembelajaran guru hanya melakukan tanya jawab tentang makanan
sehat tanpa melakukan pengamatan langsung atau melakukan praktek langsung. Permasalahannya ketika terdapat praktek untuk
keterampilan siswa tidak dilaksanakan dan pembelajaran hanya mengacu pada buku, peserta didik tidak paham konsep pembuatan
tempe yang sebenarnya. Seperti pada gambar berikut:
79 Gambar. 6
Gambar. 6 di atas meunjukkan cara pembuatan tempe pada tema 9 yaitu makanan sehat. Jadi guru hanya menjelaskan kepada
siswa melalui buku tanpa melakukan praktek langsung atau mengunjungi tempat pembuatan tempe. Dengan demikian dalam
pendekatan scientific siswa hanya dapat mengamati, menanya, dan menalar tanpa mencoba.
Sedangkan untuk pembelajaranpun tidak berdiri sendiri permuatan akan tetapi terintegrasi menjadi satu seperti yang
diungkapkan oleh Bapak SG Guru kelas IV B sebagaib berikut: “Dulu kurikulumnya KTSP sekarang Kurikulum 2013 terintegrasi,
sebenarnya sama saja cuma ada perubahan model konvensional ke integratif. Kurikulum KTSP pembelajarannya perbidang studi.
Untuk Kurikulum 2013 muatan sosio, scientific. Belajar matematika di dalamnya ada integrasi antara bahasa, IPA dan
sosial. Bagi guru yang sudah profesional tidak ada kendala lagi.
80 jadi semua mata pelajaran terintegrasi tanpa batas” Waw SG
22042014. Dari pembelajaran yang demikian imbas baiknya mereka mampu
mengutarakan perasaan mereka, atau mereka punya pendapat lain yang mau diungkapkan.
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 juga beragam sesuai dengan pernyataan Bapak
SG, guru kelas IV B, sebagai berikut: “Metode beragam, ada metode eksperimen, ceramah, penugasan,
project based learning, berbasis masalah, yang terpenting menggunakan metode yang harapannya dapat lebih mudah diterima
oleh anak dan selalu menyesuaikan dengan tema belajar anak” WawSG22042014.
Metode belajar digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
e Melaksanaan penilaian atentik authentic assessment
Pada awal pembelajaran Kurikulum 2013 guru masih bingung dalam proses penilaian autentik, seperti yang diungkapkan
oleh Ibu Kepala Sekolah bahwa; “Masalah yang dirasakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu
mengenai pekerjaan guru tidak henti-hentinya yaitu untuk menyiapkan instrumennya, sekaligus mengisi setiap kali
pembelajaran harus ada yang di dokumentasikan. Mengisikan dokumentasi itu yang dirasakan berat oleh guru, walaupun dirasa
berat mereka tetap melaksanakan karena sudah kewajiban” WawKP25022014.
Walaupun demikian pada bulan Desember 2013 sudah ada diklat
tentang penilaian autentik Kurikulum 2013 sehingga guru lebih
81 paham hal ini diungkapkan oleh guru kelas I B Ibu MR sebagai
berikut: “Awalnya kami bingung, tetapi setelah semester dua semakin lebih
baik. Karena pada bulan Desember ada diklat untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk semester 2 dan format penilaian” Waw
MR26022014.
Guru sudah mulai paham dalam penilaian kemudian yang masih
menjadi kendala ialah waktu. Awalnya penilaian menjadi masalah karena guru masih ada yang mengeluhkan dalam penilaian banyak
aspek yang diteliti sehingga butuh waktu yang banyak dan terkadang tidak selesai dikerjakan di sekolah. Hal ini diungkapkan
oleh Ibu EW guru kelas IV C sebagai berikut: “Kendala kurikulum 2013 yaitu penilaian sangat banyak dan ribet.
Penilaian luar biasa. Kami menikmati pelaksanaan Kurikulum 2013. Awalnya kami membutuhkan stamina yang lebih soalnya
dulu konvensional tempat duduk berbanjar sekarang berkelompok, anak fokus dengan kelompok, saya sebagai guru harus berkeliling
mengontrol” WawEW26022014. Pernyataann ini diperkuat oleh NAF Guru Kelas I A sebagai
berikut: “Hanya letaknya pada penilaian, masak setiap hari menilai sikap,
kemudian keterampilan dan pengetahuan. Yang sulit menilai keterampilan bercerita, lama menunggu murid yang lain bubar
pembelajarannya menyenangkan Cuma penilainnya yang ribet” WawNAF05052014.
Walaupun dirasa banyak, penilain harus tetap dilaksanakan karena
sudah kewajiban dan tanggungjawab sebagai seorang guru. Namun demikian banyak guru mengharapkan bahwa penilaian dalam
82 Kurikulum 2013 dibuat agar lebih simpel senada dengan yang
diungkapkan oleh Ibu EW Guru Kelas IV sebagai berikut: “Penilaian lebih sederhana, akurat tetapi lebih sederhana. Dapat
mewakili semua. Kaya tugas statistik kadang mengerjakan sampai jam 3 sore tidak selesai. Guru seperti petugas administrasi, mengisi
penilaian
setiap hari
dan itu
sangat banyak”
WawEW26022014.
Berdasarkan hasil wawancara guru dalam penerapan Kurikulum 2013 guru tidak memiliki masalah akan tetapi pada penilaian
membutuhkan waktu banyak sehingga guru juga harus menyelesaikan administrasi yang begitu banyak
f Menyusun raport mengenai hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 juga ada yang berbeda dalam penyusunan hasil belajar siswa atau raport. Jika dalam
Kurikulum KTSP hasil belajar siswa diukur dalam bentuk angka, untuk Kurikulum 2013 raport siswa ditampilkan melalui deskripsi.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu MR Guru Kelas IB sebagai berikut:
“Penyusunan raport deskripsi, misalnya anak mampu mejumlahkan bilangan dua angka, anak dapat mengurangkan 2 angka, anak
mampu membandingkan besar dan kecil, anak dapat membilang, penilaian wujudnya A,B,C,D” WawMR 26022014.
Di dalam penilaian aspek yang dinilaipu mencakup 3 ranah yaitu
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak SG Guru Kelas IV B sebagai berikut:
83 “Raport disusun secara narasi bukan berdasarkan nilai atau angka,
narasi yang mencirikan afektif, kognitif dan psikomotorik. Nilai dalam bentuk huruf A, B, C, D” WawSG15042014.
Perubahan bentuk raport tersebut juga memberikan dampak pada
orangtua siswa seperti yang diungkapkan oleh Bapak SG sebagai berikut:
“Pada awalnya ada yang bertanya, protes dari orangtua, dari jumlah angka kemudian berubah tidak berupa angka, ada wali
murid yang bertanya-tanya, penjelasan yang ada yaitu wali murid menerima bentuk penilaian bagi putra putrinya, walaupun masih
ada yang menanyakan anaknya peringkat berapa. Oleh guru diberitahu tetapi tidak dituliskan dalam raport. Karena dalam
Kurikulum 2013 raport berdasarkan deskripsi penilaian proses belajar tidak dengan nilaiangka. Hasil penilaian siswa berdasarkan
kemampuan siswa tidak ada siswa pintar dan bodoh semua siswa dapat berdasarkan kemampuannya masing-masing. Narasi skill
mereka diungkapkan kelebihan dan kekurangan anak” Waw SG22042014.
Jadi penilaian dalam bentuk deskripsi menjelaskan sejauh mana
kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Jadi guru harus tahu kemampuan siswa sejauh mana. Senada dengan
yang diungkapkan oleh guru kelas IV C Ibu ED sebagai berikut: “Guru harus thau sejauh mana kemampuan siswa, saya
menyediakan data kuantitatif dan deskriptif, kuantitatif untuk saya. Kemampuan anak misalnya bahasa Inggris dapat sembilan itu
dideskripsikan misalnya anak mampu melakukan conversation dengan baik” WawEW2622014.
Penilaian meliputi deskripsi yang menggambarkan kelebihan dan
kekurangan anak dalam proses pembelajaran.
84