Praktek ini telah sesuai dengan definisi yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk pengeluaran modal yang mana menyatakan bahwa pengeluaran
setelah perolehan suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat yang kemungkinan memberikan manfaaat ekonomis dimasa yang akan datang baik dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar keja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap yang bersangkutan.
7. Telaah ulang review Nilai residu, Umur Manfaat dan Metode Penyusutan PT.
Perkebunan Nusantara I Persero
Di dalam PSAK No. 16 yang telah konvergen dengan IAS no. 16 paragraf 54 menyatakan bahwa “nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 Tentang Laba rugi bersih untuk periode berjalan, koreksi kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi”.
Didalam paragraf 57 PSAK No, 16 revisi 2007 menyatakan bahwa Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.
Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat mencakup pelepasan aset yang bersangkutan setelah suatu waktu tertentu aset tersebut digunakan atau setelah bagian
tertentu dari manfaat suatu aset dikonsumsi. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek daripada umur ekonomi dari aset tersebut. Estimasi umur
manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.
Akan tetapi di dalam Praktek nya, perusahaan dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-Provinsi Aceh belum melaksanakan telaah ulang
review baik itu terhadap nilai residu aset tetapnya, maupun terhadap umur manfaat serta metode penyusutan aset tetapnya. Hal ini disebabkan karena di dalam
operasional pembukuan PTPN I Persero Langsa-Provinsi Aceh masih terdapat nilai buku satu rupiah, yang mana jumlahnya mencapai 10.746 unit aset tetap.
Oleh karena itu, untuk melakukan review atau telaah ulang atas nilai residu, masa manfaat dan metode penyusutan pada tiap-tiap aset tetap yang bernilai satu
rupiah ini tidak hanya membutuhkan tenaga dan waktu yang lama, tetapi juga membutuhkan pengeluaran kas yang cukup tinggi. Maka dari itu Penerapan ini
menuntut pertimbangan yang benar-benar matang dikarenakan kondisi cash flow perusahaan yang belum mampu memabiayai pajak pertambahan nilai dari proses
review ini. Didalam IAS 16 paragraf 60-61 mengatur mengenai metode penyusutan yang
digunakan harus mencerminkan espektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus
ditelaah minimum setiap akhir tahun buku dan apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan IAS 18 tentang Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Pada
PTPN I Persero Aset tetap dicatat berdasarkan biaya perolehan, sedangkan penyusutannya kecuali tanah disusutkan menggunakan metode garis lurus straight
line method berdasarkan taksiran masa manfaat dari masing-masing aset, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Umur Manfaat Aset Tetap
Jenis Aset Tetap Umur Manfaat
Tahun Tarif Penyusutan
Permanen Semi
Permanen Permanen
Semi Permanen
Tanaman Menghasilkan •
Kelapa Sawit •
Karet Bangunan Perusahaan
Bangunan Rumah Mesin dan Instalasi Pabrik
Jalan, Jembatan dan Saluran Air
Alat Pengangkutan Alat Pertanian
Inventaris Kecil 25
25 20
20 20
16 -
- -
- -
5 5
8
5 5
5 5
4 4
5 5
5
6 -
- -
- -
20 20
12
20 20
20 20
8. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap PTPN I Persero