3.10. Analisis Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Hasil Fraksinasi dengan Cara Kromatografi Kertas KKt
Menurut Markham, 1988, fraksi etilasetat dianalisis dengan KKt masing- masing menggunakan fase gerak:
i. BAA ii. Forestal
iii. Asam asetat 50 iv. Asam asetat 15
v. Asam klorida 1 Fraksi etilasetat di totolkan pada kertas Whatmann No.1, kemudian
dimasukkan kedalam bejana yang telah dijenuhkan dengan fase gerak BAA, Forestal, asam asetat 50, asam asetat 15 dan asam klorida 1 dan dielusi
dengan jarak rambat 13 cm. Kemudian kertas diangkat dan dikeringkan, diamati dibawah sinar ultraviolet. Kemudian disemprot dengan penampak bercak
aluminium klorida 5 bv, besi III klorida 1 bv dan uap ammonia kemudian diamati dibawah sinar ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm. Diantara
semua fase gerak diperoleh bercak yang paling banyak dan terpisah dengan baik adalah fase gerak asam asetat 50, maka dilanjutkan pemisahan secara
kromatografi KKt preparatif dengan fase gerak asam asetat 50.
3.11 Pemisahan Senyawa Flavonoida dari Fase Gerak Asam asetat 50 vv dengan cara KKt Preparatif
Terhadap fraksi etilasetat dilakukan pemisahan secara KKt preparatif dengan fase gerak asam asetat 50, dan fase diam kertas Whatmann No.3. Fraksi
etilasetat yang telah diencerkan ditotolkan berupa pita lebar lalu dielusi. Kemudian kertas diangkat dan dikeringkan, diamati dibawah sinar ultraviolet pada
Universitas Sumatera Utara
panjang gelombang 366 nm. Bercak diberi tanda dan digunting berupa pita menjadi potongan-potongan kecil, dimaserasi dengan metanol selama 24 jam dan
sekali-sekali dikocok, lalu disaring. Selanjutnya filtrat dikumpulkan dan dipekatkan hingga diperoleh isolat.
3.12 Uji Kemurnian Senyawa Flavonoid dari Hasil KKt Preparatif
Uji kemurnian terhadap isolat hasil KKt preparatif dilakukan dengan cara kromatografi kertas dua arah menggunakan dua sistem fase gerak yaitu BAA
sebagai fase gerak I, dan asam asetat 50 sebagai fase gerak II, dengan menggunakan fase diam kertas Whatmann No. 3, penampak bercak aluminium
klorida 5 bv. Isolat ditotolkan pada kertas Whatmann No.3 yang berukuran 18x20 cm, dimasukkan kedalam bejana yang telah jenuh dengan uap fase gerak I
lalu dielusi, kertas diangkat dan dikeringkan, selanjutnya dielusi kembali dengan fase gerak II dengan arah yang berbeda, kemudian kertas diangkat dan
dikeringkan, bercak diamati dibawah sinar ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm.
3.13 Identifikasi Senyawa Isolat
Identifikasi senyawa isolat dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi geser yaitu:
i. Isolat dilarutkan dengan metanol larutan isolat, dimasukkan kedalam kuvet dan kemudian diukur spektrumnya. Setelah diukur spektrumnya dalam
metanol, ditambahkan tiga tetes larutan natrium hidroksida 2 N kedalam kuvet dan diukur spektrumnya, kemudian setelah lima menit diukur kembali
spektrumnya.
Universitas Sumatera Utara
ii. Larutan isolat ditambahkan enam tetes pereaksi aluminium klorida, dikocok dan diukur spektrumnya, selanjutnya ditambahkan tiga tetes asam klorida 6 N
dan diukur spektrumnya. iii. Larutan isolat ditambahkan serbuk natrium asetat pada dasar kuvet, dikocok
dan diukur spektrumnya. Spektrum natrium asetat diukur kembali setelah lima menit. Kemudian kedalam kuvet tersebut ditambahkan serbuk asam borat dan
dicampur, lalu diukur spektrumnya Markham, 1988; Mabry, 1970.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Pusat dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor hasilnya disebutkan tumbuhan yang digunakan adalah
tumbuhan sirih merah Piper porphyrophyllum N.E.Br. suku Piperaceae. Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 45. Gambar tumbuhan pada
lampiran 2 halaman 46, gambar simplisia pada lampiran 3 halaman 47. Hasil pemeriksaan makroskopik sirih merah segar adalah helaian daun
berbentuk bulat telur, pada bagian pangkal berbentuk jantung, permukaan daun seperti baldu dengan warna merah, pada bagian bawah daun dan warna putih
keabuan pada bagian atas daun, mempunyai rasa yang sedikit pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik sirih merah menunjukkan adanya kutikula, epidermis,
hipodermis, sel minyak, palisade, bunga karang, epidermis bawah, rambut kelenjar, berkas pembuluh, rambut penutup, kolenkim, stomata, saluran sizogen.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia adalah simplisia berwarna cokelat dan rapuh. Hasil pemeriksaan mikroskopik simplisia menunjukkan adanya permukaan
daun bagian bawah, permukaan daun bagian atas, mesofil, epidermis bawah, pembuluh kayu, epidermis bawah, sel minyak.
Pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia untuk daun sirih sebagai standard digunakan daun sirih merah Piper porphyrophyllum N.E.Br. menurut
Materia Medika Indonesia MMI, 1980 diperoleh kadar air sebesar 8,600, ini menunjukkan bahwa serbuk simplisia telah memenuhi persyaratan penetapan
kadar air yaitu tidak boleh lebih dari 10. Kadar sari yang larut dalam air sebesar
Universitas Sumatera Utara