Penetapan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sediaan Sirup Kering secara Spektrofotometri Derivatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi betalaktamse bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif
terhadap kuman yang memproduksi penisilinase.Terutama digunakan terhadap
infeksi salurah kemih dan nafas yang resisten terhadap amoksisilin (Tan dan
Rahardja, 2013).
Obat dalam bentuk kombinasi sering digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit, termasuk di antaranya penyakit infeksi.Kombinasi amoksisilin dan
kalium klavulanat merupakan antibakteri yang terdiri Antibiotik β-laktam
amoksisilin dan penghambat β-laktamase kalium klavulanat.Kombinasi ini di
berikan untuk mengatasi resistensi β-laktam (Berry et al, 2005; Olano et al, 2007).
Beberapa bahan berkhasiat seperti turunan penisislin, sefalosforin,
makrolida dan karbosistein tidak stabil secara kimia bila disimpan dalam bentuk
sediaan cair.Sebagai jalan keluar dibuat sediaan sirup kering atau suspensi
kering.Tetapi bila telah dicampur dengan aquadest hanya stabil dalam
penyimpanan 7-10 hari, kalau pemakaian lebih lama potensi obat menurun atau
hilang (Jas, 2007).
Campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang telah ditentukan
kadarnya dengan metode spektrofotometri ultraviolet nonderivatif dan derivatif

dengan menggunakan pelarut air diperoleh pada derivatif pertama pada panjang
gelombang masing-masing 244,9 nm dan 272 nm. Diperoleh kadar amoksisilin
99,21±1,32% dan kalium klavulanat 99,72±1,64% (Huong dan Hoang, 2009).

1

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ditjen. BKAK (2014) untuk suspensi oral mengandung tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120% dari yang tertera pada etiket.
Menurut penelitian yang dilakukan Martina (2010), hasil optimasi pelarut
campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4metanol perbandingan (91:9) yang terbaik dan dideteksi oleh spektrofotometer
ultraviolet pada panjang gelombang 220 nm. Diperoleh kadar amoksisilin
92,84±2,54% dan kalium klavulanat 100,60±2,50%.
Penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi ini membutuhkan waktu
analisis yang lama dan biaya yang relatif mahal sehingga perlu dilakukan optimasi
metode yang bertujuan untuk mengurangi waktu, energi, dan biaya dengan
variabel pelarut dan panjang gelombang deteksi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Saragih (2015), telah melakukan penelitian penetapan kadaramoksisilin

dan

kalium

klavulanat

dalam

sediaan

tablet

dengan

menggunakan

spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing dalam pelarut metanol.
Panjang gelombang analisis untuk menetapkan kadar campuran amoksisilin dan
kalium klavulanat pada spektrum serapan derivat kedua masing-masing pada
panjang gelombang 279,20 nm dan 338,40 nm. Diperoleh kadar amoksisilin dan

kalium klavulanat masing-masing adalah (104,94±1,09)% dan (94,65±0,77)%.
Dalam
spektrofotometri

perkembangannya
konvensional

spektrofotometri

dan

spektrofotometri

terbagi

menjadi

derivatif.

Metode


spektrofotometri konvensional memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat digunakan
secara langsung untuk analisis secara kuantitatif maupun kualitatif dari contoh
yang memiliki matriks kompleks, sehingga harus dilakukan pemisahan analit dari

2

Universitas Sumatera Utara

matriks (El-Sayed et al, 2001).
Metode

spektrofotometri

derivatif

adalah

salah


satu

metode

spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran beberapa zat
secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun
dengan panjang gelombang yang berdekatan.Fasilitas ini memungkinkan analisis
multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih
(Nurhidayati, 2007).
Metode zero crossing adalah prosedur yang paling umum untuk
menentukan campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih. Metode zero
crossing dapat digunakan pada derivatif pertama dan kedua dengan pemilihan
panjang gelombang untuk pengukuran (Nurhidayati, 2007).
Beberapa keuntungan dari spektrum derivatif antara lain spektrum
derivatif memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan
gambaran ini makin jelas dari spektra derivatif pertama ke derivatif keempat.
Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam campuran
dengan bahan yang panjang gelombangnya saling berdekatan.Bila dibandingkan
dengan kromatografi cair kinerja tinggi, metode spektrofotometri derivatif relatif
lebih sederhana, alat dan biaya operasionalnya relatif lebih murah dan waktu

analisisnya lebih cepat (Nurhidayati, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk penetapan kadar
amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sirup kering secara spektrofotometri
derivatif dengan metode zero crossingdalam pelarut campuran dapar fosfat pH
4,4-metanol (91:9).
1.2 Perumusan Masalah

3

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan

pendahuluan

diatas,

maka

dapat


dibuat

perumusan

masalahsebagai berikut:
1. Apakah pelarut campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dapat digunakan untuk
analisis

kadar

amoksisilin

dan

kalium

klavulanat

dengan


menggunakan

spektrofotometri derivatif pada panjang gelombang zero crossing ?
2. Apakah kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan sirup kering yang
ditetapkan dengan metode spektrofotometri derivatif pada panjang gelombang zero
crossing memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Ditjen. BKAK., (2014)?
3. Apakah metode spektrofotometri derivatif yang digunakan memenuhi persyaratan
validasi metode ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
1. Pelarut campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dapat digunakan untuk
analisis kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dengan menggunakan
spektrofotometri derivatif pada panjang gelombang zero crossing.
2. Kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan sirup kering yang
ditetapkan menggunakan spektrofotometri derivatif pada panjang gelombang
zero crossing memenuhi persyaratan Ditjen. BKAK., (2014).

3. Metode yang digunakan memenuhi persyaratan validasi metode.
1.4 Tujuan Penelitian

4

Universitas Sumatera Utara

1.

Melakukan analisis kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dengan pelarut
campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) menggunakan spektrofotometri
derivatif pada panjang gelombang zero crossing.

2.

Membandingkan hasil yang diperoleh pada penetapan kadaramoksisilin dan
kalium klavulanat mengunakan spektrofotometri derivatif pada panjang
gelombang zero crossing dengan persyaratan Ditjen. BKAK., (2014).

3.


Melakukan uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif yang
digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah untuk memperoleh panjang gelombang zero
crossing dalam menetapkan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam
sediaan sirup kering dengan perbandingan zat aktif masing-masing 4:1
menggunakan spektrofotometri derivatif yang dapat digunakan oleh industri
farmasi.

5

Universitas Sumatera Utara