PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET, KONTROL SOSIAL, DAN KONTROL DIRI TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 3 YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET, KONTROL SOSIAL, DAN

KONTROL DIRI TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS XII

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

SMK N 3 YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Muhammad Rian Adi Permana

NIM. 09501244038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

v

"

MOTTO & PERSEMBAHAN

"Semua ini milik Alloh SWT termasuk juga ilmu, jika ingin berilmu maka berusaha, mendekat dan memintalah pada Alloh SWT"

(Imam Mustholiq Mussama)

"You have to learn the rules of the game, and then you have to play better than anyone else"

(Albert Einstein)

“Orang hebat adalah orang yang bisa membahagiakan orang lain dan melakukan sesuatu untuk orang lain dengan ikhlas”

(

M. Rian Adi Permana

)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT karya ini Penulis

persembahkan kepada :

1.

Ibu septiningsih dan Bapak agus supriyanto tercinta yang telah

mendidik dengan penuh rasa cinta dan doa selama 22 tahun ini.

2.

Adikku agnes yang selalu memberikan motivasi.

3.

Semua keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan

menginspirasi.

4.

Semua kawan

seperjuangan di ELEKTRODE ’09 yang selalu bisa

bekerja sama dalam suka dan duka.

5.

Teman ku Ramiyoto, Rini, Arbi, Era, Aris, Indah, Ramdhan, Praja,

Firman yang dengan sabar menuntunku dan memberi semangat.

6.

Semua kawan-kawan yang mengajariku arti sebuah pertemanan.


(6)

vi

PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET, KONTROL SOSIAL, DAN KONTROL DIRI TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS XII

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 3 YOGYAKARTA

Muhammad Rian Adi Permana 09501244038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh antara penggunaan

internet terhadap karakter siswa, (2) Pengaruh antara kontrol sosial terhadap

karakter siswa, (3) Pengaruh kontrol diri terhadap karakter siswa, (4) Pengaruh

secara simultan antara penggunaan internet, kontrol sosial, dan kontrol diri terhadap karakter siswa kelas XII Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK N 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan ex-post facto. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK N 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 113 siswa dengan jumlah sampel 88 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah

penggunaan internet (X1), kontrol sosial (X2), kontrol diri (X3), dan karakter

siswa (Y). Pengumpulan data dari keempat variabel menggunakan kuesioner atau angket dengan skala Likert. Pengujian prasyarat analisis hipotesis meliputi uji normalitas, linieritas, dan multikolinearitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda untuk hipotesis pertama, hipotesis kedua, hipotesis ketiga, dan hipotesis keempat.

Hasil penelitian ini adalah (1) Pengaruh penggunaan internet terhadap

karakter siswa adalah positif dan signifikan yang dibuktikan dengan nilai korelasi sebesar 0,161; (2) Pengaruh kontrol sosial terhadap karakter siswa adalah positif dan signifikan yang dibuktikan dengan nilai korelasi sebesar 0,299; (3) Kontrol diri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap karakter siswa yang dibuktikan dengan nilai korelasi sebesar 0,367; Sedangkan (4) Penggunaan internet, kontrol sosial, kontrol diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakter siswa yang dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,500.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu untuk Rosullulah Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Internet, Kontrol Sosial, dan Kontrol Diri Terhadap Karakter Siswa Kelas XII Program

Keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK N 3 Yogyakarta” disusun guna

memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Samsul Hadi, M.Pd, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi

yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

2. Dr. Edy Supriyadi, M.Pd dan Soeharto, Msoe, Ph.D Selaku Validator

instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Samsul Hadi, M.Pd, Herlambang Sigit Pramono, S.T., M.Cs. dan MT,

Ketut Ima Ismara, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji Utama yang memberi koreksi dan perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Drs. Giri Wiyono, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Dr. Istanto Wahyu Djatmiko, M.Pd. Selaku koordinator skripsi Jurusan

Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Muh. Khairudin, M.T., Ph.D selaku Kepala Program Studi Pendidikan Teknik


(8)

viii

7. Ketut Ima Ismara, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

9. Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.A., M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

10.Kepala SMK N 3 Yogyakarta beserta staff dan warga sekolah lainnya yang

telah membantu dalam proses pengambilan data.

11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Teknik Elektro angkatan 2009 yang

telah memberi bantuan dalam penyelesaian skripsi.

12.Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu, tentunya penulis

mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini, untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan semua pihak serta dapat menjadi amal ibadah.

Yogyakarta, Januari 2013 Penulis,

Muhammad Rian Adi Permana NIM. 09501244038


(9)

ix

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PERSETUJUAN

... ii

HALAMAN PENGESAHAN

... iii

HALAMAN PERNYATAAN

... iv

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

... v

ABSTRAK

... vi

KATA PENGANTAR

... vii

DAFTAR ISI

... ix

DAFTAR GAMBAR

... xii

DAFTAR TABEL

... xiii

DAFTAR LAMPIRAN

... xiv

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 5

C.

Batasan Masalah... 6

D.

Rumusan Masalah ... 6

E.

Tujuan Penelitian ... 7

F.

Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

... 9

A.

Kajian Teori ... 9

1.

Karakter ... 9

a.

Definisi Karakter ... 9

b.

Dimensi-dimensi Karakter ... 11

c.

Aspek-aspek dalam membentuk Karakter ... 13

d.

Fungsi Pembentukan Karakter ... 13

e.

Nilai-nilai Pembentuk Karakter ... 20

2.

Kontrol Diri ... 23

a.

Definisi Kontrol Diri ... 23

b.

Ciri-ciri Kontol Diri ... 25

c.

Fungsi Kontrol Diri ... 25

d.

Jenis dan Aspek Kontrol Diri ... 26

e.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ... 29

3.

Kontrol Sosial ... 30

a.

Definisi Kontrol Sosial ... 30

b.

Tujuan Kontrol Sosial ... 31

c.

Sifat-sifat Kontrol Sosial ... 31

d.

Cara-cara Kontrol Sosial ... 33


(10)

x

halaman

4.

Media Internet ... 36

a.

Definisi Internet ... 36

b.

Sejarah Perkembangan Internet... 37

c.

Fungsi Internet ... 42

d.

Dampak Internet ... 43

e.

Motif Penggunaan Internet ... 46

B.

Kerangka Berpikir ... 47

C.

Penelitian yang Relevan ... 48

D.

Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN

... 50

A.

Desain Penelitian ... 50

B.

Tempat dan Waktu Peneitian ... 50

C.

Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

1.

Populasi ... 51

2.

Sampel ... 52

D.

Metode Penelitian... 53

E.

Tata Hubung Variabel Penelitian ... 54

F.

Definisi Operasional Variabel ... 55

G.

Metode Pengumpulan Data ... 56

H.

Instrumen Penelitian... 57

1.

Skala Pengukuran dan Penskoran Instrumen ... 57

2.

Kisi-Kisi Instrumen ... 59

3.

Penafsiran Kategorisasi Hasil Pengukuran ... 61

4.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 62

a.

Validitas Instrumen ... 62

b.

Reliabilitas Instrumen ... 63

c.

Hasil Uji Coba Instrumen ... 64

I.

Metode Analisa Data ... 69

1.

Uji Prasyarat Analisis ... 69

a.

Uji Normalitas ... 70

b.

Uji Linearitas ... 71

c.

Uji Multikolinearitas ... 72

2.

Analisa Data ... 73

a.

Regresi Ganda ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

... 74

A.

Deskripsi Statistik ... 74

1.

Data Pernggunaan Internet ... 74

2.

Data Kontrol Sosial ... 78

3.

Data Kontrol Diri Siswa ... 81


(11)

xi

halaman

B.

Pengujian Prasyarat Analisis ... 88

1.

Uji Normalitas ... 88

2.

Uji Linearitas ... 89

3.

Uji Multikolinearitas ... 89

C.

Pengujian Hipotesis ... 90

1.

Pengujian Hipotesis Pertama ... 90

2.

Pengujian Hipotesis Kedua ... 91

3.

Pengujian Hipotesis Ketiga ... 93

4.

Pengujian Hipotesis Keempat ... 94

D.

Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 95

1.

Sumbangan Relatif ... 95

2.

Sumbangan Efektif ... 96

E.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

1.

Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Karakter ... 97

2.

Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Karakter ... 100

3.

Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Karakter ... 101

4.

Pengaruh Secara Simultan Penggunaan Internet, Kontrol Sosial,

dan Kontrol Diri Terhadap Karakter Siswa ... 103

BAB V PENUTUP

... 106

A.

Kesimpulan ... 106

B.

Keterbatasan Penelitian ... 107

C.

Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA

... 111


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Konfigurasi Pendidikan Karakter KEMENDIKNAS ... 12

Gambar 2. Paradigma Penelitian ... 54

Gambar 3. Diagram Batang Distribusi Penggunaan Internet ... 76

Gambar 4. Kategorisasi Data Penggunaan Internet ... ... 77

Gambar 5. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Kontrol Sosial ... 79

Gambar 6. Kategorisasi Data Kontrol Sosial ... 80

Gambar 7. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Kontrol Diri ... 83

Gambar 8. Kategorisasi Data Kontrol Diri ... 84

Gambar 9. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Karakter Siswa ... 86

Gambar 10. Kategorisasi Data Karakter Siswa ... 87


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Sampel Penelitian ... 53

Tabel 2. Skala Likert Setelah Dimodifikasi... ... 58

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Karakter Siswa... ... 59

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Kontrol Diri... ... 59

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Kontrol Sosial... ... 60

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penggunaan Internet

………

. 60

Tabel 7. Kategorisasi/Interpretasi Hasil Pengukuran... ... 61

Tabel 8. Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas... ... 64

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Instrumen Penggunaan Internet... . 65

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Instrumen Kontrol Sosial... ... 66

Tabel 11. Hasil Uji Validitas Instrumen Kontrol Diri

………...

... 67

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Instrumen Karakter Siswa... ... 68

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... ... 69

Tabel 14. Statistik Penggunaan Internet... ... 74

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Data Penggunaan Internet

………...

... 75

Tabel 16. Kategorisasi Data Penggunaan Internet... ... 77

Tabel 17. Statistik Kontrol Sosial

………...

... 78

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Data Kontrol Sosial

……….

... 79

Tabel 19. Kategorisasi Data Kontrol Sosial

………..

... 80

Tabel 20. Statistik Kontrol Diri

………..

... 81

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Data Kontrol Diri

……….

... 82

Tabel 22. Kategorisasi Data Kontrol Diri

………...

... 84

Tabel 23. Statistik Karakter Siswa

………..

... 85

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Data Karakter Siswa

……….

... 86

Tabel 25. Kategorisasi Data Karakter Siswa

………..

... 87

Tabel 26. Hasil Uji

Normalitas………

... 88

Tabel 27

. Hasil Uji Linieritas ………..

... 89

Tabel 28

. Hasil Uji Multikolinieritas………..

... 90

Tabel 29. Hasil Analisis Regresi X

1

Terhadap Y

……….. ...

90

Tabel 30. Hasil Analisis Regresi X

2

Terhadap Y

……….. ...

92

Tabel 31. Hasil Analisis Regresi X

3

Terhadap Y

…………... ...

93

Tabel 32. Hasil Analisis Regresi Ganda X

1

, X

2

, X

3

Terhadap Y

…………...

94

Tabel 33. Hasil Sumbangan Relatif X

3

X

1

, X

2

, X

3

Terhadap JK Regresi

…...

95


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Perhitungan Sampel Penelitian ... ... 116

Lampiran 2. Expert Judment Instrument Penelitian... ... 118

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas & Realibilitas... ... 131

Lampiran 4. Angket/Kuisioner Penelitian………...

... 141

Lampiran 5. Data Penelitian……. ...

... 149

Lampiran 6. Analisa

Data………...

... 170

Lampiran 7. Dokumentasi Perijinan Penelitian…... ………...

... 182


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendukung utama dalam pembangunan indonesia adalah sumber daya manusia yang bermutu dan memadai. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No. 20 Th 2003). Dalam kehidupan sehari-hari sangat sering terjadi adanya kekerasan, tawuran, etos kerja yang rendah, ketidak jujuran, tingginya tingkat kecurigaan terhadap sesama, hilangnya rasa saling menghormati, bahkan perilaku bullying yang tidak sesuai dengan norma pancasila dan agama yang berlaku. Seperti yang diberitakan LENSAINDONESIA.COM, terjadinya pelemparan bom molotov ke pos satpam SMK 3 jetis, Yogyakarta Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto,

mengatakan, “yang melatar belakangi peristiwa tersebut diduga adanya

perselisihan antara dua kelompok genk motor” Dan, yang saat ini sedang

ditelusuri, adalah penyebab terjadinya perselisihan antara dua kelompok ini. Termasuk, melibatkan salah satu siswa SMK 3 Jetis tersebut


(16)

2

(http://www.lensaindonesia.com/2013/05/15/polri-amankan-18-anggota-genk-motor-bom-molotov-yogyakarta.html).

Menurut Lickona (2013:15-22) bahwa ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa karena karakter baik tidak dimiliki. Kesepuluh tanda tersebut :

(1) meningkatnya kekerasan pada remaja, (2) penggunaan

kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group (rekan

kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, (5) kaburnya batasan moral baik-buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidak jujuran, serta (10) adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter atau perilaku siswa dapat dipengaruhi faktor bawaan dan faktor lingkungan. Soedarsono (2007 : 16) menjelaskan

“Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri melalui pendidikan,

pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap, dan


(17)

3

Di era globalisasi seperti sekarang penggunaan media internet adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi perilaku siswa. Semakin maju dan modern menuntut siswa untuk selalu mengikuti segala perkembangan teknologi yang selalu mengalami perkembangan hingga kemudian dikenalkan dengan adanya internet dari perkembangan teknologi internet inilah yang dapat menimbulkan dampak bagi pembentukan pribadi siswa. Siswa saat ini telah banyak atau dituntut untuk mengenal penggunaan teknologi internet, bahkan banyak sekolah saat ini yang menerapkan teknologi internet sebagai bagian dari kurikulum pendidikannya seperti E-Learning, Perpustakaan Online dimana untuk mencari bahan belajar bisa muda diakses lewat internet.

SMK Negeri 3 Yogyakarta menyedikaan akses internet melalui jaringan

Wifi bagi para siswa sebagai sarana pencarian informasi dan media komunikasi dari penggunaan internet oleh siswa tentu akan membawa pengaruh bagi pembentukan pribadi siswa. Tingginya akses ke intenet yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi psikologis dirinya. Selain faktor perkembangan zaman lingkungan masyarakat, keluarga dan pendidikan sebagai kontrol sosial dapat mempengaruhi pembentukan karakter siswa, Kontrol sosial dilakukan untuk membimbing dan mengajak siswa agar melaksanaakan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat sebagai usaha dalam mewujudkan karakter siswa.

Setiap kegiatan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam


(18)

4

proses pendidikan. Menurut Zanti Arbi dalam Afgani (2006: 6), bahwa pendidikan itu adalah kunci bagi pemecahan masalah-masalah sosial dan sekolah juga merupakan alat kontrol sosial. Wuradji dalam Afgani (2006: 6) juga menulis tentang sekolah sebagai kontrol sosial untuk memperbaiki kebiasaan jelek di rumah maupun masyarakat dan perubah sosial. SMK Negeri 3 Yogyakarta melalukan kontrol sosial salah satunya dengan penempelan poster-poster dengan kata-kata yang membangun karakter siswa, salah satunya saat memasuki sekolah siswa akan melihat poster

dengan tulisan “Tumbuhkan Budaya Malu” dalam poin-poin yang ada dalam poster tersebut siswa dihimbau untuk malu jika datang terlambat, malu karena melihat rekan sibuk melakukan aktifitas, malu karena melanggar peraturan, malu untuk berbuat salah, malu karena bekerja atau belajar tidak berprestasi, malu karena tugas tidak terlaksana atau selesai tepat waktu, dan malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan sekolah.

Kontrol sosial disekolah menjaga setiap siswa agar tetap menjaga perilaku, hal ini diharapkan akan menjadi sebuah pembentuk karakter yang baik. kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang agar sesuai norma sosial lingkungan tersebut. Karakter juga tidak lepas dari bagaimana siswa itu dapat mengontrol dirinya dari pengaruh-pengaruh negatif dan mempertimbangkan sebelum melakukan tindakan.

Proses pengontrolan diri ini menjelaskan bagaimana diri (self)

mengendalikan perilaku dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku. Jika individu mampu


(19)

5

mengendalikan perilakunya dengan baik maka dapat menjalani kehidupan dengan baik. Melalui kontrol diri, diharapkan siswa dapat membedakan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tentang apa yang dapat diterima itu sebagai perilaku standar untuk membimbing perilakunya sehingga mau menunda pemenuhan kebutuhannya (Santrock, 2003: 523).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Internet, Kontrol Sosial dan Kontrol Diri Terhadap Karakter Siswa Kelas XII Program Keahlian Teknik Ketenagalitrikan SMK Negeri 3

Yogyakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh internet sebagai faktor perkembangan zaman terhadap

kepribadian siswa.

2. Kurangnya perhatian terhadap pentingnya manfaat karakter bagi siswa.

3. Belum adanya pengawasan bagi siswa dalam memanfaatkan internet

yang tersedia di SMK Negeri 3 Yogyakarta.

4. Banyak siswa SMK Negeri 3 Yogyakarta yang belum memamfaatkan

media internet sebagai media belajaran.

5. Kontrol sosial dirasa masih belum efektif membentuk karakter siswa

SMK Negeri 3 Yogyakarta.


(20)

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan internet, kontrol sosial dan kontrol diri terhadap karakter siswa SMK N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan kelas XII. Kelas XII dipilih berdasarkan pertimbangan sudah lebih mengenal lingkungan sekolah serta lebih dewasa dibanding kelas XI dan Kelas X, sedangkan kelas XI tidak dipilih karena sebagian siswa sedang melaksanakan kegiatan diluar sekolah yaitu praktik industri (PI). Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan luasnya permasalahan dan terbatasnya kemampuan peneliti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian serta identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan internet terhadap karakter siswa Kelas

XII SMK Negeri 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan?

2. Bagaimana pengaruh kontrol sosial terhadap karakter siswa kelas XII

SMK Negeri 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan?

3. Bagaimana pengaruh kontrol diri terhadap karakter siswa kelas XII SMK

Negeri 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan?

4. Bagaimana pengaruh penggunaan internet, kontrol diri dan kontrol sosial

secara bersama-sama terhadap karakter siswa kelas XII SMK Negeri 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan?


(21)

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan internet terhadap karakter siswa

kelas XII SMK N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

2. Mengetahui pengaruh kontrol sosial terhadap karakter siswa kelas XII

SMK N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

3. Mengetahui pengaruh kontrol diri terhadap karakter siswa kelas XII SMK

N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

4. Mengetahui pengaruh penggunaan internet, kontrol sosial dan kontrol

diri secara bersama-sama terhadap karakter siswa kelas XII SMK N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

F. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Secara Praktis

1. Bagi Mahasiswa

1) Dapat mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi karakter

siswa kelas XII SMK N 3 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

2) Studi lanjut mengenai faktor–faktor yang dapat mempengaruhi


(22)

8

2. Bagi SMK N 3 Yogyakarta

1) Mempunyai data mengenai karakter siswa dan faktor–faktor yang

mempengaruhinya.

2) Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam

rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang

bersangkutan.

3. Bagi Siswa

Setelah mengetahui pengaruh penggunaan internet , kontrol sosial , dan kontrol diri terhadap karakter maka diharapkan sebagai tambahan wawasan bagi siswa untuk memupuk nilai-nilai karakter yang baik dalam diri siswa masing-masing.

2. Manfaat Secara Teoretis

a. Pembaca

Menambah pengetahuan pembaca dalam melihat kontrol sosial di sekolah sebagai pengembangan dalam pendidikan karakter.

b. Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan referensi dan perbandingan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dimasa yang berikutnya.

c. Peneliti yang Bersangkutan

Sebagai penerapan ilmu yang dipelajari dan pembelajaran di dunia pendidikan agar lebih peka dengan permasalahan sekolah


(23)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Karakter

a. Definisi Karakter

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang

berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis

kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti

itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus,

dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola

perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.

Simon Philips yang dikutip Fatchul Muin Simatupang (2011:

161), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu

sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

Pendapat lain berasal dari Doni Koesoema (2010 : 80) yang

menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian

dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari

diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima

dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan

seseorang sejak lahir.

Sementara, Winnie yang dikutip Fatchul (2011: 161)

menyampaikan bahwa istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang

berarti ‘to mark’ (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, dia


(24)

10

menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Seseorang

berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut

memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, seseorang berperilaku

jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan

karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan

‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional Karakter

adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik

adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:639), karakter merupakan

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain.

Peterson dan Seligman yang dikutib dalam Fatchul (2011: 161),

yang mengaitkan secara langsung ’character strength’ dengan

kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis

yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari

‘character strength’ adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam

membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang


(25)

11

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

adalah cara pemikiran, sikap, dan perilaku setiap individu yang bersifat

baik atau positif. Siswa yang berkarakter adalah siswa yang mempunyai

moral yang baik sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dan

meraih cita-cita yang diharapkan masing-masing siswa.

b. Dimensi – dimensi Karakter

Perkembangan karakter dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor

bawaaan (neture) lingkungan (nurture) dimana orang tumbuh dan

berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan diluar jangkauan individu

untuk mempengaruhinya. Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan

karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku

siswa sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan

oleh faktor lingkungan ini. Konsep dan strategi pembangunan karakter

diimplementasikan dalam 4 dimensi kemendiknas (KEMENDIKNAS,

2011: 8) yaitu olah pikir, olah Hati, olah raga, olah rasa atau karsa.

Inilah landasan dari program pembentukan karakter bagi siswa.

Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga

berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan

penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa

berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam

kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. rasa atau karsa

adalah melatih untuk menguatkan jiwa yang mendorong mahluk hidup


(26)

12

Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan

keyakinan/keimanan. (Pemerintah RI, 2010: 21). hati adalah sesuatu

yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala

perasaan batin dan tempat menyimpan perasaan Depdiknas KBBI

(2008:514). Sedangkan, Pengertian olah raga menurut Pasal 1 angka 4

UU Nomer 3 Tahun 2005, Olah raga adalah segala kegiatan yang

sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi

jasmani, rohani, dan sosial (Pandjaitan, 2011 : 129).


(27)

13

c. Aspek- Aspek dalam Membentuk Karakter

Karakter merupakan sifat baik yang melingkupi berbagai aspek,

karakter adalah budi pekerti yang meliputi aspek pengentahuan

(cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action) (Wangsadinata,

2008: 264). Pembentukan karakter dilakukan melalui proses dan bantuan

dari berbagai pihak salah satunya dalam proses pembelajaran di sekolah,

sehingga kita harus mengetahui aspek-aspek dalam membentuk karakter

siswa, Efindri dkk (2012 : 179) Mengatakan 4 ruang lingkup aspek

utama :

1) Membangun ketrampilan komunikasi mendidik

2) Membangun keterampilan kerjasama ‘teamwork’ 3) Membangun kepemimpinan ‘leadership’

4) Membangun hubungan dan konektifitas

d. Fungsi Pembentukan Karakter

Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha

yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona

(2012 : 55), menyatakan bahwa “pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat

memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti”

Pengertian yang disampaikan Lickona (2013: 74-88)

memperlihatkan adanya proses perkembangan yang melibatkan

pengetahuan (moral knowing), perasaan (moral feeling), dan tindakan

(moral action), sekaligus juga memberikan dasar yang kuat untuk


(28)

14

Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa kita harus melibatkan

para siswa dengan kegiatan-kegiatan yang akan mengantarkan mereka

berpikir kritis mengenai persoalan-persoalan etika dan moral dan

memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempraktikkan perilaku

etika dan moral tersebut.

1) Moral Knowing (Pengetahuan Moral)

Terdapat beragam jenis pengetahuan moral yang berkaitan

dengan tantangan moral kehidupan. Berikut ini enam tahap yang

harus dilalui dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan

moral:

a) Moral awarness (kesadaran moral). Kelemahan moral yang

melanda hampir semua manusia dari segala jenis usia adalah

adanya kebutaan atau kepapaan moral. Anak-anak muda

misalnya, sering kali tidak peduli terhadap hal ini; mereka

melakukan sesuatu tanpa mempertanyakan kebenaran suatu

perbuatan.

b) Knowing moral values (pengetahuan nilai-nilai moral). Nilai-nilai

moral seperti rasa hormat terhadap kehidupan dan kebebasan,

tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan,

toleransi, sopan-santun, disiplin-diri, integritas, kebaikan,

keharuan-keibaan, dan keteguhan hati atau keberanian, secara

keseluruhan menunjukan sifat-sifat orang yang baik. Mengetahui

nilai-nilai di atas berarti juga memahami bagaimana menerapkan


(29)

15

c) Perspective-taking. adalah kemampuan untuk mengambil

pelajaran dari peristiwa yang menimpa atau terjadi pada orang

lain; melihat suatu keadaan sebagaimana mereka melihatnya;

mengimajinasikan bagaimana mereka berpikir, bereaksi, dan

merasakannya. Tujuan utama dari pendidikan moral adalah

untuk membantu siswa agar mereka bisa memahami dunia ini

dari sudut pandang orang lain, terutama yang berbeda dari

pengalaman mereka.

d) Moral reasoning (alasan moral). Moral reasoning meliputi

pemahaman mengenai apa itu perbuatan moral dan mengapa

harus melakukan perbuatan moral. Mengapa, misalnya, penting

untuk menepati janji? Mengapa harus melakukan yang terbaik?.

Moral reasoning pada umumnya menjadi pusat perhatian

penelitian psikologis berkaitan dengan perkembangan moral.

e) Decesion-making (pengambilan keputusan). Kemampuan

seseorang untuk mengambil sikap ketika dihadapkan dengan

problema moral adalah suatu keahlian yang bersifat reflektif. Apa

yang dipilih dan apa akibat atau resiko dari pengambilan

keputusan moral itu, bahkan harus sudah diajarkan sejak TK

(Taman Kanak-kanak).

f) Self-knowledge. Mengetahui diri sendiri atau mengukur diri

sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit,

tetapi hal ini sangat penting bagi perkembangan moral. Menjadi


(30)

16

perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis.

Perkembangan atas self-knowledge ini meliputi kesadaran akan

kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan bagaimana

mengkonpensasi kelemahan itu. Cara yang dapat dilakukan

untuk mengatasi kelemahan itu adalah dengan menjaga 'jurnal

etik' (mencatat peristiwa-peristiwa moral yang terjadi, bagaimana

merespon peristiwa moral itu, dan apakah respon itu dapat

dipertanggung jawabkan secara etika).

2) Moral Feeling (Perasaan Moral)

Sisi emosional dari karakter seringkali diabaikan dalam

pembahasan-pembahasan mengenai pendidikan moral, padahal hal

ini sangat penting. Sungguh (secara sederhana), mengetahui yang

benar tidak menjamin perilaku yang benar. Banyak orang yang

sangat pandai ketika berbicara mengenai yang benar dan yang

salah, akan tetapi justru mereka memilih perbuatan yang salah.

a) Conscience (Kesadaran). Kesadaran memiliki dua sisi: sisi

kognitif (pengetahuan tentang sesuatu yang benar), dan sisi

emosional (perasaan adanya kewajiban untuk melakukan apa

yang benar itu). Kesadaran yang matang, disamping adanya

perasaan kewajiban moral, adalah kemampuan untuk

mengonstruksikan kesalahan. Seseorang dengan kesadarannya

merasa berkewajiban untuk menunjukkan suatu perbuatan

dengan cara tertentu, maka ia pun bisa menunjukkan cara


(31)

17

Bagi banyak orang, kesadaran adalah persoalan

moralitas. Mereka memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral

dalam kehidupannya, karena nilai-nilai itu memiliki akar yang

kuat dalam moral-diri mereka sendiri (moral self/hati nurani).

Seperti, seseorang tidak dapat berbohong dan menipu karena

mereka telah mengidentifikasikan dengan tindakan moral

mereka; mereka merasa 'telah keluar dari karakter' ketika

mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

nilai-nilai mereka. Menjadi orang yang secara pribadi memiliki

komitmen terhadap nilai-nilai moral ternyata memerlukan

proses perkembangan, dan membantu siswa dalam proses ini

merupakan tantangan bagi setiap guru pendidikan moral.

b) Self-esteem (penghargaan-diri). Ketika kita memiliki ukuran

yang sehat terhadap penghargaan-diri, kita menilai diri kita

sendiri. Ketika kita menilai diri kita sendiri, kita akan

menghargai atau menghormati diri kita sendiri. Kita tidak akan

menyalahgunakan anggota tubuh atau pikiran kita atau

mengizinkan pihak-pihak untuk menyalah gunakan diri kita.

c) Empathy (empati). Empati adalah identifikasi dengan, atau

seakan-akan mengalami, keadaan yang dialami pihak lain.

Empati memungkinkan kita untuk memasuki perasaan yang

dialami pihak lain. Empati merupakan sisi emosional dari


(32)

18

d) Loving the good. Bentuk karakter yang paling tinggi

diperlihatkan dalam kelakukan yang baik. Ketika seseorang

mencintai yang baik, maka dengan senang hati ia akan

melakukan yang baik. Ia secara moral memiliki keinginan untuk

berbuat baik, bukan semata-mata karena kewajiban moral.

e) Self-control. Emosi dapat menjadi alasan terjadinya

penyimpangan sosial. Alasan seseorang mengapa self-control

diperlukan untuk kebaikan moral. Kontrol-diri juga diperlukan

bagi kegemaran-diri anak-anak muda. Seseorang ingin mencari

akar terjadinya penyimpangan sosial, salah satunya dapat

ditemukan pada kegemaran-diri ini, demikian kata Walter

Niogorski.

f) Humility (kerendahan hati). Kerendahan hati merupakan

kebajikan moral yang sering diabaikan, padahal merupakan

bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hati

merupakan sisi yang efektif dari pengetahuan-diri (s

elf-kenowledge). Kerendahan hati dan pengetahuan-diri

merupakan sikap berterus terang bagi kebenaran dan keinginan

untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan kita. Kerendahan


(33)

19 3) Moral Actian (Tindakan Moral)

Moral action (tindakan moral), dalam pengertian yang luas,

adalah akibat atau hasil dari moral knowing dan moral feeling.

Seseorang memiliki kualitas moral intelek dan emosi, kita bisa

memperkirakan bahwa mereka akan melakukan apa yang mereka

ketahui dan rasakan. Untuk memahami sepenuhnya apa yang

dimaksud dengan tindakan moral, berikut ini adalah tiga aspek dari

karakter: kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan

(habit).

a) Kompetensi (Competence). Moral kompetensi adalah

kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke

dalam tindakan moral yang efektif. Untuk memecahkan

masalah konflik misalnya, diperlukan keahlian-keahlian praktis:

mendengar, menyampaikan pandangan tanpa mencemarkan

pihak lain, dan menyusun solusi yang dapat diterima

masing-masing pihak.

b) Kemauan (Will). Pilihan yang benar (tepat) akan suatu perilaku

moral biasanya merupakan sesuatu yang sulit. Untuk menjadi

dan melakukan sesuatu yang baik biasanya mensyaratkan

adanya keinginan bertindak yang kuat, usaha untuk

memobilisasi energi moral. Kemauan merupakan inti (core) dari

dorongan moral.

c) Kebiasaan (Habit). Dalam banyak hal, perilaku moral terjadi


(34)

20

baik, seperti yang dikatakan William Bennet, adalah orang yang

melakukan tindakan 'dengan sepenuh hati', 'dengan tulus',

'dengan gagah berani', 'dengan penuh kasih atau murah hati',

dan 'dengan penuh kejujuran'. Orang melakukan perilaku yang

baik adalah karena didasarkan kekuatan kebiasaan.

Karena alasan-alasan di atas, sebagai bagian dari pendidikan

moral, maka harus banyak kesempatan yang diberikan kepada

siswa untuk mengembangkan kebiasaan baik, dan memberikan

praktik yang cukup untuk menjadi orang baik. Dengan demikian

memberikan kepada mereka pengalaman-pengalaman

berkenaan dengan perilaku jujur, sopan, dan adil.

e. Nilai-nilai Pembentuk Karakter

Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan adalah nilai-nilai

universal yang dapat menjadi perekat seluruh masyarakat dengan

berbagai perbedaan latar belakang budaya, suku, agama maupun

pola-pola perilaku. Terkait dengan pendidikan karakter dan pembentukan

akhlak mulia ini, Pemerintah telah pula memberikan respon positif

dengan digulirkannya. Kebijakan yang terkait dengan strategi

pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan, telah ditindak lanjuti

oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan berbagai pedoman dan

bahan pelatihan tentang penguatan metode pembelajaran berdasar

nilai-nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

Dalam materi pelatihan tersebut juga digambarkan bahwa pendidikan


(35)

21

pengetahuan, sikap dan perilaku terkait dengan nilai nilai moral (moral

knowing, moral feeling, dan moral doing). Nilai yang perlu

dikembangkan memalui pendidikan formal di sekolah terdiri dari 18 yaitu

Kemndiknas (2011 : 8) :

1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan

tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, yakni cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang


(36)

22

9) Rasa Ingin Tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10)Semangat Kebangsaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11)Cinta Tanah Air, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

12)Menghargai Prestasi, yakni sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat/Komunikatif, yakni sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang

lain.

14)Cinta Damai, yakni sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya.

15)Gemar Membaca, yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk


(37)

23

16)Peduli Lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

17)Peduli Sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18)Tanggung Jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial

dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kontrol Diri

a. Definisi Kontrol Diri

Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,

membimbing,mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang akan

membawa ke arah postif bagi individu tersebut. Kontrol diri dapat

dikembangkan dan digunakan oleh individu dalam proses kehidupan

sehari-hari. Terbentuknya kontrol diri (self control) tidak terlepas dari

kesadaran diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki individu.

Kemampuan kontrol diri individu itu ditentukan oleh berapa besar dan

sejauh mana individu tersebut berusaha mempertinggi kontrol dirinya.

Berk yang dikutip dalam Singgih (2006 : 251), pengendalian diri

adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan

sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan


(38)

24

Singgih (2006: 251) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah

seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan yang

mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengerusakan diri

(self-destructive), perasaan mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri

(autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan

tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional,

serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas

diri sendiri.

Pendapat Gilliom yang dikutip Singgih (2006 : 251), pengendalian

diri adalah kemampuan individu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu

kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat

menyakiti atau merugikan orang lain (termasuk di dalam aspek tapping

agressive and delinquent behaviours), kemampuan untuk bekerja sama

dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang

berlaku (termasuk di dalam aspek cooperation), serta kemampuan untuk

mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tanpa

menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut (termasuk di

dalam aspek assertiveness).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, maka kontrol diri

dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku dengan

melakukan pertimbangan secara matang terlebih dahulu sebelum


(39)

25

b. Ciri-ciri Kontrol Diri

Ciri-ciri kontrol diri mengacu pada teori kontrol personal menurut

Averill dalam Ayuram (2012 :17), yaitu:

1) Kemampuan mengontrol perilaku, yaitu kemampuan untuk

menentukan siapa yang mengendalikan situasi.

2) Kemampuan mengontrol stimulus, yaitu kemampuan untuk

menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah

atau menjauhi sebagian dari stimulus, menempatkan tenggang waktu

diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan

stimulus sebelum berakhir, dan membatasi intensitas stimulus.

3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa, yaitu kemampuan untuk

mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif

obyektif.

4) Kemampuan menafsirkan peristiwa yaitu kemampuan untuk menilai

dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara

memperhatikan segi-segi positif secara subyektif.

5) Kemampuan mengambil keputusan, yaitu kemampuan untuk memilih

suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau

disetujuinya.

c. Fungsi Kontrol Diri

Fungsi kontrol diri menurut Gul dan Pesendorfer yang dikutip

Singgih (2006 : 255), pengendalian diri berfungsi untuk menyelaraskan


(40)

26

Sedangkan menurut Messina & Messina dalam Singgih (2006 : 255)

menyatakan bahwa pengendalian diri memiliki beberapa fungsi yaitu :

1) Membatasi perhatian individu kepada orang lain

2) Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain

dilingkungannya

3) Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif

4) Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara

seimbang.

d. Jenis dan Aspek Kontrol Diri

Kontrol diri memiliki jenis yang beragam Block dan Block yang

dikutip Embury (2012: 136) mengemukakan tiga jenis kontrol, yaitu.

1) Over Control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu

secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri

dalam bereaksi terhadap stimulus.

2) Under Control merupakan suatu kecenderungan individu untuk

melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang

masak.

3) Appropriate Control merupakan kontrol individu dalam upaya

mengendalikan implus secara tepat.

Berdasarkan konsep Averill, terdapat 3 jenis kemampuan

mengontrol diri yang meliputi 5 aspek, Averill yang dikutip dalam lararus

(1984: 171) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu

kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control) dan


(41)

27

kontrol kognitif, dan mengontrol keputusan, teori tersebut lebih jelas

dijabarkan oleh Ayuram (2012 : 17)

1) Kontrol Perilaku

Merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang

dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu

keadaan yang tidak menyenangkan.

Kemampuan mengontrol perilaku ini terperinci menjadi dua

komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration)

dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability ).

a) Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu

untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan

dirinya sendiri atau sesuatu di luar dirinya. Individu yang kemampuan

mengontrol dirinya baik akan mampu mengatur perilaku dengan

menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu

akan menggunakan sumber eksternal.

b) Kemampuan mengatur stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada

beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi

stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus

yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya

berakhir dan membatasi intensitasnya.

2) Kontrol Kognitif (cognitive control)

Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi

yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, atau


(42)

28

sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini

terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information

gain) dan melakukan penilaian (appraisal).

Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu

keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi

keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan

penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu

keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif

secara subyektif.

3) Kontrol Keputusan (decesional control).

Mengontrol keputusan (decesional control) merupakan

kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan

berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol

diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya

suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu

untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka untuk mengontrol diri

digunakan aspek-aspek sebagai berikut :

a) Kemampuan mengontrol perilaku

b) Kemampuan mengontrol stimulus

c) Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian

d) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian


(43)

29

e. Fakor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kontrol diri individu yakni

faktor yang berasal dari internal serta faktor yang berasal dari eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi kontrol diri pada individu

yakni usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin

baik kemampuan dalam mengontrol diri. Gillion yang dikutip singgih

(2006: 253) ada sub faktor yang mempengaruhi pengendalian diri

dalam diri individu, Keseluruhan sub faktor tersebut dalam faktor

emotion regulation yang terdiri dari active distraction, passive

waiting, information gathering, comfort seeking, fokus on delay

object, serta peak anger.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi kontrol diri seseorang

diantaranya yaitu lingkungan. Lingkungan menentukan bagaimana


(44)

30

3. Kontrol Sosial

a. Definisi Kontrol Sosial

Kontrol sosial, merupakan metode atau cara yang digunakan untuk

mengawasi perilaku individu dalam melaksanakan aktifitas dan mendorong

individu agar berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Peter L

Berger (dalam Mulat, 2006 : 66) pengendalian sosial adalah cara-cara

yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang

membangkang.

Prof.Dr. Selo soemardjan yang dikutip Abdullah (2006 : 66),

pengendalian sosial merupakan suatu proses yang terencana maupun tidak

terencana yang bertujuan mengajak, membimbing, bahkan memaksa

warga masyarakat agar mematuhi nilai kaidah yang berlaku. Hampir sama

seperti yang diungkapkan selo, Brearly (dalam shamar 1997 : 220).

mengartikan kontrol sosial adalah istilah kolektif untuk proses baik

terencana dan tidak terencana dimana individu dibujuk atau dipaksa agar

melaksanakan norma yang berlaku didalam masyarakat.

Pendapat Roucek yang dikutip dalam Innes (2003: 4)

mengemukakan bahwa Pengendalian Sosial adalah suatu istilah kolektif

yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan,

dibujuk,ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai

hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya

untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut kontrol


(45)

31

Kontrol sosial adalah koneksi sosial antara anak dengan keluarga,

teman, sekolah dan lingkungan sosial lain. Pada lingkungan sosial yang

sekolah tersebut menurut Ngai & Cheung dkk dalam puswandari (2011: 32)

menyebutkan sebagai lingkungan eksternal dari anak dan diberlakukan

aturan-aturan, values dan belief yang bersifat konvensional.

Berdasarkan berbagai pengertian kontrol sosial diatas maka dapat

didefinisikan Pengendalian sosial merupakan suatu mekanisme untuk

mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan siswa

sekolah untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang

berlaku.

b. Tujuan Kontrol Sosial

Tujuan kontrol sosial dalam Mulat(2006 : 66) menjelaskan sebagai berikut :

1) Mencegah terjadinya penyimpangan sosial

2) Sebagai upaya pengawasan agar nilai dan norma yang berlaku dapat

dilaksanakan

3) Menciptakan ketertiban dan ketentraman sosial

4) Memulihkan keadaan akibat terjadinya penyimpangan sosial

5) Memulihkan pelaku penyimpangan agar kembali berprilaku normal

6) Sebagai upaya pencegahan agar perilaku menyimpang tidak semakin


(46)

32

c. Sifat-sifat Kontrol Sosial

Kontrol sosial dimaksudkan agar siswa mematuhi norma-norma

sosial sehingga tercipta keselarasan dalam kehidupan sosial. Dikenal

beberapa jenis pengendalian. Penggolongan ini dibuat menurut sudut

pandang dari mana seseorang melihat pengawasan tersebut menurut Mulat

(2006 : 66) sifat-sifat kontrol sosial ada 3, yaitu :

1) Pengendalian preventif merupakan kontrol sosial yang dilakukan

sebelum terjadinya pelanggaran atau usaha pencegahan terhadap

terjadinya penyimpangan terhadap norma dan nilai. Jadi, usaha

pengendalian sosial yang bersifat preventif dilakukan sebelum terjadi

penyimpangan.

2) Pengendalian represif, kontrol sosial yang dilakukan setelah terjadi

pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa

berjalan seperti semula dengan dijalankan di dalam versi

“menjatuhkan atau membebankan, sanksi”. Pengendalian ini berfungsi

untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya

pelanggaran norma atau perilaku meyimpang. Untuk mengembalikan

keadaan seperti semula, perlu diadakan pemulihan. Jadi, pengendalian

disini bertujuan untuk menyadarkan pihak yang berperilaku

menyimpang tentang akibat dari penyimpangan tersebut, sekaligus

agar dia mematuhi norma-norma sosial.

3) Pengendalian sosial gabungan merupakan usaha yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus


(47)

norma-33

norma sosial (represif). Usaha pengendalian dengan memadukan ciri

preventif dan represif ini dimaksudkan agar suatu perilaku tidak

sampai menyimpang dari norma-norma dan kalaupun terjadi

penyimpangan itu tidak sampai merugikan yang bersangkutan maupun

orang lain

Sedangkan menurut pandangan kimball young dikutip sharma

(1997: 221) membagi kontrol sosial menjadi 2, yaitu :

1) Kontrol sosial positif, penghargaan (Reward) memiliki nilai yang

sangat besar pada kegiatan suatu individu, sebaian besar masyarakat

menginginkan untuk dihargai oleh masyarakat, jika dihargai mereka

akan terus menerus berusaha menyesuaikan diri untuk mentaati norma

yang ada di masyarakat.

2) Kontrol sosial negatif, dimana seseorang dicegah dari melakukan

sesuatu tindakan dengan ancaman hukuman.

d. Cara-cara Kontrol Sosial

Cara kontrol sosial sosial dilakukan agar siswa mematuhi dan

melaksanakan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat atau lingkungan. Cara

pengendalian sosial juga harus melihat apakah cara tersebut pantas

dilaksanakan atau tidak dilingkungan tersebut, seperti melakukan

pengendalian sosial dengan cara kekerasan dirasa tidak pantas dilaksanakan

bagi siswa, ada 4 cara pengendalian sosial (Mulat, 2006 : 68), yaitu sebagai


(48)

34

1. Persuasif, adalah cara pengendalian sosial melalui ajakan, bimbingan,

atau anjuran agar dapat bertindak sesuai dengan aturan dan norma

yang berlaku.

2. Koersif, adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan melalui

kekerasan atau paksaan.

3. Compulatian, adalah cara pengendalian yang dapat mengubah perilaku

negatif.

4. Pervation, adalah tindakan pengendalian yang menekankan pada

penyampaian nilai dan norma tertentu secara berulang-ulang.

e. Sekolah sebagai Kontrol Sosial

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang berperan

penting di dalam penyaluran dan perkembangan bakat-bakat setiap individu,

dimana di dalam pendidikan terdapat fungsi-fungsi yang akan mengarahkan

individu pada kedewasaan baik secara fisik maupun mental. O’connell yang dikutip lickona (2012: 151). menciptakan lingkungan yang aman dan tertib

dapat menghormati perilaku sopan dan bertanggung jawab adalah pondasi

dimana keberhasilan akademis berkelanjutan akan dibangun. Untuk itu

pendidikan harus mampu menekankan pada pembentukan karakter yang

berasaskan pada persatuan dan kesatuan, berbudi pekerti baik dan

penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma.

Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada


(49)

35

1) Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki

kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat

dan

2) Sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai,

menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta

teknologi baru.

Teori Hirschi yang dikutip James W. Burfeind dan Dawn Bartusch

(2011 :172) menyebutkan empat hal yang dapat mengontrol terjadinya

perilaku menyimpang, yakni :

1) Attachment atau kelekatan.

Kelekatan merupakan faktor emosi. Hal ini mendeskripsikan

bahwa anak memiliki kecenderungan untuk melekatkan diri pada orang

lain. Anak melakukan kelekatan ini dengan orang tua, sekolah dan

teman sebayanya, di dalamnya termasuk supervisi orang tua, kualitas

komunikasi, kebersamaan, pemahaman orang tua tentang pertemanan

anaknya dan kepercayaan. Jika kelekatan anak kuat terhadap pihak

tertentu, hal ini akan membentuk suatu komintmen.

2) Commitment atau komitmen terhadap aturan.

Komitmen merupakan komponen rasional dari suatu ikatan. Hal

ini mengacu pada sejauh mana anak-anak terlibat dalam kegiatan

konvensional suatu kelompok. Komitmen seorang dengan tidak

melakukan suatu tindakan pelanggaran dikarenakan mereka tahu


(50)

36

menjadi sukses. Hal ini dapat terbentuk jika ada dalam kelompok

dimana anak melekatkan dirinya seperti sekolah.

3) Involvement atau keterlibatan.

Keterlibatan anak berhubungan dengan seberapa banyak waktu

yang dihabiskan seorang anak untuk berinteraksi dengan individu lain

dalam suatu kegiatan. Jika interaksi yang tepat dengan kegiatan

maupun seseorang, seperti olah raga, kesenian dan lainnya merupakan

kegiatan yang secara dominan dilakukan anak maka kemungkinan

melakukan perilaku nakal akan semakin kecil. jika interaksi dan kegiatan

yang kurang tepat seperti bolos, tawuran, melawan orang tua , mencuri

dan lainnya marupakan hal yang sering dilakukan anak maka kenakalan

pun akan semakin mudah terbentuk dalam diri anak

4) Belief atau keyakinan.

Keyakinan yaitu kesediaan dengan penuh kesadaran untuk menerima

segala aturan. Keyakinan dalam nilai moral dari norma konvensional

merupakan komponen keempat dari ikatan sosial.

4. Penggunaan Internet

a. Definisi Internet

Perkembangan zaman yang begitu pesat diera global membawa

banyak kemudahan, semua informasi sudah dapat diakses secara digital,

perubahan ini lah yang juga dialami para remaja seperti pernyataan

Roberts dan Foehr yang dikutip dalam Kaveri S dan David S (2010: 1)

Baik di sekolah , di rumah, atau di mana saja , remaja saat ini dikelilingi


(51)

37

dan perangkat genggam lainnya. Hingga saat ini belum ada yang

mendefinisikan pengertian media internet secara spesifik. Namun

menurut kamus besar bahasa indonesia (2008 :560), pengertian internet

adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan

komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi diseluruh dunia.

Arif ramadhan (2007: 1) Internet adalah singkatan dari

Interconnected network, internet merupakan sebuah sistem komunikasi

yang mampu menghubungkan alat elektronik di seluruh dunia. Secara

harfiah internet adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang

saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP)

untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat kita

simpulkan bahwa media internet adalah suatu alat jaringan komunikasi

antara komputer berbasis pada sebuah protokol yang disebut TCP / IP.

Selain itu, internet dapat disebut sebagai sumber informasi yang dapat

digunakan oleh seluruh orang dalam mencari informasi, sosialisi dan

hiburan.

b. Sejarah Perkembangan Internet

Internet bermula dari konsep Paul Baran yang menuliskannya

pada publikasi RAND Corporation yaitu organisasi pengendali perang

dingin Amerika Serikat awal tahun 1960-an. Seorang kandidat Doktor

dari MIT bernama Leonard Kleinrock telah menulis disertasi berjudul

Communication Nets: Stochastic Message Flow and Delay pada periode


(52)

38

Dr. Leonard Kleinrock dalam Lough, D.L. (2001:27) menjelaskan

lebih detil bahwa pada tanggal 29 September 1969 merupakan saat

dimana internet menghirup udara pertama kali. Piranti jaringan pertama

yakni IMP (Interface Message Processor) saat itu diinstal pada sebuah

komputer di “dunia luar” yang berjalan dalam lingkungan realita

pengguna komputer. Tanggal 23 Oktober 1969 merupakan saat dimana

bayi internet “menangis” pertama kali. Pesan tertulis pertama saat itu

dikirim melalui jaringan internet ke host kedua di Stanford Research

Institute (SRI) (Lough, D.L., 2001:27). Internet bukan ditujukan untuk

menjadi sebuah jaringan publik pada tahap awal perkembangannya,

namun merupakan suatu sistem komunikasi data menggunakan komputer

guna menunjang sistem informasi sistem keamanan nasional di Amerika

Serikat.

Lembaga riset departemen petahanan Amerika Serikat mendanai

sebuah riset kerjasama dengan kalangan perguruan tinggi yang dimotori

oleh MIT, UCLA, SRI International, UCSB dan University of Utah pada

tahun 1965. Kerja sama tersebut ditujukan untuk mengembangkan

sistem komunikasi data antar komputer. Proyek ARPA berubah nama

menjadi proyek DARPA/IPTO (Defense ARPA/ Information Processing

Techniques Office) pada tahun 1972. IPTO memperkenalkan hubungan

komputer untuk suatu jaringan kerja sebelumnya pada tahun 1968.

Jaringan komputer terwujud pada tahun 1972 dan melahirkan ARPANET

yang didemonstrasikan di depan konferensi Internasional dalam bidang


(53)

39

Communications disingkat ICCC) di Washington DC. Demonstrasi

hubungan dan komunikasi berhasil dilakukan melalui 40 simpul terminal

dengan beberapa host ARPANET yang mampu menjalankan beberapa

aplikasi yang berbeda (Muhammad Adri, 2008:2)

Aplikasi komunikasi data pertama proyek ARPANET berhasil

memindahkan data antar nodal (simpul) yang terhubung memakai

aturan-aturan pemindahan data (file) menggunakan protokol FTP (File

Transfer Protocol). Aplikasi E-mail (electronic mail) dan telnet muncul

kemudian. Pengujian kehandalan sistem jaringan ini dilakukan pada tahun

1979. Jaringan ini diuji coba dengan menghubungkan universitas

terkemuka di Amerika melalui jaringan dan tahun tersebut dicatat sebagai

tahun berdirinya sistem diskusi internet yang terdistribusi secara global

yang dikenal dengan Usenet.

Bergabungnya universitas-universitas terkemuka ke dalam

ARPANET pada waktu-waktu berikutnya membuat ukuran ARPANET

menjadi semakin besar sehingga tidak mampu lagi menampung lintas

komunikasi data yang menggunakan protokol NCP (Network

Communication Protocol). DARPA mendanai pembuatan protokol yang

lebih umum kemudian. DARPA mengumumkan TCP/IP sebagai protokol

standar untuk jaringannya antara tahun 1982 dan 1983 (Mawan A. N.,

2002:2; Muhammad Adri, 2008:2).

Perusahan BBN (Bolt Beranek Newman) berhasil membuat TCP/IP


(54)

40

sistem operasi standar bagi jaringan komputer saat itu (Muhammad Adri,

2008:2).

Jumlah host yang terhubung ke jaringan Internet mencapai 1000

host pada tahun 1983. Sistem nama host kemudian diperkenalkan

dengan DNS (Domain Name Systems) sebagai pengganti fungsi tabel

nama host pada tahun 1986(Muhammad Adri, 2008:2).

NSF (National Science Foundation) yang berasal dari Amerika

mendanai riset jaringan TCP/IP pada tahun 1986. Riset tersebut

dinamakan NSFNET yang digunakan untuk menghubungkan lima pusat

super komputer dan universitas-universitas di Amerika Serikat dengan

kecepatan jaringan back bone (tulang punggung) 56 Kbps kemudian

menjadi embrio dari internet (Mawan A. N., 2002:3; Muhammad Adri,

2008:2).

Beberapa negara Eropa masuk ke dalam jaringan NSFNET setahun

kemudian yakni pada tahun 1987. Jaringan ini telah melingkupi 10.000

host pada tahun yang sama. Jaringan ini sudah menjangkau Australia dan

Selandia Baru dengan jumlah host mencapai 100.000 pada tahun 1989

(Mawan A. N., 2003:3; Muhammad Adri, 2008:2-3).

Aplikasi di internet bertambah pada tahun 1981 dengan

diciptakannya WAIS (Wide Area Information Servers), Gopher dan World

Wide Web (WWW). Kecepatan jaringan tulang punggung NSFNET

ditingkatkan menjadi 45 Mbps. Akibat bertambahnya aplikasi di Internet

adalah jaringan ini menjadi semakin populer (Mawan A. N. 2002:3;


(55)

41

NCSA mengeluarkan Mosaic sebagai browser pertama dalam

mengarungi WWW (yang popular disebut WEB) pada tahun 1993.

Hadirnya Mosaic ternyata menjadi titik tolak internet dari hanya

digunakan oleh kalangan akademisi dan riset menjadi jaringan yang

digunakan oleh banyak orang untuk bisnis, hiburan dan lain-lain (Mawan,

A. N., 2002:3; Muhammad Adri, 2008:3).

Penggunaan protokol IP baru telah disetujui oleh IESG (Internet

Engineering Steering Group) pada tahun 1994. Protokol IP tersebut

disebut dengan IPng (Internet Protocol next generation) atau IPv6

(Muhammad Adri, 2008:3).

IPv6 merupakan asal pengalamatan protokol internet pengganti

IPv4 yang digunakan saat ini. IPv4 terdiri dari 32 bit akan digantikan

dengan IPv6 yang panjang alamatnya terdiri dari 128 bit (Muhammad

Adri, 2008:3).

Pengalamatan IPv6 akan mendapatkan jumlah alamat 2128 atau

sekitar 3,4 x 1038. IPv4 ukurannya sepanjang seinchi sedangkan IPv6

ukurannya sepanjang garis tengah galaksi kita ini. IPv6 tetap dapat

berkomunikasi dengan Ipv4 walaupun demikian. Peralihan dari IPv4 ke

IPv6 perlu ditempuh karena alokasi alamat Ipv4 semakin berkurang dan

bahkan sebentar lagi alamat IPv4 akan habis (Tri Kuntoro Priyambodo

dan Dodi Heriadi, 2005:799).

Fasilitas - fasilitas internet yang digunakan pada umumnya

meliputi world wide web (WWW), internet relay chatting (IRC), electronic


(56)

42

wide web merupakan data bank yang besar dalam bentuk citra bergerak,

grafis, teks dan suara tentang berbagai hal. Internet relay chat

merupakan sarana berkomunikasi seperti menggunakan telepon namun

menggunakan teks. Electronic mail merupakan sarana surat menyurat

secara elektronik. Mailing list merupakanfasilitas untuk berdiskusi secara

kelompok dan korepondensi pencarian data. File transfer protocol

merupakan sarana pencarian arsip-arsip program secara gratis (Astutik

Nur Qomariah, 2009:5-6).

c. Fungsi internet

Seiring perkembangan teknologi banyak hal yang lakukan dengan

internet, maka semakin banyak layanan yang tersedia. Ramadhan

menyebutkan (2007: 17) adapun hal-hal yang umum dilakukan melalui

internet sebagai berikut :

1) Browsing yaitu kegiatan ‘berselancar’ di internet

2) Searching yaitu kegiatan mencari data atau informasi tertentu di

internet.

3) E-mail untuk mengirim dan menerima surat elektronik ke seluruh dunia

4) Chatting yaitu kegiatan “ngobol” atau berkomunikasi dengan orang lain di internet.

5) Download adalah proses mengambil file dari komputer lain melalui

internet

6) Upload adalah proses meletakkan file dari komputer kita ke komputer


(57)

43

d. Dampak Internet

Internet banyak membantu manusia dalam segala aspek kehidupan

sehingga internet mempunyai andil dalam kehidupan sosial. Seiring dengan

adanya internet ada pula dampak positif dan dampak negatifnya.

Kekawatiran tentang bagaimana media dapat mempengaruhi remaja sudah

ada sejak hadirnya media internet itu sendiri. Pernyatan itu dikuatkan

dengan penelitian mengenai efek media yang menunjukkan bahwa pengaruh

media mempengaruhi sikap dan perilaku penggunanya Kaveri S dan David S

(2010 : 123). Dihubungkan dengan internet adalah bila penggunaan online

seperti bermain video game dan hiburan akan memiliki efek pada

penggunanya.

Salah satu mekanisme pengaruh berpusat pada penggunaan waktu

online. Kerangka berpikirnya adalah bahwa aktivitas online tidak hanya

waktu yang dihabiskan di Internet tetapi juga waktu dari kegiatan lain.

Artinya tidak melakukan aktifitas kecuali hanya berinternet. Ide ini tercermin

dalam hipotesis perpindahan,yang berpendapat bahwa waktu adalah hal

yang tidak dapat diulangi dan terbatas. waktu yang dihabiskan di Internet

datang dengan mengorbankan kegiatan lain (Nie & Hillygus dalam Kaveri S

dan David S, 2010 : 123). Berkenaan dengan remaja, aktifitas yang mungkin

dikorbankan karena penggunaan internet adalah tidur, partisipasi dalam

kegiatan fisik misalnya berolahraga, dan interaksi sosial dengan

orang-orang tanpa bertatap muka.

Pengaruh melibatkan sifat interaksi secara online dan cara


(58)

44

dan mungkin tanpa bertatap muka sehingga tidak mengetahui isyarat

penting, seperti gesture, wajah, dan bahasa tubuh bahasa ( Greenuield &

Suhrahmanyam dalam Kaveri S dan David S, 2010 : 124 ). Sehingga

komunikasi secara online memungkinkan remaja mendapat informasi yang

tidak bisa dipertanggung jawabkan, sosiolog menyebut ini sebagai hubungan

yang lemah (Granovetter. 1973; Subrahmanyam, Kraut. Greenfield. & Gross.

2000 dalam Kaveri S dan David S, 2010 : 124). Pengaruh Internet hubungan

lemah tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan menurunkan

kesejahteraan psikologis ( Kraut et al 1998; Suhrahmanyam & Lin 2007 yang

dalam Kaveri S dan David S, 2010 : 124)

Pengaruh ketiga berasal dari jaringan yang luas dan hampir tidak

terbatas yang ada di internet yang bisa kita akses setiap saat. Beberapa

konten dapat digunakan untuk manfaat yang cukup besar seperti untuk

tugas sekolah, dan kebutuhan informasi umum (misalnya pekerjaan).

Sayangnya, Internet juga mencakup konten yang dapat berpotensi

berbahaya bagi remaja misalnya situs yang mengandung kekerasan atau

agresif dan penuh kebencian serta materi pornografi.

Pendapat lain dikemukakan rahmania,cahyanto dan destaria (2009:

19-29) dampak yang sering muncul, yaitu:

1) Dampak Positif

a) Komunikasi, komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap muka,

kita bisa berdiskusi dan saling menggirim gambar.

b) Hiburan, Tersedia berbagai jenis hiburan melalui internet seperti


(59)

45

internet dapat dinikmati siswa sekolah dasar sampai paruh baya,

asalkan memiliki perangkat komputer atau Handphone yang ter

sambung keinternet.

c) Semangat Belajar, Internet juga dapat dimanfaatkan untuk

memupuk semangat belajar secara mandiri, menjelajah internet

untuk menemukan pengetahuan yang menarik. Isi atau materi

pelajaran yang menarik diharapkan dapat menciptakan suasana

belajar yang penuh dengan kegembiraan.

2) Dapak Negatif

a) Materi yang Tidak Layak, Anak-anak bisa saja mendapat atau

menemukan (segaja maupun tidak) meteri-materi yang tidak

layak. Materi-materi tersebut misalnya materi pornografi, seksual,

kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan.

b) Kekejaman dan kesadisan, Kekejaman dan kesadisan banyak

ditampilkan di internet, sering kali tanpa sensor.

c) Penipuan, Bentuk penipuan dapat dengan memberikan

jebakan-jebakan kepada pengguna internet untuk memberikan data pribadi

atau agar kita memberikan sejumlah uang.

d) Membuat orang menjadi “Autis”, Keasyikan berinternet dapat menjadikan kita seperti anak autis yang memiliki dunia sendiri dan


(60)

46

e. Motif Penggunaan Internet

Perilaku penggunaan internet yang dilakukan siswa dilatar

belakangi dengan motif tertentu newhagen dan rafaelli (dalam

Anandarajan, 2006: 43), berpendapat “orang menggunakan internet untuk memenuhi beberapa kebutuhan”. sejumlah peneliti telah menggunakan teori ini untuk menggolongkan motif penggunaan internet

papacharissi dan Rubin (Anandarajan, 2006: 43) melakukan penelitian

dan menyimpulkan lima faktor yang melandasi siswa menggunakan

internet, Sarana untuk menunjang aktifitas dengan orang lain (Utilitas

interpersonal), waktu luang, pencarian informasi, kenyamanan, dan

hiburan. Sedangkan Chamey dan Greenberg dalam penelitiannya

menggolongkan 8 faktor penggunaan internet, yaitu informasi, hiburan,

pertemanan, perasaan yang baik, komunikasi, penglihatan dan suara,

karir dan ketenangan. Song Dkk (Anandarajan, 2006: 44), ada 7 faktor

yang mendasari penggunaan internet, yaitu komunikasi, mencari

informasi, mencari pengalaman, kerjaan, pelarian sosial, status pribadi,


(61)

47

B. Kerangka Berpikir

Karakter sangat penting untuk siswa, karakter yang dikembangkan

melalui jalur pendidikan melingkupi pengetahuan, sikap dan perilaku terkait

dengan nilai-nilai moral. Faktor yang dapat mempengaruhi karakter siswa

diantaranya adalah lingkungan, Di era globalisasi seperti sekarang Media

internet adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi

perilaku siswa. penggunaan internet dapat mempengaruhi perkembangan

karakter.Tingginya akses ke intenet yang dilakukan oleh remaja dapat

memberikan dampak positif maupun negatif bagi psikologis dirinya. Selain

faktor perkembangan zaman lingkungan masyarakat, keluarga dan

pendidikan sebagai kontrol sosial dapat mempengaruhi pembentukan

karakter siswa, Kontrol sosial dilakukan untuk membimbing dan mengajak

siswa agar melaksanaakan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat

sebagai usaha dalam mewujudkan karakter siswa.

Kontrol sosial disekolah menjaga setiap siswa agar tetap menjaga

perilaku, kontrol sosial merupakan suatu mekanisme untuk mencegah

penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan siswa sekolah

untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku hal ini

diharapkan akan menjadi sebuah pembentuk karakter yang baik. Karakter

juga tidak lepas dari bagaimana siswa itu dapat mengontrol dirinya dari

pengaruh-pengaruh negatif.

Emosi dapat menjadi pemicu terjadinya masalah oleh sebab itu

alasan seseorang harus memiliki kontrol diri, kontrol diri sebagai


(62)

48

secara matang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak

diperlukan untuk kebaikan diri sendiri serta orang lain.

C. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relevan dengan penggunaan internet, kontrol sosial

dan kontrol diri terhadap karakter siswa adalah sebagai berikut.

1. Penelitian Herlina Siwi Widiana dkk

Penelitian dengan judul antara “kontrol diri dengan

kecenderungan kecanduan internet.” subyek penelitian adalah 70 mahasiswa jurusan Teknik Elektro UGM semester III.Hasil uji korelasional

antara skor kecenderungan kecanduan internet dengan kontrol diri

menunjukkan hubungan yang signifikan (rxy = -0.2030; p<0.05) antara

control diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Kontrol diri

memberikan sumbangan efektif sebesar 4.12% terhadap kecenderungan

kecanduan internet.

2. Penelitian Prima Lestari Situmorang

Penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Internet Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta

Bersama Berastagi Tahun Ajaran 2011/2012” Dari hasil regresi Linear sederhana terdapat pengaruh positif dan signifikan. Koefisien determinan

dari hasil analisis sebesar 0,38 artinya bahwa pengaruh media internet

akan menyebabkan naiknya hasil belajar siswa sebesar 38% sedangkan

sisanya 62% dipengaruhi oleh variabel seperti model pembelajaran.


(1)

189


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SMK Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Keterampilan Sosial Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa SMK.

1 4 19

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SMK Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Keterampilan Sosial Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa SMK.

0 3 16

BAB. I PENDAHULUAN Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Keterampilan Sosial Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa SMK.

0 3 9

PENGARUH PENGALAMAN PRAKERIN DAN PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN KERJA PESERTA DIDIK KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK N 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 194

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN PEMANFAATAN INTERNET TERHADAP PRESTASI SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK PIRI 1 YOGYAKARTA.

0 1 130

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, SOSIO-DEMOGRAFI DAN SELF EFFICACY TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KETENAGALISTRIKAN SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA.

0 0 171

PENGARUH PERCAYA DIRI, KONSEP DIRI, DAN ETOS KERJA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 3 YOGYAKARTA.

0 1 193

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, KONSEP DIRI, DAN IKLIM SOSIAL KELAS TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK N 3 YOGYAKARTA.

0 0 177

PENERAPAN MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK N 2 YOGYAKARTA.

0 0 104

PENGARUH ADVERSITY INTELLIGENCE, RELASI SOSIAL DAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF TERHADAP NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN YANG DIMILIKI SISWA SMK NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN.

0 4 256