sepanjang hari, kenaikan suhu tiak dapat diatur, selain itu kebersihan bahan yang dijemur sukar diawasi.
Menurut Muchtadi 1989 umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau diiris-iris untuk mempercepat pengeringan.
Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluar permukaan bahan sehingga permukaan yang dapat berhubungan dengan medium pemanas lebih luas
dan mempermudah keluarnya air dari pusat bahan ke permukaan bahan.
2.8. Pengaruh Pengeringan terhadap Bahan
Winarno 1993 menyatakan pengaruh paling nyata pada bahan yang dikeringkan adalah menurunnya kandungan air pada bahan, karena air pada bahan
telah mengalami penguapan, yang kemudian menyebabkan penurunan berat bahan. Dengan mengurangi kadar airnya, bahan pangan mengandung senyawa-
senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi lebih tinggi, tetapi warna dan vitamin pada umumnya akan rusak dan berkurang.
Lebih lanjut dinyatakan proses pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi maka dapat terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan bagian luar
bahan sudah kering sedangkan bagian dalam masih basah. Terjadinya case hardening dapat mengakibatkan proses pengeringan selanjutnya menjadi lambat.
Mikroorganisme yang terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat berkembang biak sehingga menyebabkan kebusukan.
Buckle et al 1987 menyatakan akibat lain dari pengeringan adalah awetnya bahan pangan dari proses kerusakan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas air
yang terdapat
pada bahan
pangan mengalami
penurunan sehingga
mikroorganisme penyebab kerusakan bahan tidak dapat hidup. Pengaruh pengeringan terhadap pertumbuhan mikroorganisme cukup
besar, karena pengeringan akan menurunkan nilai aw bahan yang dikeringkan. Umumnya bahan pangan yang dikeringkan memiliki nilai aw berkisar 0,2-0,6
Harris dan Karmas, 1989. Kisaran nilai ini sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak yang umumnya tumbuh optimal pada aw
antara 0,8-1,0 yaitu pada daerah dimana air dalam bahan pangan dinyatakan sebagai air bebas.
2.9. Uji Efektivitas
Pada suatu penelitian seringkali dibandingkan pengaruh berbagai perlakuan dan diukur variabel yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan memilih tentang perlakuan yang terbaik. Tentunya tidak adil apabila dari berbagai variabel tersebut misalnya ada 5 variabel hanya satu
atau dua diantaranya yang digunakan sebagai bahan pertimbangan. Sebelum penelitian dilaksanakan, tentunya sudah dipertimbangkan mengapa kelima
variabel tersebut diukur oleh karena itu seharusnya semua variabel diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tidak akan sulit kalau
secara kebetulan hasil pengukuran yang terbaik terkumpul semuanya pada suatu perlakuan tertentu, namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Masing-
masing perlakuan bisa saja memiliki kelemahan pada variabel tertentu dan kelebihan pada variabel yang lain.
Metode tersebut di atas merupakan metode De Garmo et. al., 1984. Metode tersebut kiranya dapat diadopsi untuk mengambil keputusan dalam
memilih perlakuan terbaik dalam penelitian pangan. Namun demikian sebaiknya dilakukan modifikasi dalam penerapannya, yaitu pada saat mengurutkan
meranking pentingnya peran variabel terhdap mutu produk. Pada tahapan tersebut kiranya diperlukan bantuan pendapat responden dianggap sebagai calon
konsumen untuk meranking, agar didapatkan hasil objektif karena menggambarkan pendapat umum. Jadi bukan didasarkan pada pendapat peneliti,
karena konsumen adalah penentu dapat diterima atau tidaknya suatu produk pangan. Contoh yang dikemukakan De Garmo et. al., 1984 adalah dalam bidang
keteknikan, dengan demikian langkah-langkah untuk memilih perlakuan terbaik dalam penelitian pangan dilakukan dengan memodifikasi metode De Garmo et.
al., 1984, tersebut menjadi sebagai berikut : 1
Variabel diurutkan menurut prioritas dengan menggunakan hasil kuisioner dari pakar dan kontribusi terhadap hasil.
2 Masing-masing variabel ditentukan bobotnya BV sesuai kontribusinya, yang
dikuantifikasikan antara 0-1. 3
Ditentukan bobot normal BN masing-masing variabel dengan membagi bobot tiap variabel BV dengan jumlah semua bobot variabel.
4 Ditentukan nilai efektifitas Ne masing-masing variabel, dengan rumus : Ne =
Nilai perlakuan-Nilai terjelek Nilai terbaik-Nilai terjelek. Untuk variabel dengan nilai rata-rata semakin besar semakin baik, maka rata-rata tertinggi
sebagai nilai terbaik dan terendah sebagai nilai terjelek. Sebaliknya untuk
variabel dengan rata-rata semakin kecil semakin baik, maka rata-rata terendah sebagai nilai terendah sebagai nilai terbaik dan tertinggi sebagai nilai terjelek..
5 Ditentukan nilai hasil Nh masing-masing variabel yang diperoleh dari
perkalian antara BN dengan Ne-nya. 6
Nh semua variabel untuk masing-masing alternatif perlakuan dijumlahkan. 7
Dipilih perlakuan terbaik, yaitu perlakuan dengan jumlah Nh tertinggi.
2.10. Analisis Finansial