6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah.
1. Untuk menganalisis pengaruh dari burnout terhadap komitmen
organisasional guru. 2.
Untuk menganalisis pengaruh dari burnout terhadap kepuasan kerja guru. 3.
Untuk menganalisis pengaruh dari kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional guru.
4. Untuk menganalisis peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh
burnout terhadap komitmen organisasional guru.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris bidang ilmu manajemen sumber daya manusia. Khususnya tentang burnout yang
dikaitkan dengan komitmen organisasional dan kepuasan kerja pada tenaga pengajar.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan masukan bagi SMAK Santo Yoseph khusunya dalam masalah-
masalah mengenai burnout, komitmen organisasional dan kepuasan kerja yang dihadapi oleh guru SMAK Santo Yoseph.
7
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang disusun secara sistematis, dimana masing-masing bab berisikan hal-hal sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian ini yang kemudian dirumuskan dalam pokok permasalahan, juga dibahas
mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta pada akhir bab ini dikemukakan mengenai sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang relevan yang mendukung pokok permasalahan terutama teori-teori mengenai burnout, komitmen
organisasional dan kepuasan kerja atau konsep lainnya yang mendasari masalah dalam penelitian ini serta diperkuat dengan hasil penelitian
sebelumnya dan disajikan juga mengenai dugaan sementara dari pokok permasalahan.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini disajikan mengenai metode penelitian yang mencakup berbagai hal, seperti lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, populasi dan
sampel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang akan dipergunakan
dalam membahas permasalahan yang diteliti.
8
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini disajikan data beserta pembahasan berupa gambaran umum wilayah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan yang
merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini menyajikan simpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan permasalahan serta saran yang dapat diberikan berdasarkan atas hasil
penelitian.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Burnout
2.1.1 Definisi Burnout
Hubungan seseorang dengan pekerjaannya dan kesulitannya yang timbul ketika hubungan tersebut menjadi tidak baik, dan telah diakui sebagai suatu
fenomena pada jaman modern saat ini Maslach et al., 2001. Penggunaan istilah burnout untuk fenomena tersebut muncul pada tahun 1970 di Amerika Serikat
dengan adanya beberapa peraturan, khususnya di antara orang-orang yang bekerja di human services. Seorang psikolog klinis bernama Herbert Freudenberger pada
tahun 1974 menggunakan istilah burnout sebagai kondisi stres dan kelelahan luar biasa yang dialami oleh sukarelawan pada klinik gratis di new York yang bekerja
menangani ketergantungan obat Lailani dkk, 2005. Maslach et al. 2001 mendefenisikan burnout ke dalam komponen yaitu
kelelahan emosional, sinisme dan berkurangnya keberhasilan professional yang disebabkan oleh berbagi tuntutan kerja. Kelelahan emosional berkaitan dengan
perasaan penat, frustasi dan tertekan pada pekerjaan sedangkan sinisme berkaitan dengan perilaku negative atas pekerjaan. Sedangkan Muslihudin dalam Maharani
dan Triyoga, 2012 kejenuhan kerja Burnout adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental yang sangat drop yang diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat
menuntut dalam jangka panjang.
10
Menurut Pines Aronson dalam Mariati, 2013 burnout adalah suatu bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berhubungan dengan stres yang
dialami seseorang dari hari ke hari, ditandai dengan kelelahan secara fisik, mental, dan emosional. Etzion dalam Mariati, 2013 mendefinisikan burnout sebagai
ketegangan psikologis yang secara spesifik berkaitan dengan stress kronis yang dialami individu dari hari ke hari dan ditandai dengan kelelahan fisik, emosional,
dan mental. Lebih lanjut Etzion mengemukakan bahwa proses terjadinya burnout berjalan dengan pelan dan tanpa disadari sehingga individu tiba-tiba merasa
kelelahan.
2.1.2 Dimensi-Dimensi Burnout
Maslach dalam Lailani dkk, 2005 sebagai pencetus maslach Burnout Inventory-Human Service Survey MBI-HSS mengemukakan tiga dimensi
burnout yaitu : 1.
Kelelahan Emosioanl emotional exhaustion yaitu habisnya sumber- sumber emosioanl dari dalam individu yang ditandai perasaan frustasi,
putus asa, sedih, perasaan jenuh, mudah tersinggung, mudah marah tanpa sebab, mudah merasa lelah, tertekan dan perasaan terjebak dalam
pekerjaan. 2.
Depersonalisasi depersonalization yaitu kecenderungan individu untuk menjauhi lingkungan sosialnya, bersikap sinis, apatis, tidak berperasaan,
tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Dimensi ini menggambarkan burnout secara eksklusif untuk pekerjaan di bidang
pelayanan kemanusian human service.
11
3. Rendahnya penghargaan atas diri sendiri low personal accomplishment
yaitu suatu tendensi individu untuk mengevaluasi kinerjanya secara negatif. Individu yang menilai rendah dirinya sering mengalami
ketidakpuasan terhadap hasil kerja sendiri serta merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain.
2.1.3 Hubungan Burnout dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasional
1 Hubungan Burnout dengan kepuasan kerja
Reinardy, Maksl Filak 2009 melakukan penelitian terkait dengan hubungan antara burnout dengan kepuasan kerja penasehat sekolah
jurnalistik di Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut dapat diperoleh bahwa kelealahan emosional dan pencapaian personal memiliki
pengaruh yang berarti terhadap kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan kerja bernilai negatif yang berarti semakin tinggi kelelahan emosional
maka kepuasan kerja dirasakan semakin rendah. Penelitian serupa dilakukan oleh Thuraya 2007 yang meneliti hubungan burnout dengan
kepuasan kerja karyawan di Jabatan Agama Johor, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karyawan JAJ mengalami tingkat burnout rendah
ketika kepuasan kerja tinggi dan terdapat hubungan signifikan antara burnout dengan kepuasan kerja. Dari hasil penelitian Reinardy,et al 2009
dan Thuraya 2007 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
12
burnout dan kepuasan kerja. Apabila tingkat burnout yang dialami tinggi maka kepuasan kerja rendah, begitupun sebaliknya.
2 Hubungan Burnout dengan komitmen organisasional
Kalliath, O’Driscoll dan Gillespie 1997 melakukan kajian mengenai hubungan komitmen organisasi dengan burnout. Dari penelitian tersebut
komitmen terhadap organisasi telah menjadi penentu ke burnout. Ditemukan bahwa komitmen pada perawat dengan sampel 197
menunjukan komitmen yang tinggi terhadap organisasi yang menunjukan efek langsung terhadap rendahnya tingkat kelelahan emosional dan
rendahnya tingkat depersonalisasi. Pada penelitian ini komitmen organisasi memiliki suatu hubungan negatif yang signifikan terhadap burnout.
penelitian serupa dilakukan oleh Salehi Gholtash 2011 yang meneliti hubungan antara kepuasan kerja, burnout, komitmen organisasional
dengan OCB antara staf pengajar faklutas , menyatakan bahwa job Burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat burnout maka semakin rendah tingkat komitmen organisasional, sebaliknya semakin rendah tingkat burnout
maka semakin tinggi tingkat komitmen organisasional.
2.2 Komitmen Organisasional