Komitmen Organisasional Peran Kepuasan Kerja Dalam Memediasi Pengaruh Burn Out Terhadap Komitmen Organisasional Guru.

12 burnout dan kepuasan kerja. Apabila tingkat burnout yang dialami tinggi maka kepuasan kerja rendah, begitupun sebaliknya. 2 Hubungan Burnout dengan komitmen organisasional Kalliath, O’Driscoll dan Gillespie 1997 melakukan kajian mengenai hubungan komitmen organisasi dengan burnout. Dari penelitian tersebut komitmen terhadap organisasi telah menjadi penentu ke burnout. Ditemukan bahwa komitmen pada perawat dengan sampel 197 menunjukan komitmen yang tinggi terhadap organisasi yang menunjukan efek langsung terhadap rendahnya tingkat kelelahan emosional dan rendahnya tingkat depersonalisasi. Pada penelitian ini komitmen organisasi memiliki suatu hubungan negatif yang signifikan terhadap burnout. penelitian serupa dilakukan oleh Salehi Gholtash 2011 yang meneliti hubungan antara kepuasan kerja, burnout, komitmen organisasional dengan OCB antara staf pengajar faklutas , menyatakan bahwa job Burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat burnout maka semakin rendah tingkat komitmen organisasional, sebaliknya semakin rendah tingkat burnout maka semakin tinggi tingkat komitmen organisasional.

2.2 Komitmen Organisasional

2.2.1 Definisi Komitmen Organisasional

Robbins dan Judge 2008 menyatakan bahwa komitmen organisasional merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak terhadap tujuan- tujuan organisasi serta memiliki keinginan untuk mempertahankan 13 keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasional didefinisikan sebagai ikatan psikologis individu dengan organisasi, yang dapat ditunjukan oleh berbagai indikator, seperti memiliki loyalitas terhadap organisasi, internalisasi tujuan organisasi, dan mendedikasikan diri pada tujuan organisasi Crow et al., 2012. Komitmen organisasional membahas kedekatan karyawan terhadap organisasi dimana mereka berada, diman konsep komitmen organisasional memiliki tiga aspek yaitu percaya dan menerima tujuannilai organisasi; rela berusaha mencapai tujuan organisasi; dan memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi Suwardi dan Utomo, 2011. Sedangkan komitmen organisasional menurut Kreitner dan Kinicki 2014 adalah sikap kerja yang penting dikarenakan orang-orang yang memiliki komitmen diharapkan bisa menunjukan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap bekerja di suatu perusahaan. Komitmen organisasional didefinisikan sebagai kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan untuk bekerja keras dan memelihara keanggotannya dalam organisasi yang bersangkutan, yang berarti ada keinginan yang kuat dari anggota untuk tetap berada dalam organisasi atau adanya ikatan psikologis terhadap organisasi. Arishanti, 2007

2.2.2 Dimensi-Dimensi Komitmen organisasional

Mengacu pada Meyer Allen, 1997 merumuskan tiga dimensi komitmen organisasional, yaitu : 14 1. Affective Commitment Komitmen Afektif, mengacu pada kelekatan emosional, identifikasi dan keterlibatan para pekerja terhadap suatu organisasi. Pekerja dengan Affective Commitment bekerja pada sebuah organisasi karena mereka memang menginginkannya. 2. Continuance Commitment Komitmen Kontinu, mengacu pada kesadaran para pekerja akan kerugian yang mungkin ditanggung jika mereka meninggalkan organisasi tempat meraka bekerja. Pekerja dengan Continuance Commitment bekerja pada sebuah organisasi karena mereka membutuhkannya. 3. Normative Commtimen Komitmen Normatif mengacu pada rasa kewajiban para pekerja terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Pekerja dengan Normative Commtimen bekerja pada sebuah organisasi karena merasa bahwa mereka berkewajiban demikian.

2.2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional

Sopiah 2008 mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional antara lain : 1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian. 2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan. 3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerja, dan tingkat pengedalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan. 15 4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dengan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

2.3 Kepuasan Kerja