PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI MILITERBELANDA II TAHUN 1949 DI KAWEDANAN KALIANDA

(1)

PERJUANGAN RAKYAT PADA MASAAGRESI MILITERBELANDA II TAHUN 1949

DI KAWEDANAN KALIANDA

Selly Anggraini 1013033019

ABSTRAK

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Tanggal 1 Januari 1949 Pasukan Belanda berhasil menduduki Kota Tanjungkarang-Telukbetung. Pada saat itu hubungan antara Daerah Kalianda dengan pemerintahan Karesidenan Lampung dikatakan terputus, Kawedanan Kalianda menjadi sebuah daerah terpencil yang sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala kemungkinan yang datang dari pihak Belanda.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakahproses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda dilakukan secara bertahap meliputi persiapan yang dimulai dengan kegiatan membentuk Badan Perjuangan Gerakan 1 Januaripada tanggal 1 Januari 1949 yang dipimpin oleh Wedana Abdul Kadir serta melakukan perubahan dibidang pertahanan dan pemerintahan tanggal 7 Februari 1949. Pelaksanaan meliputi kegiatan yang dimulai dengan melakukan penghadangan terhadap Tentara Belanda di Daerah Sukatinggipada tanggal 6 Januari 1949, pada tanggal 21 Maret 1949 terjadilah pertempuran di Way Urang, kemudian Belanda mendarat kembali di Kalianda tanggal 9 Agustus 1949, pada saat itu Belanda mengacaukan pertahanan TNI di Daerah Pematang. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pertempuran-pertempuran adalah pada bulan Agustus 1949 diadakanyagencatan senjata oleh pihak RI dan Belandaserta Badan Perjuangan kalianda diwakili oleh TNImelakukan perundingan dengan Belanda di Pematang.Hasil dari perundingan ini adalah agar seluruh pasukan bersenjata pertahanan Kalianda sudah berkumpul di Daerah Tanjungan tanggal 15 September 1949.Akhirnya tanggal 18 Desember 1949 Belanda menyerahkan kekuasaanyakepada rakyat yang diwakili oleh Komandan TNI Ma’mun Rasyid di Kalianda.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talangpadang pada tanggal 23 Juni 1992, anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Asmidi dengan Ibu Bulkis Susanti. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PKK Sukarame Talangpadang yang pada tahun 1998.

Selanjutnya Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Banding Agung Talangpadang selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Talangpadang yang selesai pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur (PKAB). Selama menjadi mahasiswa Penulis juga merupakan salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi. Penulis mengikuti Organisasi HIMAPIS dan FOKMA. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pasar Krui Kabupaten Pesisir Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.


(7)

MOTO

Kemerdekaan Itu Ialah Hak Segala Bangsa dan Oleh Sebab Itu

Maka Penjajahan Di Atas Dunia Harus Dihapuskan”


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Asmidi dan Ibu Bulkis

Susanti yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan

harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita-citaku.

Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,

masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perjuangan Rakyat Kalianda Pada Masa Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Karesidenan Lampung” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. H. M. Thoha B.S. jaya, M. S, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. H. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. H. Iskandarsyah,M.H, Pembantu Dekan III Fakulta sKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai pembimbing Akademik dan Pembimbing I terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. BapakDrs.H.BuchoriAsyik,M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai


(10)

pembahas terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, sebagai pembimbing II terimakasih atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs.H.Iskandarsyah,M.H, Drs.H.Ali Imron, M.Hum, Drs.H.Maskun,M.H, Drs.Wakidi,M.Hum, Drs.H.Tontowi Amsia,M.Si, Drs.Hendri Susanto,S.S, Drs.Syaiful, M.M.Si, Dr.Risma Sinaga, M.Basri, S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Suparman Arif, S.Pd, M.Pd.

9. BapakdanIbu staff tatausahadankaryawanUniversitas Lampung;

10.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan bantuan beasiswa Bidik Misi sampai penulis menyelesaikan studi

11.Kedua orang tuaku, Bapak AsmidiibukutercintaIbuBulkis Susanti yang senantiasamenuntun,

menyayangidanselalumendoakankeberhasilankuterimakasihatasketulusan, kesabarandanpengorbanan kalian.

12.Ibu Hilaliya S.Ag, Kakak dan adikku Anggi Ariesandi,S.H, Ariel Aderexsa, Nabiila Fakhriyya serta keluarga besarku yang selalumenyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.


(11)

13.Dany Lapeba, S.Pd,yang selalu ada menemaniki, memberikan dukungan, saran dan motivasi terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

14.Sahabat- sahabatterbaikku “Keluarga Cemara” Dany Lapeba, Indah Hakim, Edimakmur, DwiOktavia, Megi Tri Handini, Rovha Muliawan, BambangSusilo, RachmatAgungNugroho,Ari Aulia, LensyRachmedita, AyendraWahyuni, dan Teman- temanseperjuangankuangkatan 2010 GanjildanGenapterimakasihuntukkekeluargaandankebersamaanselama ini. 15.Bapak Informan dan Responden yang telah memberikan pengetahuan serta

ilmu yang sangat berharga.

16.Semuapihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK...i HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv SURAT PERNAYTAAN...v

HALAMAN RIWAYAT HIDUP...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN...vii

HALAMAN MOTTO...viii

SANWACANA...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...6

C. Pembatasan Masalah...6

D. Rumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian...7

F. Kegunaan Penelitian...7

G. Ruang Lingkup Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka...9

1.1. Konsep Perjuangan...9

1.2. Konsep Perjuangan Rakyat...10

1.3. Konsep Bentuk Perjuangan Rakyat...10

1.4. Konsep Agresi Militer Belanda II...12

1.5. Konsep Kawedanan Kalianda...13

1.6. Konsep Proses Perjuangan Rakyat...14

B. Kerangka Pikir...15

C.Paradigma...16

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Yang Dilakukan...17

B. Variabel Penelitian...19

C. Teknik Pengumpulan Data...19

1.1. Teknik Kepustakaan...20

1.2. Teknik Wawancara...21

1.3. Teknik Dokumentasi...21


(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL

1. Situasi Karesidenan Lampung Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia 17 Agustus 1945...24 2. Situasi di Karesidenan Lampung Menjelang Tahun1949...26 3. Situasi Kawedanan Kalianda Pada Awal Tahun 1949...30 4.Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II DiKawedanan Kalianda...32 PEMBAHASAN

A. Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda...45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...53 B. Saran ...55 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara...56

2. Wawancara Hasil Penelitian...58

3. Foto-Foto Hasil Penelitian...76

4. Daftar Nama Korban Pertempuran di Way Urang...83

5. Dokumen Hasil Penelitia...84

6. Pengesahan Judul...93

7. Komisi Pembimbing...94


(15)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Sikap Belanda terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia seolah-olah tidak tahu menahu bahkan beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak pernah ada. Dengan adanya kekalahan Jepang terhadap Sekutu, maka Belanda berusaha untuk dapat kembali menguasai dan menjajah Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang melakukan pelucutan tentara Jepang di Indonesia.

Tanggal 29 September 1945, tentara Sekutu yang diberi nama AFNEI

(Allied Forces Nederlans East Indies) yang dipimpin oleh Sir.Philip

Christison yang mendarat di Jakarta. Bersama dengan itu juga tentara Belanda, yaitu NICA yang dipimpin oleh Van Mook, kehadiran NICA dan AFNEI banyak melahirkan insiden dan pertempuran-pertempuran (Nugroho Notosusanto, 1992:101).

Pasukan Belanda yang menyusup di dalam NICA datang bersama Sekutu untuk mempelajari keadaan dan mempengaruhi rakyat sekaligus menyusupkan tentara- tentaranya ke daerah-daerah yang dianggap penting. Usaha Belanda ini


(16)

2

merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi rakyat Indonesia yang menginginkan kemerdekaan yang utuh.

Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul dengan instruksi penghentian tembak menembak pada tanggal 19 Januari 1948. Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi (garis Van Mook)

statusquo berbatasan antara kekuasaan Belanda dan TNI yang masih berada dalam

daerah pendudukan Belanda.

Pemerintah Republik menyetujui bujukan KTN untuk menerima ‘’garis Van Mook’’ dan perjanjian Gencatan Senjata yang disetujui oleh Indonesia dan Belanda, ditandatangani di atas kapal ‘’Renville’’ pada tanggal 17 Januari 1948 (K.M.L Tobing, 1986:3).

Suatu persetujuan lokal dimana suatu perundingan yang mempunyai nilai besar adalah perundingan yang diadakan di Martapura. Perundingan tersebut untuk melaksanakan penarikan mundur pasukan TNI dari Daerah sekitar Palembang, Ogan, dan Komering. Perundingan ini berlangsung satu minggu setelah perjanjian Renville ditandatangani, yang dihadiri oleh delegasi RI dan Belanda serta diawasi pihak KTN. Intinya dalam perundingan ini adalah penarikan pasukan dari Ogan dan Komering Area ke Daerah Lampung.

Instruksi penghentian tembak-menembak dan akan adanya perundingan antara pihak tentara Belanda dan TNI di Daerah Palembang Selatan oleh pihak tentara Belanda disiarkan dengan jalan menjatuhkan pamflet-pamflet dari pesawat udara mereka.Perundingan antara TNI Brigade Garuda Hitam dengan tentara Belanda diadakan di kota Martapura akhir Januari 1948 (Dewan Harian Daerah Angkatan – 45 1994 : 287).


(17)

3

Pada akhir tahun 1948, awal bulan November dan Desember, keadaan kota Tanjungkarang-Telukbetung relatif tenang dan aman, dalam arti tidak terdengar adanya tembakan-tembakan, letusan senjata dan ledakan –ledakan seperti suasana dalam keadaan perang. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu dalam suasana gencatan senjata akibat adanya perjanjian Renville, tetapi sebenarnya bahwa hasil dari perjanjian Renville tidak menjamin memuaskan, karena Belanda yang sangat licik menggunakan gencatan senjata untuk memperkuat diri dalam usaha untuk segera menguasai Republik Indonesia.

Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr.Beel memberitahukan kepada delegasi Republik Indonesia dan KTN bahwa Belanda tidak lagi terikat pada perjanjian Renville. Keesokan harinya pada tanggal 19 Desember 1948 Tentara Belanda melaksanakan Agresi Militer yang kedua. saat itu Belanda berusaha untuk menduduki daerah-daerah Republik Indonesia dan kota-kota yang dianggap strategis, dalam rangka memperluas kekuasaanya untuk dapat kembali menjajah negara maupun bangsa Indonesia.

Setelah mendengar kabar bahwa Belanda telah menyerang Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, di Lampung mulai terjadi suasana yang kurang tenang, karena pada waktu itu pasukan tentara Belanda sudah berada di Daerah Martapura yang sebagai basis pertahanan dari Karesidenan Lampung. Untuk mengantisipasi masuknya pasukan Belanda ke Karesidenan Lampung, Komandan Sub Terriotorial Lampung Letkol Syamaun Gaharu mengadakan persiapan- persiapan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu melakukan rapat komando Sub Teritorial Lampung, mengadakan perundingan dengan para Perwira dan Pejabat Pemerintahan serta merencanakan strategi-strategi dalam menghadapi


(18)

4

Agresi Belanda yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pada saat itu diperkirakan Belanda akan menyerbu dari Utara atau melalui laut dari Selatan. Untuk menghadapi dua kemungkinan itu maka dibentuklah 2 front, yaitu front Utara dan front Selatan. Batalyon tempur front Selatan dibawah pimpinan Kapten Ismail Husin. Terdapat beberapa front di dalam front Selatan yaitu mulai dari Wonosobo, Kotaagung, Talangpadang, Pringsewu, Kedondong, Sukoharjo, Gadingrejo, Gedongtataan sampai Tanjungkarang dan Kalianda.

Tanggal 1 Januari 1949 Daerah Lampung diserbu pasukan Belanda dari dua jurusan, yaitu dari arah Martapura dan dari arah Selatan mulai dari Pelabuhan Panjang. Dalam penyerbuan dari arah laut ini Belanda mempergunakan armada dan pesawat-pesawat terbang. Kapal perang tersebut berusaha mendarat di Pelabuhan Panjang, tetapi mendapat sambutan bumi hangus dan tembakan dari darat oleh kesatuan ALRI. Akhirnya kapal tersebut mendarat di Pulau Condong. Kemudian pasukan Belanda menggunakan skoci-skoci dan melakukan pendaratan di Gunung Kunyit Telukbetung. Pada kira-kira jam 06.00 pasukan Belanda telah bergerak ke arah Tanjungkarang Telukbetung dan pada saat itulah Belanda berhasil menduduki kota Tanjungkarang Telukbetung.

Pada tanggal 1 Januari diperkirakan jam 03.00 pagi konvoi kapal perang dan kapal pengangkut pasukan tentara Belanda masuk Teluk Lampung melewati Kalianda menuju Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Panjang ini adalah di bawah penjagaan pasukan Batalyon I dari pangkalan IA ALRI Lampung di bawah pimpinan Kapten laut K.L Tobing ditambah dengan pasukan Teritorial dari Distric Militer Lampung Selatan di bawah pimpinan Letnan II Ismail Latif (M.Arifin Nitipradjo, 2010:58).

Kalianda merupakan sebuah daerah kawedanan di bawah Kabupaten Lampung Selatan Karesidenan Lampung yang dipimpin oleh seorang wedana yang pada saat itu dijabat oleh Wedanan Abdul kadir Kusuma Ratu. Setelah Tanjungkarang


(19)

5

Telukbetung sebagai pusat komando diduduki oleh tentara Belanda, maka hubungan antara Daerah Kalianda dengan pusat komando terputus total, dengan demikian sebagai daerah kawedanan, Kalianda merupakan sebuah Daerah terpencil yang harus sanggup mempertahankan diri dalam menghadapi segala kemungkinan yang datang dari pihak Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk mengatasi keadaan tersebut dan menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga akan terjadi, oleh pemerintah Kawedanan dibentuklah suatu badan yang dinamakan Gerakan 1 Januari yang diketuai oleh Kawedanan Kalianda sendiri yaitu Abdul Kadir Kusuma Ratu, dibantu oleh pimpinan Kepolisian Inspektur I Batin Putera dan pihak militer Komandan ODM Letnan I Sastro semedi. Tanggal 6 Januari 1949 konvoi Belanda yang terdiri dari 2 truk penuh senjata lengkap datang dari arah Telukbetung menuju Kalianda, di bawah pimpinan Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu, Rakyat mengadakan penghadangan terhadap konvoi Pasukan Belanda. Sejak saat itu mulai terjadi pertempuran-pertempuran di Daerah Kalianda dalam menghadapi serangan Belanda di Karesidenan Lampung. Perjuangan rakyat terus dilakukan melalui pettempuran dan perundingan di Daerah Kalianda yang pantang menyerah dan penuh tekad juang yang tinggi sampai akhirnya Belanda resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah Karesidenan Lampung Republik Indonesia yang merdeka.

Mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan tanggung jawab semua rakyat Indonesia. Peran rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia sangat penting dan sangat diperlukan. Berdasarkan latar belakang penulisan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti proses perjuangan rakyat


(20)

6

dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

2. Usaha yang dilakukan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

3. Bentuk Perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada : Proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan pada penelitian ini adalah :

Bagaimana proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda?


(21)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung.

2. Menambah wawasan pengetahuan dalam mencermati proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

3. Menambah pengetahuan untuk guru-guru dalam kajian sejarah lokal Daerah Lampung.

4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pelajar maupun mahasiswa dalam kajian sejarah lokal Daerah Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Ilmu :

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah proses perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.


(22)

8

Ruang Lingkup Subjek :

Subjek pada penelitian ini adalah rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

Ruang Lingkup waktu :

Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013-2014.

Ruang Lingkup Lokasi atau Tempat Penelitian :

Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Unila , Perpustakaan Daerah Lampung sebagai sumber kajian pustaka.


(23)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

1.1 Konsep Perjuangan

C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:182 mengartikan “perjuangan sebagai perintis yang mengantarkan bangsa ke depan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala pengorbanan-pengorbanan”.

“Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan; memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi; berlanggaran” (Hoetoma M.A .2005 : 224).

Dari kedua pendapat ahli di atas, perjuangan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan yang diinginkan baik itu bersifat perlawanan, berperang, kedaerahan maupun bersifat nasional.


(24)

10

Menurut Tri Wahyono, Perjuangan rakyat adalah perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rakyat dengan frontal dan secara bergerilya tidak terbatas. Perjuangan ini adalah perjuangan rakyat, yaitu lebih mendalam dan meluas menyertakan seluruh komponen rakyat, karena menunggalnya rakyat dan tentara (ditambah keyakinan tinggi) adalah kekuatan yang dahsyat. Persenjataan lengkap dan modern (milik Belanda) tidak dapat mengalahkan (Tri Wahyono Dkk, 2011:150).

Menurut Yahya.A.Muhaimin yang dimaksud dengan perjuangan rakyat adalah perjuangan atau perlawanan yang dilakukan oleh rakyat secara menyeluruh, karena disamping tentara resmi, diperbolehkan juga rakyat sipil berjuang bersama-sama dengan TNI, sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara saja (Yahya.A.Muhaimin, 1982:25).

Menurut A.H Nasution, bahwasanya perjuangan gerilya dalam revolusi kita itu jauh dari pada hanya perjuangan ketentaraan semata-mata, semuanya adalah perjuangan rakyat. Ikatan dan uniform ketentaraan adalah sekedar hanya memenuhi suatu syarat bagi perjuangannya, pejuang patriot yang sejati mengabdi di lapangan mana saja karena ia yakin berguna bagi nusa bangsa. Perjuangan itu adalah perjuangan rakyat yang tiada terbatas pada TNI dan Lasykar saja, melainkan Pak Lurah, Pak Camat, pegawai non-

cooperator, duta perjuangan, tukang becak penyelidik, buruh penyabot, Pak

Tani pemberi pemondokan dan sebagainya semua adalah pejuang gerilya pula (A.H Nasution 1978 : XX).

Dari kedua konsep ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan rakyat adalah perjuangan yang dilakukan seluruh rakyat dari berbagai lapisan atau komponen misalnya warga sipil, petani, camat, wedana, lasykar maupun pihak TNI, dan Polisi yang berjuang bersama-sama untuk membela bangsa dan negaranya serta mempertahankan kemerdekaan dari orang yang ingin menguasai negara Indonesia kembali.

1.3 Konsep Bentuk Perjuangan Rakyat

“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu dikalangan militer beserta semua rakyat memakai strategi-diplomasi (Non Fisik)


(25)

11

dan menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik)” (Yahya A.Muhaimin, 1982 : 28).

Dari penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan seluruh rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah ditempuh dengan dua bentuk perjuangan yaitu perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.

Berdasarkan pendapat Moedjanto bahwa perjuangan atau reaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantara sebelum tahun 1900 mempunyai ciri :

1. perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal 2. menggantungkan pada tokoh kharismatik 3. belum ada tujuan yang jelas

sementara itu perjuangan setelah 1900 (setelah berdirinya Budi Utomo) sampai dengan agresi militer II mempunyai ciri :

1. Perjuangan bersifat nasional

2. Perlawanan yang positif dengan senjata dan taktik yang modern berupa diplomasi.

3. Perjuangan dengan organisasi modern (Moedjanto 1988 : 25)

Menurut Sagimun MD 1989 : 331, membedakan bentuk perjuangan non fisik dan perjuangan fisik adalah sebagai berikut :

Perjuangan Non Fisik :

1. Mengadakan perundingan-perundingan 2. Menarik simpati dari dunia internasional 3. Membentuk organisasi

4. Melakukan propaganda

5. Menghasilkan sebuah kesepakatan Perjuangan Fisik :

1. Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2. Dilakukan dengan pertempuran

3. Menimbulkan banyak korban Sumber : Sagimun MD 1989 : 331

Sudiyo memberikan alasan mengapa para pejuang dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia melakukan dua cara perjuangan yaitu dengan cara Non Fisik dan dengan cara Fisik (bersenjata).


(26)

12

Alasan mengapa para pejuang melakukan perjuangan secara Non Fisik adalah :

1. Dalam pembukaan UUD 1945 pada alenia 4 terdapat kata-kata yang berbunyi :... “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...

2. Jepang walaupun sudah kalah perang dengan Sekutu, namun masih bersenjata lengkap. Oleh karena itu, berjuang dengan senjata akan menimbulkan korban cukup besar.

3. Belanda yang termasuk dipihak sekutu, akan mendapat bantuan dan dukungan cukup besar dari kelompok sekutu, karena sekutu dipihak yang menang dalam PD II.

Sebaliknya, alasan yang dikemukakan oleh para pejuang yang memilih perjuangan Fisik ( bersenjata) adalah :

1. Bagi tenaga-tenaga pejuang yang pernah dipersiapkan dengan latihan kemiliteran, tentu sangat senang mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan bersenjata. Hal ini merupakan tanggung jawab mereka terhadap negara dan bangsa, sehingga berani berjuang dengan semboyan

Merdeka atau Mati.

2. Ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa mereka sanggup menjaga dan mempertahankan negara merdeka, apabila ada pihak penjajah ( Belanda ) ingin kembali ke Indonesia.

3. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah terkait dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan yang selama penjajahan selalu ditekan oleh pihak penjajah, maka telah menunjukan tekad untuk bangkit melawan secara Fisik ( bersenjata ) demi tegaknya Indonesia Sudiyo ( 2004 :112 )

1.4 Konsep Agresi Militer Belanda II

“Agresi Militer Belanda II merupakan operasi militer yang dilakukan oleh Belanda tanggal 19 Desember 1948 antara pukul 05.30-06.00 pagi kapal-kapal terbang Belanda mulai menyerang Yogya dikarenakan semua upaya dan usaha pemerintah untuk mengadakan penyelesaian secara damai di Indonesia sudah gagal” (K.M.L Tobing, 1986:171).

Menurut pendapat C.S.T Kansil dan Julianto “Agresi Militer II adalah serangan tiba-tiba yang dilancarkan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 pagi-


(27)

13

pagi angkatan perang Belanda menyerbu Yogyakarta ibukota RI Jatuh di tangan mereka” (C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:52).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Agresi Militer Belanda II adalah serangan militer yang kedua dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia akibat tidak dapat terlaksananya hasil dari persetujuan Renville yang diawali dengan menyerang kota Yogyakarta sebagai Ibukota RI.

1.5 Konsep Kawedanan Kalianda

“Kawedanan (“ke-wedana-an”) bentuk Bahasa Jawa adalah wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa Hindia-Belanda. Pemimpinnya di sebut Wedana”. (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 16/03/2014, 10:19).

Pada masa pemerintahan pendudukan Militer Jepang, Lampung segera dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan berotonomi, kedudukannya sama dengan seorang gubernur jendral. Di bawah karesidenan, diadakan kabupaten yang dikepalai oleh seorang Ken, di bawah kabupaten diadakan kawedanan yang dikepalai oleh seorang Gunco atau Wedana, di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang dikepalai oleh Son dan desa dikepalai oleh seorang Fuku Gunco (Iskandarsyah, 2008:3).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kawedanan Kalianda adalah suatu daerah administrasi di dalam Kabupaten Lampung Selatan yang dikepalai oleh seorang Wedana. Wedana Daerah Kalianda pada tahun 1949 adalah Abdul Kadir Kusuma Ratu, sedangkan di bawah kawedanan diadakan kecamatan yang dipimpin oleh seorang camat/son.


(28)

14

1.6 Konsep Proses Perjuangan Rakyat

Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya peristiwa dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan. Menurut Mohammad Ali (1985:24) yang dimaksud dengan proses adalah serangkaian tahapan yang harus dilalui dengan harapan agar semua tujuan dapat terwujud. Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan proses sebagai serangkaian kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan kemudian hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang sistematis atau tahapan yang jelas yang mempunyai Akibat yang ditimbulkan dan jika setiap tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah kepada hasil yang diinginkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 4 Mei 2014, pukul 19:22).

Dari pendapat di atas yang dimaksud proses adalah suatu runtutan peristiwa yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan tertentu yang saling berhubungan dan menimbulkan suatu perubahan yaitu mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan, akibat yang ditimbulkan serta hasil yang ingin didapatkan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa proses perjuangan rakyat adalah suatu kegiatan yang terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai dengan persiapan,pelaksanaan dan ada akibat yang ditimbulkan serta hasil atau tujuan yang didapatkan dari suatu perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rtakyat yang meliputi semua komponen rakyat termasuk anggota TNI berada di dalamnya. Dalam proses perjuangan rakyat ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses perjuangan yang dilakukan oleh rakyat di Daerah pertahanan Kalianda mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan, serta akibat yang ditimbulkan dan hasil yang didapatkan dari perjuangan seluruh rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Kawedanan


(29)

15

Kalianda. Tahapan - tahapan ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari Bangsa Asing yang ingin menguasai Indonesia kembali.

B. Kerangka Pikir

Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II di pertahanan sektor Kalianda di Karesidenan Lampung tahun 1949, terdapat tiga tahapan yang dilakukan rakyat Kalianda yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan akibat yang ditimbulkan. Pada tahap persiapan ini berisi hal-hal yang dilakukan untuk mempersiapkan perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti hal-hal yang dipersiapkan untuk melakukan perjuangan di daerah pertahanan Kalianda adalah membentuk badan perjuangan Gerakan 1 Januari dan melakukan perubahan badan perjuangan di bidang pertahanan dan pemerintahan. Pada tahap pelaksanaan berisi kapan terjadinya perjuangan, kapan waktu pelaksanaan, dimana terjadi perjuangan serta bagaimana bentuk perjuangan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pelaksanaan perjuangan terjadi di Daerah Sukatinggi tanggal 6 Januari 1949, di Daerah Way Urang tanggal 21 Maret 1949 dan di Daerah Pematang tanggal 10 Agustus 1949 perjuangan yang terjadi berbentuk pertempuran fisik. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan di Kalianda ini adalah timbul cara-cara yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan menghadapi Agresi Militer Belanda II, yaitu dengan cara diadakan gencatan senjata dan melakukan perundingan antara rakyat yang diwakili pihak RI dan Belanda. Hasil dari ketiga tahapan ini bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan RI dari Bangsa Asing yang ingin menduduki kembali Indonesia.Perjuangan terus menerus dilakukan rakyat yang pantang menyerah dan penuh tekad juang yang tinggi membuat pihak Belanda mengalami banyak


(30)

16

kerugian dan tanggal 18 Desember 1949 Belanda resmi menyerahkan Kedaulatan Kalianda dan Daerah Kalianda tetap menjadi bagian dari wilayah Karesidenan Lampung RI yang merdeka.

C. Paradigma

Proses Perjuangan Rakyat Dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda

II Tahun 1949 di Kawedanan Kalianda A.Persiapan Hal-hal yang dilakukan rakyat untuk mempersiapkan perjuangan dalam menghadapi serangan Belanda B. Pelaksanaan 1. Waktu pelaksanaan 2. Bentuk perjuangan 3. Tempat terjadinya perjuangan

C. Akibat yang ditimbulkan Adanya usaha- usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahn Hasil Keterangan :

Berakhirnya Agresi Militer Belanda II dan kemerdekaan

Republik Indonesia dapat dipertahankan

a. Garis Kegiatan


(31)

17

III. METODE PENELITIAN

Metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa “Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”(Husin Sayuti, 1998:32). Menurut Sugiyono “Metode Penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011:3).

A.Metode yang dilakukan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Historis. Berkenaan dengan metode penelitian Historis, Nugroho Notosusanto memberikan penjelasan bahwa penelitian historis adalah

“Sekumpulan prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis” (Nugroho Notosusanto, 1984:11).

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang terjadi pada masa lalu terlepas dari keadaan sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masalah.


(32)

18

Selanjutnya seringkali juga hasilnya dapat digunakan untuk meramal kejadian atau keadaan masa yang akan datang. Metode historis biasanya datanya cenderung lebih lama usianya, yang sudah berumur berabad-abad atau yang sudah layak bernilai sejarah.

Selanjutnya mengenai metode sejarah, Nugroho Notosusanto membagi penelitian sejarah ke dalam 4 langkah yaitu :

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam Heuristik ini adalah dengan cara mencari buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian. 2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan

apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan penulis dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data yang diperoleh pada tahap Heuristik dengan tema yang akan dikaji serta keaslian data sudah dapat diketahui.

3. Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh peneliti.

4. Historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dalam hal ini penulis membuat laporan penelitian berupa skripsi dari data yang sudah diproses dari tahap Heuristik, Kritik dan Interpretasi. Penulisan skripsi disusun berdasarkan metode penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Lampung.


(33)

19

B. Variabel penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata, “variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti” (Suryabrata, 1991:79). Menurut Sugiyono, “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:60). Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah perjuangan rakyat dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II di Kawedanan kalianda.

C. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian ilmiah, karena pada umumnya data yang telah dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

“Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang di perlukan” (Mohammad Nazir 1993:211). Diharapkan dengan adanya penggunaan teknik- teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat diperoleh data-data yang akan dapat menjawab dari apa yang menjadi permasalahan dari penelitian yang direncanakan.

Agar data yang diperoleh sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :


(34)

20

“Teknik Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara dapat diakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan

telpon” ( Sugiono 2011:194). Menurut Mohammad Nazir “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dan responden dengan menggunakan ala tatau interview guide (panduan wawacara)” (Moh.Nazir, 1985:234).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik wawancara adalah mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung guna memperoleh informasi atau data mengenai masalah yang akan diteliti.

Dalam hal ini peneliti bertanya langsung kepada responden atau informan tentang perjuangan rakyat pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1949 di Kawedanan Kalianda.

1.2 Teknik kepustakaan

“Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk Koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian” (Koentjaraningrat 1983:133).


(35)

21

Sementara itu “teknik kepustakaan dapat diartikan juga sebagai “studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di perpustakaan yang melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti” (Hadari Nawawi 1993:133).

Jadi teknik kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mempelajari dan menelaah buku- buku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumen- argumen yang dikemukakan para ahli yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1.3 Teknik Dokumentasi

“Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Hadari Nawawi, 1994:133). Dalam hal ini peneliti akan mencari sumber-sumber lain seperti majalah, koran, brosur, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto “teknik dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto.1989:188).

Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen yang berkaitan dengan sejarah Daerah Lampung di Perpustakaan Universitas Lampung, maupun Perpustakaan Daerah Lampung.


(36)

22

Setelah data penelitian diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif.Hal ini dikarenakan data-data yang terkumpul bersifat tertulis. Ada pun langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif yaitu :

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

2. Klasifikasi data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya

3. Pengolahan data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya ke dalam suasana kalimat secara kronologis sehingga Mudah dipahami

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran (Muhammad Ali 1985:151)


(37)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, proses perjuangan rakyat di Kawedanan Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda ke II adalah secara bertahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Membentuk Badan Perjuangan yang diberi nama Badan Perjuangan Gerakan 1 Januari dibentuk tanggal 1 Januari 1949 yang bertujuan untuk menghimpun seluruh kekuatan TNI, Lasykar maupun Pemuda yang dipimpin oleh Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu.

b. Melakukan perubahan di bidang pertahanan dan bidang pemerintahan tanggal 7 Februari 1949 yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan Daerah Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II.

2. Tahap pelaksanaan meliputi perjuangan secara fisik sebagai berikut :

1. Pertempuran di Daerah Suka Tinggi tanggal 6 Januari 1949 Pasukan Belanda mencoba memasuki Kota Kalianda dan dihadang oleh Badan Perjuangan rakyat Kalianda di Daerah Sukatinggi, Belanda mundur ke arah Telukbetung dan di Kampung Babatan membakar 14 rumah rakyat dan 2 orang rakyat ditembak mati.


(38)

53

2. Pertempuran di Daerah Way urang tanggal 21 Maret 1949 Belanda berhasil menduduki Daerah Kalianda melalui Pantai Masin dan terus maju ke Daerah Way Urang. Terjadilah pertempuran yang dimulai sejak pukul 02.00-07.00 WIB di Daerah Way Urang yang telah menewaskan 9 orang Belanda dan 11 orang luka sedangkan di pihak Indonesia menewaskan 12 Orang TNI dan Lasykar serta 2 orang luka-luka.

3. Pertempuran di Daerah Pematang tanggal 9 Agustus 1949 untuk yang kedua kalinya tentara Belanda melakukan pendaratan di Kalianda dan terus menduduki Kalianda melalui Pantai Belantung pertempuran terjadi di Utara kota dari jam 09.45 sampai jam 10.15 antara Pasukan Belanda dan pasukan kita, untuk menghindari pertempuran dalam kota pasukan kita mundur ke Pematang.10 Agustus 1949 Belanda mengadakan penyerangan terhadap pertahanan Kalianda di Pematang. Pasukan Belanda menembak 2 orang rakyat kampung hingga tewas.

3. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan adalah sebagai berikut :

1. Kesepakatan melakukan Gencatan Senjata pada bulan Agustus 1949 oleh pihak RI dan Belanda yang bertujuan untuk menghentikan seluruh aksi pertempuran.

2. Melakukan perundingan yang diwakili oleh TNI dan Pihak Belanda untuk merundingkan tentang pemidahan pasukan pertahanan Kalianda ke Daerah Tanjungan, hasil dari perundingan ini adalah agar seluruh pasukan bersenjata kita sudah berkumpul di Daerah Tanjungan pada tanggal 15 September 1949. Hasil yang didapatkan dari proses perjuangan rakyat di


(39)

54

Kalianda adalah tanggal 18 Desember 1949 berakhirnya Agresi Militer Belanda II dan Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada rakyat yang diwakili oleh Komandan TNI Ma’mun Rasyid di Kalianda, dan kemerdekaan Republik Indonesia dapat dipertahankan.

B.SARAN

Perjuangan Rakyat di Kawedanan Kalianda merupakan perjuangan yang sangat berat dan penuh pengorbanan untuk mempertahankan Daerah Kalianda dan kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di Karesidenan Lampung. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan perjuangan yang di lakukan oleh TNI maupun Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung.

3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Nasution.1978.Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6. Bandung.Angkasa Bandung.

Ali Imron.2001.Sejarah Pembentukan Provinsi Lampung.Bandar Lampung. Proyek Kerjasama Balitbang Provinsi Lampung-Lembaga Penelitian Universitas Lampung

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung.Angkasa.

A Rauf Ali.1993.Panitia Penyusunan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di

Lampung.Bahan Seminar.

Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung.Bina Aksara.

C.S.T Kansil.1990.Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku I. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku III. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar I.M Zahidin Muchtar.1976.Dokumen Catatan Peristiwa Bersejarah Pasukan 114-

Sektor XIX Sub.Teritorial Lampung Kalianda Area.

Iskandarsyah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung.Universitas Lampung press.

K.M.L Tobing.1986.Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville.Jakarta.PT Gunung Agung.

Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta.Gramedia. Konsep Karesidenan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/karesidenan (Minggu 27/10/2013, 09:19).

Konsep Proses


(41)

Moedjanto.1988.Indonesia Abad ke-20.Yogyakarta.Kanisius.

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta.Gajah Mada University Press.

Nazir,Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat Prosedur Dan Strategi. Bandung.Angkasa

Nitipradjo,M.Arifin.2010.Perjuangan Masyarakat Lampung Mempertahankan

Kemerdekaan RI.Bandar Lampung.Cv.Mitra Media Pustaka.

Notosusanto,Nugroho.1992.Sejarah Nasional Indonesia VI.Jakarta.Balai Pustaka. Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer.Jakarta.Inti

Indayu

Sagimun MD.1989.Peranan Pemuda.Jakarta.Bina Aksara.

Sayuti,Husin.1998.PengantarMetodologi Riset.Jakarta.Fajar Agung. Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan

Kemerdekaan.Jakarta.Rineka Cipta.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung.Alfabeta. Sumadi,Suryabrata.1991.Metode Penelitian Rajawali press.Jakarta.

Wahyono, Tri Dkk.2011.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II. BPSNT.

Wawancara dengan Bapak I.M Zahidin Muchtar 8 Desember 2013 Wawancara Dengan Bapak Usman Ali 13 Januari 2014

Wawancara Dengan Bapak M.Tohir 9 Januari 2014 Wawancara Dengan Bapak Ismail 9 Januari 2014

Yahya A.Muhaimin.1982.Perkembangan Militer Dan Politik Di Indonesia 1945-1966.Gajam Mada University Press..


(1)

Setelah data penelitian diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif.Hal ini dikarenakan data-data yang terkumpul bersifat tertulis. Ada pun langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif yaitu :

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

2. Klasifikasi data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya

3. Pengolahan data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya ke dalam suasana kalimat secara kronologis sehingga Mudah dipahami

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenaran (Muhammad Ali 1985:151)


(2)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, proses perjuangan rakyat di Kawedanan Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda ke II adalah secara bertahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Membentuk Badan Perjuangan yang diberi nama Badan Perjuangan Gerakan 1 Januari dibentuk tanggal 1 Januari 1949 yang bertujuan untuk menghimpun seluruh kekuatan TNI, Lasykar maupun Pemuda yang dipimpin oleh Wedana Abdul Kadir Kusuma Ratu.

b. Melakukan perubahan di bidang pertahanan dan bidang pemerintahan tanggal 7 Februari 1949 yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan Daerah Kalianda dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II.

2. Tahap pelaksanaan meliputi perjuangan secara fisik sebagai berikut :

1. Pertempuran di Daerah Suka Tinggi tanggal 6 Januari 1949 Pasukan Belanda mencoba memasuki Kota Kalianda dan dihadang oleh Badan Perjuangan rakyat Kalianda di Daerah Sukatinggi, Belanda mundur ke arah Telukbetung dan di Kampung Babatan membakar 14 rumah rakyat dan 2 orang rakyat ditembak mati.


(3)

2. Pertempuran di Daerah Way urang tanggal 21 Maret 1949 Belanda berhasil menduduki Daerah Kalianda melalui Pantai Masin dan terus maju ke Daerah Way Urang. Terjadilah pertempuran yang dimulai sejak pukul 02.00-07.00 WIB di Daerah Way Urang yang telah menewaskan 9 orang Belanda dan 11 orang luka sedangkan di pihak Indonesia menewaskan 12 Orang TNI dan Lasykar serta 2 orang luka-luka.

3. Pertempuran di Daerah Pematang tanggal 9 Agustus 1949 untuk yang kedua kalinya tentara Belanda melakukan pendaratan di Kalianda dan terus menduduki Kalianda melalui Pantai Belantung pertempuran terjadi di Utara kota dari jam 09.45 sampai jam 10.15 antara Pasukan Belanda dan pasukan kita, untuk menghindari pertempuran dalam kota pasukan kita mundur ke Pematang.10 Agustus 1949 Belanda mengadakan penyerangan terhadap pertahanan Kalianda di Pematang. Pasukan Belanda menembak 2 orang rakyat kampung hingga tewas.

3. Akibat yang ditimbulkan dari adanya persiapan dan pelaksanaan perjuangan adalah sebagai berikut :

1. Kesepakatan melakukan Gencatan Senjata pada bulan Agustus 1949 oleh pihak RI dan Belanda yang bertujuan untuk menghentikan seluruh aksi pertempuran.

2. Melakukan perundingan yang diwakili oleh TNI dan Pihak Belanda untuk merundingkan tentang pemidahan pasukan pertahanan Kalianda ke Daerah Tanjungan, hasil dari perundingan ini adalah agar seluruh pasukan bersenjata kita sudah berkumpul di Daerah Tanjungan pada tanggal 15 September 1949. Hasil yang didapatkan dari proses perjuangan rakyat di


(4)

54

Kalianda adalah tanggal 18 Desember 1949 berakhirnya Agresi Militer Belanda II dan Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada rakyat yang diwakili oleh Komandan TNI Ma’mun Rasyid di Kalianda, dan kemerdekaan Republik Indonesia dapat dipertahankan.

B.SARAN

Perjuangan Rakyat di Kawedanan Kalianda merupakan perjuangan yang sangat berat dan penuh pengorbanan untuk mempertahankan Daerah Kalianda dan kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di Karesidenan Lampung. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan perjuangan yang di lakukan oleh TNI maupun Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung.

3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.


(5)

A.H. Nasution.1978.Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6.

Bandung.Angkasa Bandung.

Ali Imron.2001.Sejarah Pembentukan Provinsi Lampung.Bandar Lampung. Proyek Kerjasama Balitbang Provinsi Lampung-Lembaga Penelitian Universitas Lampung

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi.

Bandung.Angkasa.

A Rauf Ali.1993.Panitia Penyusunan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di

Lampung.Bahan Seminar.

Arikunto,Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung.Bina Aksara.

C.S.T Kansil.1990.Sistem Pemerintahan Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan

Indonesia.Jakarta.Bumi Aksara.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku I. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku III. Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi

Lampung.

Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar I.M Zahidin Muchtar.1976.Dokumen Catatan Peristiwa Bersejarah Pasukan 114-

Sektor XIX Sub.Teritorial Lampung Kalianda Area.

Iskandarsyah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung.Universitas Lampung press.

K.M.L Tobing.1986.Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville.Jakarta.PT Gunung Agung.

Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta.Gramedia. Konsep Karesidenan

http://id.m.wikipedia.org/wiki/karesidenan (Minggu 27/10/2013, 09:19).

Konsep Proses


(6)

Moedjanto.1988.Indonesia Abad ke-20.Yogyakarta.Kanisius.

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta.Gajah Mada University Press.

Nazir,Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat Prosedur Dan Strategi.

Bandung.Angkasa

Nitipradjo,M.Arifin.2010.Perjuangan Masyarakat Lampung Mempertahankan

Kemerdekaan RI.Bandar Lampung.Cv.Mitra Media Pustaka.

Notosusanto,Nugroho.1992.Sejarah Nasional Indonesia VI.Jakarta.Balai Pustaka. Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer.Jakarta.Inti

Indayu

Sagimun MD.1989.Peranan Pemuda.Jakarta.Bina Aksara.

Sayuti,Husin.1998.PengantarMetodologi Riset.Jakarta.Fajar Agung. Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan

Kemerdekaan.Jakarta.Rineka Cipta.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung.Alfabeta. Sumadi,Suryabrata.1991.Metode Penelitian Rajawali press.Jakarta.

Wahyono, Tri Dkk.2011.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II. BPSNT.

Wawancara dengan Bapak I.M Zahidin Muchtar 8 Desember 2013 Wawancara Dengan Bapak Usman Ali 13 Januari 2014

Wawancara Dengan Bapak M.Tohir 9 Januari 2014 Wawancara Dengan Bapak Ismail 9 Januari 2014

Yahya A.Muhaimin.1982.Perkembangan Militer Dan Politik Di Indonesia