PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI FAKTOR PEMEDIASI (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA

SEBAGAI FAKTOR PEMEDIASI

(Studi Empiris Pada SKPD Pemerintah Kota Bandar Lampung)

Oleh SUHENDAR

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai faktor pemediasi pada pemerintah kota Bandar Lampung.

Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di SKPD kota Bandar Lampung. Pemilihan sampel dengan metode probability sampling. Data yang digunakan berupa data primer. Teknik pengumpulan data dengan teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada Kabag, Kasi dan Kasubbag Keuangan. Analisis yang digunakan adalah SmartPLS 2.0 (Partial Least Square).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan kerja karyawan, dimana nilai t hitung > t tabel yaitu 25,351 > 1,658 (sig. 0,05) dan nilai β dengan arahnya positif (H1 diterima). 2) Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan, dimana nilai t hitung > t tabel yaitu 15,135 > 1,658 (sig. 0,05) dan nilai β dengan arahnya positif (H2 diterima). 3) Partisipasi Penyusunan Anggaran tidak mempengaruhi kinerja karyawan, dimana nilai β dengan arahan -0.464 (negative) yang berarti (H3 ditolak).

Kata kunci: Kinerja Karyawan, Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kepuasan Kerja Karyawan.


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF PARTICIPATION PERFORMANCE BUDGETING WORKING WITH EMPLOYEE SATISFACTION AS A FACTOR PEMEDIATING.

(Empirical Study On Government SKPD Bandar Lampung)

By Suhendar

This study aimed to analyze the effect of budget participation on employee performance and job satisfaction as a mediating factor in Bandar Lampung city government.

This study classified the type of research that is causative. The population in this study is the city of Bandar Lampung on education. The selection of the sample with probability sampling methods. The data used in the form of primary data. Data collection techniques with engineering survey by distributing questionnaires to the Head, Head of Finance and Head of Subdivision. The analysis used is SmartPLS 2.0 (Partial Least Square).

The results show that: 1) Participation Budgeting significant positive effect on job satisfaction of employees, where the value of t count > t table is 25.351 > 1.658 (sig. 0.05) and the value of β with the positive direction (H1 accepted). 2) Job Satisfaction significant positive effect on employee performance, where the value of t count > t table is 15.135 > 1.658 (sig. 0.05) and the value of β with the positive direction (H2 acceptable). 3) Participation Budgeting does not affect the performance of employees, where the value of β with the direction -0.464 (negative) which shall mean (H3 rejected).


(3)

TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN

KEPUASAN KERJA SEBAGAI FAKTOR PEMEDIASI

(Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kota Bandar Lampung)

Oleh

SUHENDAR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINS AKUNTANSI

Pada

Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, berdampak pada perubahan fundamental dalam hubungan tata pemerintah dan hubungan keuangan sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan anggaran pemerintah daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendapatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya yang ditetapkan.

Menurut Indra (2006) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Secara umum kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Ukuran kinerja suatu organisasi sangat penting, guna evaluasi dan perencanaan masa depan. Beberapa jenis informasi yang digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan telah dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan demikian mengukur kinerja tidak hanya informasi keuangan tetapi juga informasi non keuangan.


(5)

Kinerja pemerintah daerah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran dan tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah (Gusmal, 2007).

Salah satu alat yang digunakan manajemen dalam melakukan perencanaan dan pengendalian jangka pendek dalam organisasi adalah anggaran. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan suatu proses politik. Dalam hal ini, anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002:61).

Menurut Mulyadi (2001) anggaran merupakan rencana yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam kesatuan moneter atau ukuran yang lain dalam jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan bentuk rencana kegiatan dari pimpinan sampai pada karyawan tingkat bawah. Anthony dan Govindarjan (2005)

medefinisikan anggaran sebagai suatu rencana dalam kuantitas yang dinyatakan dalam satuan moneter dan mencakup satu periode.


(6)

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam penyusunan anggaran, karena proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan kompleks, adanya kemungkinan akan menimbulkan dampak fungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Dedi, 2008).

Dalam penyusunan rencana kerja masing-masing program harus sudah memuat secara rinci uraian mengenai nama program, tujuan dan sasaran program output yang dihasilkan, sumber daya yang dibutuhkan, periode pelaksanaan program, alokasi dan indikator kerja. Seluruh program yang telah dirancang oleh masing-masing unit kerja, selanjutnya diserahkan kepada Panitia Eksekutif. Panitia Eksekutif selanjutnya menganalisis dan bila perlu menyeleksi program-program yang akan dijadikan rencana kerja di masing-masing unit kerja berdasarkan program kerja yang masuk ke panitia eksekutif, selanjutnya disusun dan dirancang draf kebijakan pembangunan dan kebijakan anggaran tahunan (APBD) yang nantinya akan dibahas pihak legislatif. (Permendagri Nomor 37 Tahun 2012).

Dalam penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah disusun. Penerapan


(7)

sistem ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded). Dalam proyeksi, atasan/pemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan bawahan/pelaksana anggaran. Bertolak dari kondisi ini, sektor publik mulai menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah tersebut, yaitu anggaran partisipasi. Melalui sistem ini, bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut sub bagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara

atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.

Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan. Selain itu, hal penting yang menjadi keberhasilan kinerja pemerintah adalah kepuasan kerja. Wibowo (2009: 324-326) mengatakan bahwa teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap

pekerjaan. Kepuasan kerja aparat pemerintah dapat memberikan bukti bahwa aparat pemerintah tersebut bersungguh-sungguh berkomitmen dalam bekerja.


(8)

Greenberg dan Baron (2003) menyatakan kepuasan kerja sebagai salah satu perilaku atau sikap yang ditujukan pada suatu penyusunan anggaran

pemerintahan. Kepuasan kerja merupakan suatu aspek yang dapat berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Kepuasan kerja aparat pemerintah membuktikan bahwa aparat pemerintah tersebut bersungguh-sungguh dalam mewujudkan suatu rencana yang sudah dirancang sebelumnya. Handoko (1997:122) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang.

Penelitian yang menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Mia (1998) menggunakan variabel motivasi sebagai salah satu variabel

moderating. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja karyawan secara signifikan. Sedangkan Riyadi (2000) mencoba melakukan penelitian yang telah dilakukan Mia terhadap 48 manajer dari perusahaan yang terdapat di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi tidak mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial secara signifikan.


(9)

Hasil penelitian Sardjito (2007) menyatakan kepuasan kerja sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap penyusunan anggaran dalam

meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sudaryono (1994) yang memberikan hasil bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderating.

Penelitian dengan menggunakan variabel intervening untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja dilakukan oleh Brownell dan McInnes (1986). Brownell dan McInnes melakukan penelitian terhadap manajer dari tiga perusahaan manufaktur, dua bergerak di bidang elektronik dan satu industri baja. Variabel yang digunakan yaitu partisipasi anggaran, motivasi, dan kinerja. Penelitian tersebut menduga bahwa adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran mampu meningkatkan motivasi karyawan dan selanjutnya peningkatan motivasi akan meningkatkan kinerja. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja, tetapi pengaruh variabel motivasi atas hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja sangat kecil. Fenomena yang terjadi di Pemerintahan Kota Bandar Lampung dapat dilihat dari kinerja Pemerintah tahun 2013 pada pencapaian pelaksanaan kegiatan

pembangunan, meskipun secara nyata kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung terlihat baik, akan tetapi dilihat dari perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung Tahun 2013 mencapai Rp. 400 miliar dari target yang telah ditentukan sebesar Rp. 418,1 miliar, dan juga adanya


(10)

penjualan asset Pemkot secara ilegal yang telah dilakukan oleh aparatur

Pemerintah Kota Bandar Lampung. (radarlampung.co.id). Akan tetapi belum ada yang dapat membuktikan secara empiris apakah dalam penyusunan anggaran adanya partisipasi dan kepuasan kerja aparat di lingkungan SKPD dalam penyusunan anggaran tersebut dengan menghasilkan kinerja yang baik.

Berdasarkan fenomena di atas serta dari temuan-temuan sebelumnya

menunjukkan belum adanya konsistensi antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut ditengahi dengan

digunakannya pendekatan kontijensi (contingency approach). Pendekatan ini menyatakan bahwa perbedaan hubungan penganggaran partisipatif dengan kinerja aparat pemerintah daerah disebabkan oleh perbedaan situasi atau kondisional Govindarajan (1986). Partisipasi penyusunan anggaran tidak akan secara

langsung meningkatan kinerja tanpa adanya dukungan faktor-faktor eksternal dan internal yang akan meningkatkan kinerja organisasi. Pelaksanaan mekanisme birokrasi dalam sistem penyusunan anggaran dalam perkembangannya menjadi sangat penting untuk meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah. Berbeda dengan penelitan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi ditingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Faktor


(11)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh terhadap kepuasan kerja?

2. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan ? 3. Apakah Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh terhadap kinerja

karyawan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran

terhadap kepuasan kerja

2. Untuk menganalisis hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan

3. Untuk menganalisis hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja karyawan

1. 4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi pemerintah, terutama yang berkaitan dengan penyusunan anggaran.


(12)

2. Bagi Pengembangan Praktek

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan memberikan informasi bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan serta menentukan arah dan strategi dalam perbaikan kinerja pemerintah daerah dimasa mendatang.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran

Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan, yang menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan, penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu dan akhirnya tahap pengawasan (Adisaputro, 2003). Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan tujuan organisasi yaitu sebagai perencanaan, pengkoordinasian dan sebagai fungsi pengendalian. Untuk itu anggaran dapat mengontrol aktivitas unit kerja organisasi sesuai dengan apa yang dianggarakan. Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan

bersama oleh dua atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pihak yang membuat keputusan tersebut (Mulyadi, 2001).

Partisipasi pimpinan dalam proses penyusunan anggaran merupakan proses dimana pimpinan dinilai kinerjanya, serta keterlibatan pimpinan dalam mengkondisikan anggotanya. Dapat dikatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para anggota organisasi dalam mencapai tujuan dan kerjasama untuk menentukan satu


(14)

rencana. Partisipasi anggaran sektor publik menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh pusat pertanggungjawaban anggaran mereka.

Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif, dan masyarakat bekerja sama dalam pembuatan anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah itu

bersama-sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Proses anggaran daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja dalam Permendagri memuat Pedoman Penyusunan Rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah (unit kerja). Dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan kinerja para aparatur pemerintah dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka para pimpinan organisasi pemerintahan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Darlis, 2002).


(15)

2.1.2 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang

menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Untuk menciptakan tenaga kerja atau karyawan yang berprestasi dan terampil diperlukan adanya unsur kepuasan lahiriah dan batiniah dalam diri karyawan itu sendiri. Kebijaksanaan perusahaan serta memperhatikan tingkat kebutuhan hidup karyawan merupakan hal terpenting dalam pengukuran tingkat kepuasan, melalui tingkat kepuasan inilah semua tujuan perusahaan akan lebih mudah dicapai. Selain akan menghasilkan mutu tenaga yang ahli juga akan mendapatkan tenaga yang terampil, maka kerja akan mendapatkan hasil yang berdaya guna dan hasil guna akan tercapai.

Beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian kepuasan kerja, diantaranya: Menurut Robbins (2001:139) mendefinisikan “ kepuasan kerja adalah sikap umum seorang individu yang merujuk pada pekerjaannya”.

Menurut Handoko (2000:193) “ kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka”.


(16)

Sedangkan menurut Siagiaan (2001:295) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut :” kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik bersifat positif maupun yang bersifat negatif tentang pekerjaannya”.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.

2.1.3 Kinerja Karyawan

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan atau instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67), mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Hal itu juga dinyatakan oleh Ambar Teguh Sulistiyani (2003:223), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.


(17)

Malayu S.P. Hasibuan (2001:34), juga mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

2.2. Penelitian Terdahulu

Pelopor penelitian mengenai hubungan partisipasi anggaran dan kinerja

manajerial dilakukan oleh Argyris (1953), Hopwood (1972), Milani (1975), dan Otley (1978). Argyris (1953) melakukan studi pada karyawan di perusahaan industri di Amerika dan menemukan bahwa tekanan yang dihadapi karyawan agar dapat memenuhi target anggaran mampu menghasilkan perilaku disfungsional seperti ketegangan kerja dan rendahnya motivasi karyawan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya kinerja individual. Studi yang dilakukan oleh Hopwood (1972) juga menemukan hubungan negatif yang serupa antara dampak anggaran dengan kinerja manajerial, terutama ketika anggaran tersebut digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja. Sedangkan studi yang dilakukan Otley (1978) tidak menemukan adanya dampak negatif anggaran terhadap kinerja manajerial. Otley juga menemukan bahwa partisipasi anggaran dapat memiliki dampak positif maupun negatif terhadap kinerja manajerial, bergantung pada kondisi lingkungan dari organisasi tersebut.

Mia (1988) meneliti 83 manajer tingkat menengah dan rendah dari berbagai fungsi. Mia menggunakan variabel motivasi sebagai salah satu variabel

moderating. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial secara signifikan.


(18)

Sardjito dan Muthaher (2007) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja dengan menggunakan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Respondennya adalah pejabat setingkat kepala bagian/bidang/subdinas dan kepala subbagaian/subbidang/seksi dari dinas dan kantor pemerintah daerah kota/kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja. Variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam memoderasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.

Penelitian dengan menggunakan variabel intervening untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja dilakukan oleh Brownell dan McInnes (1986). Brownell dan McInnes melakukan penelitian terhadap manajer dari tiga perusahaan manufaktur, dua bergerak di bidang elektronik dan satu industri baja. Variabel yang digunakan yaitu partisipasi anggaran, motivasi, dan kinerja. Penelitian tersebut menduga bahwa adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran mampu meningkatkan motivasi karyawan dan selanjutnya peningkatan motivasi akan meningkatkan kinerja. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja, tetapi pengaruh variabel motivasi atas hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja sangat kecil. Ahmad dan Fatima (2008) melakukan penelitian terhadap hubungan

antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan menggunakan variabel intervening. Penelitian dilakukan terhadap Malaysian Ministry of Defence


(19)

(MINDEF), dengan komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Partisipasi anggaran dan persepsi inovasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Namun demikian tidak terdapat hubungan serupa antara persepsi inovasi dan kinerja manajerial.

2.3 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pemerintah daerah, maka dapat dikembangkan hipotesis dengan penjelasan sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak mengenai pekerjaan mereka, atau suatu perasaan pegawai senang atau tidak senang dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku, Davis (1985). Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown (1950),

mengemukakan ada lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja yaitu antara lain kedudukan, pangkat atau golongan, umur, jaminan finansial dan jaminan sosial serta mutu pengawasan. Alasan utama mempelajari kepuasan kerja adalah untuk menyediakan gagasan bagi para manajer tentang cara meningkatkan sikap karyawan. Seseorang yang tidak punya kemampuan mengaktualisasikan secara profesional menjadi tidak puas dalam bekerja.


(20)

Hasibuan (2005), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Keadaan yang menyenangkan dapat dicapai jika sifat dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dan nilai-nilai yang dimilikinya. Berbagai penelitian telah

membuktikan bahwa jika dalam pekerjaannya seseorang mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam

organisasi dan memperoleh umpan balik dari hasil pekerjaan yang dilakukannya, dan yang bersangkutan akan merasakan kepuasan dan perasaan puas akan

menimbulkan dorongan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Berdasarkan pemaparan tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1: Terdapat Pengaruh Positif antara Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja

2.3.2 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tugas pekerjaannya.

Dengan diperolehnya kepuasan kerja oleh karyawan baik itu dengan pemberian gaji yang sesuai, pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keahliannya,

dan hubungan dengan atasan terjalin dengan baik, hal ini akan meningkatkan kinerja para karyawannya.

Kinerja karyawan adalah salah satu hal yang penting dalam setiap organisasi, karena kinerja merupakan hasil kerja yang dilakukan setiap pegawai


(21)

untuk memperoleh hasil yang optimal. Dengan kinerja yang tinggi maka tujuan organisasi akan mudah tercapai.

Dengan diperolehnya kepuasan kerja karyawan maka kinerja karyawan akan meningkat karena karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan, jadi ada pengaruh antara karyawan dengan perusahaan yaitu akan terpenuhinya kepuasan kerja dan perusahaan mendapatkan kinerja yang tinggi dari para karyawannya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan (1998:98) yang menyatakan bahwa :

“ Kinerja merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-divisi yang ada dalam organisasi. Kinerja dikatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, kinerja juga dipandang sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan, motivasi, dan kesempatan, sehingga kinerja seseorang dipengaruhi oleh kepuasan kerja”.

Berdasarkan pemaparan tersebut di maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

H2: Terdapat Pengaruh Positif Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

2.3.3 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Karyawan

Penyusunan anggaran dimaksudkan bukan hanya untuk menyajikan informasi mengenai rencana keuangan yang berisi tentang biaya-biaya dan pendapatan untuk pusat pertanggungjawaban di dalam suatu alat


(22)

yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja pemerintah daerah memberikan hasil yang beragam.

Dalam organisasi sektor publik, partisipasi anggaran dan pengukuran kinerja tidak sebatas pada penggunaan anggaran, namun pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek yang dapat memberikan informasi yang efektif dan efisien dalam mencapai hasil yang diinginkan. Aspek-aspek yang dapat memberikan informasi yang efektif dan efisien seperti masukan, kualitas, keluaran, dan hasil. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Permendagri No 39 Tahun 2012). Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran yang dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur kinerja aparat pemerintah daerah Lewin (1970). Menurut Nur (2011) untuk mencegah dampak fungsional atau

disfungsional, sikap dan perilaku anggota organisasi dalam penyusunan anggaran perlu melibatkan bawahan (aparat pemerintah daerah). Sehingga partisipasi anggaran dapat dinilai sebagai pendekatan aparat pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual, karena dengan adanya penyusunan anggaran diharapkan setiap aparat pemerintah daerah mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan menyusun anggaran secara partisipatif, diharapkan kinerja unit kerja organisasi akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa


(23)

pimpinan, maka pegawai akan bersungguh-sungguh dalam tujuan/ standar yang telah ditetapkan dan pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Karena dengan adanya keterlibatan aparat pemerintah daerah dalam

penyusunan anggaran, maka akan mengakibatkan peningkatan kinerja dari aparat pemerintah tersebut sesuai dengan target yang diberikan, berdasarkan pemaparan tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

H3: Terdapat Pengaruh Positif antara Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Karyawan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksudkan untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menentukan persepsi-persepsi keterkaitan antara variabel yang akan diteliti yaitu pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja

pemerintah daerah dengan kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi.

Partisipasi anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan kinerja. Partisipasi anggaran melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam proses penyusunannya. Partisipasi anggaran dapat

digunakan sebagai pengukur kinerja dengan adanya evaluasi anggaran. Dengan adanya partisipasi akan menjadikan setiap orang menganggap bahwa target organisasi adalah target pribadinya juga. Target penyusunan anggaran yang


(24)

dicapai akan mencerminkan kinerja unit kerja organisasi secara keseluruhan.

Dengan adanya partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran, maka dapat memberikan dampak positif bagi perilaku karyawan karena mereka terlibat secara emosional. Partisipasi anggaran dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif para karyawan untuk mencapai target dan output yang telah ditetapkan.

Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja karyawan adalah kepuasan kerja karyawan, di mana karyawan yang mampunyai kepuasan kerja yang tinggi dalam bekerja akan memperlihatkan kinerja yang baik. Demikian halnya, lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif akan membuat karyawan merasa senang untuk bekerja sehingga akan meningkatkan kinerjanya.

Dalam penelitian ini akan dikaji tentang peningkatan kinerja karyawan pada Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung melalui partisipasinya dalam penyusunan anggaran dan kepuasan kerja karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kepuasan Kerja

Partisipasi Penyusunan

Anggaran

Kinerja Karyawan H1

H2


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Data Responden

Untuk dapat memberikan gambaran mengenai deskripsi data responden, peneliti menggunakan tabel distribusi sebaran untuk menunjukkan data responden yang memiliki kesamaan kategori.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di setiap SKPD Pemerintah Kota Bandar Lampung yang tersebar di 47 SKPD, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. WilayahSatuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Populasi Penelitian

No. Nama Jumlah SKPD

1 Badan 10

2 Dinas 17

3 Kecamatan 20

Jumlah 47


(26)

3.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kasubbag Keuangan atau Anggaran yang dianggap mampu serta mewakili untuk

menggambarkan kinerja aparat pemerintah daerah dari setiap instansi/dinas secara keseluruhan. Berdasarkan uarian di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 141 responden yang tersebar di 47 SKPD.

Tabel 2.1

Jabatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sampel Penelitian

No. Uraian Jabatan Jumlah Pegawai

1 Kepala Bidang 60

2 Kepala Seksi 30

3 Kasubbag Keuangan 51

Jumlah 141

Sumber : Pemda Kota Bandar Lampung (data diolah, 2013) 3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan datayang digunakan adalah convenience sampling, yaitu metode pengumpulan sampel non probability sampling. Metode ini dipilh karena dapat memudahkan pengambilan sampel responden dalam penelitian ini.

Kuisioner disebar mulai dari 06 November 2013 – 31 Desember 2013. Cara pengumpulan kuisioner disebarkan kepada responden di setiap SKPD Se-Kota Bandar Lampung dengan cara diserahkan langsung ke masing-masing SKPD. Setelah diberikan jangka waktu tertentu untuk mengisi kuisioner tersebut, selanjutnya dikonfirmasikan kembali kepada responden dan kemudian data yang telah terkumpul oleh peneliti dijadikan sebagai data primer. Kuisioner yang dibagikan telah dirancang untuk tetap menjaga kerahasiaan responden dengan


(27)

tidak mencantumkan identitas diri responden dan untuk memudahkan pengisian kuisioner dengan melampirkan penjelasan petunjuk pengisian yang dibuat singkat dan jelas. Pemilihan dengan model kuisioner ini, didasarkan atas pertimbangan bahwa responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban.

Teknik pengukuran data dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah suatu teknik pengukuran data untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian, dimana variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan, Julianita (2011). 3.4. Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penelitian pada dasarnya sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2007). Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :

3.5 Pengukuran Instrumen

3.5.1. Partisipasi Penyusunan Anggaran

Brownell (1986) mendefinisikan partisipasi anggaran sebagai suatu proses partisipasi individu akan dievaluasi dan mungkin diberi penghargaan berdasarkan prestasi mereka pada sasaran. Berikut ini dimensi dalam partisipasi anggaran keterlibatan aparat pemerintah dalam penyusunan anggaran, merevisi anggaran, usulan tentang anggaran, banyaknya input, memandang kontribusi / pendapat dalam penyusunan


(28)

anggaran. Variabel partisipasi penyusunan anggaran diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (fivepoint likert scale) dimulai dari poin 1 tidak pernah (TP), poin 2 pernah (P), poin 3 kadang-kadang (K), poin 4 sering (SR), poin 5 selalu (SL).

3.5.2 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menggambarkan perasaan seorang individu menyenangkan atau tidak terhadap pekerjaannya. Seorang karyawan akan merasa puas apabila dalam pekerjaannya mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, dan

memberikan sumbangan penting dalam organisasi serta memperoleh umpan balik dari pekerjaannya. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bilamana dalam menjalankan tugas profesinya dapat mempertahankan integritas dan objektivitas.

Variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (five point likert scale) dimulai dari poin 1 sangat setuju (SS), poin 2 setuju (S), poin 3 netral (N), poin 4 tidak setuju (TS), poin 5 sangat tidak setuju (STS).

3.5.3 Kinerja Karyawan

Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam situasi partisipatif, seseorang akan meningkatkan kinerja bila berada pada posisi yang lebih tinggi. Variabel kinerja individual diukur dengan menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Flippo (1984) dengan 12 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah teruji. Variabel kinerja


(29)

individual diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (fivepoint likert scale)

dimulai dari poin 1 sangat tinggi (ST), poin 2 tinggi (T), poin 3 sedang (S), poin 4 rendah (R), poin 5 sangat rendah (SR).

3.5.4 Uji Kualitas Data

Dalam penelitian ini tiap pertanyaan kuisioner harus memenuhi kualitas data yang valid dan reliable. Instrumen ini dinyatakan valid jika data yang diperoleh dapat menjawab tujuan penelitian yang akan dicapai dengan akurat. Dinyatakan reliabel jika instrument penelitian yang sama dapat konsisten atau stabil ketika digunakan pada penelitian selanjutnya.

3.5.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk dapat menganalisis Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Sesuai dengan aturan yang berlaku bahwa Cronbach’s alpha lebih dari 0.7 menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup baik (Hulland, 1999). Pengujian ini dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing pertanyaan disetiap variabel dengan total skor.

3.5.6 Uji Validitas

Pengujian validitas menggunakan Partial Least Square (PLS) dapat dilihat dari pengujian validitas convergent dan discriminant. Validitas convergent dihitung dengan melihat skor Avarage Variance Extracted (AVE) Henseler at al (2009) mengatakan bahwa nilai validitas convergent sangat baik apabila skor AVE di atas 0.5. Validitas discriminant merupakan validitas yang selanjutnya yang bertujuan untuk melihat apakah suatu item itu unik dan tidak sama dengan


(30)

konstruk lain dalam model (Hulland, 1999). Validitas discriminant dapat diuji dengan dua metode yaitu dengan metode Fornell-Larcker dan Cross-Loading. Metode Fornell-Larcker dapat dilakukan dengan membandingkan square roots atas AVE dengan korelasi partikel laten. Variabel discriminant dikatakan baik apabila square root atas AVE sepanjang garis diagonal lebih besar dari korelasi antara satu konstruk dengan yang lainnya. Selain itu metode Cross-Loading menyatakan bahwa semua item harus lebih besar dari konstruk lainnya (Al-Gahtani, Hubona & Wang, 2007).

3.6 Pengukuran Model / Measurement Model

Pengukuran struktur model diukur dengan rata-rata R2 untuk variabel terikat dan pengujian koefisiensi jalur. Menurut Camison (2010), bahwa nilai R2 lebih dari 0.1 dapat diterima.

3.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perbandingan hasil path coefficients dengan t-tabel. Dengan ketentuan, hipotesis dikatakan sangat signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 1%. Hipotesis dikatakan signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 5%, dan hipotesis dikatakan lemah apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 10%. Sedangkan hipotesis dikatakan tidak signifikan apabila T hitung < T tabel pada derajat kebebasan 10%.

Pada analisa model structural dalam SEM yang menggunakan metode Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode alternatif analisis dengan Structural


(31)

Equation Modelling (SEM) yang berbasis variance. Keunggulan metode ini adalah tidak memerlukan asumsi dan dapat diestimasi dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Alat bantu yang digunakan berupa program SmartPLS 2.0 yang dirancang khusus untuk mengestimasi persamaan struktural dengan basis variance. Sesuai dengan metode analisis dan model konseptual di atas, maka dapat dibuat model analisis jalur semua variable laten dalam PLS.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening

pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan. Dari hasil analisis koefisien determinasi diperoleh bahwa sebesar -0,342. Jadi hipotesis ketiga ditolak karena tidak terdapat hubungan positif secara langsung antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja karyawan.

2. Berdasarkan hasil penelitian variabel kepuasan kerja walaupun mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah, meningkat sebesar 60,50% maka dapat disimpulkan bahwa adanya kepuasan kerja mampu meningkatkan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah menjadi 35,50%.

3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis didapatkan hasil yaitu, hipotesis pertama diterima dengan hasil yang sangat siginifikan partisipasi penyusunan anggaran berhubungan positif terhadap kepuasan kerja. Hipotesis kedua diterima, kepuasan kerja berhubungan positif terhadap kinerja karyawan.


(33)

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini yaitu, penelitian ini hanya di lingkup pemerintah kota Bandar Lampung saja tidak bisa disamakan dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Keterbatasan lainnya dari penelitian ini adalah lokasi penelitian hanya di lakukan di Pemerintah Kota Bandar Lampung saja sehingga tidak dapat

digeneralisir di luar daerah Bandar Lampung. Dan Penelitian ini menggunakan metode survey melalui kuisioner tanpa dilengkapi dengan wawancara atau pertanyaan lisan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel. 5.3 Saran

Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya memperluas sektor yang diteliti tidak hanya pada lingkup pemerintah kota Bandar Lampung agar data yang diperoleh lebih akurat dan dapat digeneralisir.

5.2. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai salah satu masukan penyusunan anggaran dan penerapan penganggaran berbasis kinerja terutama pada sektor publik di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(1)

anggaran. Variabel partisipasi penyusunan anggaran diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (fivepoint likert scale) dimulai dari poin 1 tidak pernah (TP), poin 2 pernah (P), poin 3 kadang-kadang (K), poin 4 sering (SR), poin 5 selalu (SL).

3.5.2 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menggambarkan perasaan seorang individu menyenangkan atau tidak terhadap pekerjaannya. Seorang karyawan akan merasa puas apabila dalam pekerjaannya mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi, dan

memberikan sumbangan penting dalam organisasi serta memperoleh umpan balik dari pekerjaannya. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bilamana dalam menjalankan tugas profesinya dapat mempertahankan integritas dan objektivitas.

Variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (five point likert scale) dimulai dari poin 1 sangat setuju (SS), poin 2 setuju (S), poin 3 netral (N), poin 4 tidak setuju (TS), poin 5 sangat tidak setuju (STS).

3.5.3 Kinerja Karyawan

Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam situasi partisipatif, seseorang akan meningkatkan kinerja bila berada pada posisi yang lebih tinggi. Variabel kinerja individual diukur dengan menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Flippo (1984) dengan 12 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah teruji. Variabel kinerja


(2)

individual diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin (fivepoint likert scale) dimulai dari poin 1 sangat tinggi (ST), poin 2 tinggi (T), poin 3 sedang (S), poin 4 rendah (R), poin 5 sangat rendah (SR).

3.5.4 Uji Kualitas Data

Dalam penelitian ini tiap pertanyaan kuisioner harus memenuhi kualitas data yang valid dan reliable. Instrumen ini dinyatakan valid jika data yang diperoleh dapat menjawab tujuan penelitian yang akan dicapai dengan akurat. Dinyatakan reliabel jika instrument penelitian yang sama dapat konsisten atau stabil ketika digunakan pada penelitian selanjutnya.

3.5.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk dapat menganalisis Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Sesuai dengan aturan yang berlaku bahwa Cronbach’s alpha lebih dari 0.7 menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup baik (Hulland, 1999). Pengujian ini dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing pertanyaan disetiap variabel dengan total skor.

3.5.6 Uji Validitas

Pengujian validitas menggunakan Partial Least Square (PLS) dapat dilihat dari pengujian validitas convergent dan discriminant. Validitas convergent dihitung dengan melihat skor Avarage Variance Extracted (AVE) Henseler at al (2009) mengatakan bahwa nilai validitas convergent sangat baik apabila skor AVE di atas 0.5. Validitas discriminant merupakan validitas yang selanjutnya yang bertujuan untuk melihat apakah suatu item itu unik dan tidak sama dengan


(3)

konstruk lain dalam model (Hulland, 1999). Validitas discriminant dapat diuji dengan dua metode yaitu dengan metode Fornell-Larcker dan Cross-Loading. Metode Fornell-Larcker dapat dilakukan dengan membandingkan square roots atas AVE dengan korelasi partikel laten. Variabel discriminant dikatakan baik apabila square root atas AVE sepanjang garis diagonal lebih besar dari korelasi antara satu konstruk dengan yang lainnya. Selain itu metode Cross-Loading menyatakan bahwa semua item harus lebih besar dari konstruk lainnya (Al-Gahtani, Hubona & Wang, 2007).

3.6 Pengukuran Model / Measurement Model

Pengukuran struktur model diukur dengan rata-rata R2 untuk variabel terikat dan pengujian koefisiensi jalur. Menurut Camison (2010), bahwa nilai R2 lebih dari 0.1 dapat diterima.

3.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perbandingan hasil path coefficients dengan t-tabel. Dengan ketentuan, hipotesis dikatakan sangat signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 1%. Hipotesis dikatakan signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 5%, dan hipotesis dikatakan lemah apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 10%. Sedangkan hipotesis dikatakan tidak signifikan apabila T hitung < T tabel pada derajat kebebasan 10%.

Pada analisa model structural dalam SEM yang menggunakan metode Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode alternatif analisis dengan Structural


(4)

Equation Modelling (SEM) yang berbasis variance. Keunggulan metode ini adalah tidak memerlukan asumsi dan dapat diestimasi dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Alat bantu yang digunakan berupa program SmartPLS 2.0 yang dirancang khusus untuk mengestimasi persamaan struktural dengan basis variance. Sesuai dengan metode analisis dan model konseptual di atas, maka dapat dibuat model analisis jalur semua variable laten dalam PLS.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening

pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan. Dari hasil analisis koefisien determinasi diperoleh bahwa sebesar -0,342. Jadi

hipotesis ketiga ditolak karena tidak terdapat hubungan positif secara langsung antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja karyawan.

2. Berdasarkan hasil penelitian variabel kepuasan kerja walaupun mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah, meningkat sebesar 60,50% maka dapat disimpulkan bahwa adanya kepuasan kerja mampu meningkatkan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah menjadi 35,50%.

3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis didapatkan hasil yaitu, hipotesis pertama diterima dengan hasil yang sangat siginifikan partisipasi penyusunan anggaran berhubungan positif terhadap kepuasan kerja. Hipotesis kedua diterima, kepuasan kerja berhubungan positif terhadap kinerja karyawan.


(6)

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini yaitu, penelitian ini hanya di lingkup pemerintah kota Bandar Lampung saja tidak bisa disamakan dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Keterbatasan lainnya dari penelitian ini adalah lokasi penelitian hanya di lakukan di Pemerintah Kota Bandar Lampung saja sehingga tidak dapat

digeneralisir di luar daerah Bandar Lampung. Dan Penelitian ini menggunakan metode survey melalui kuisioner tanpa dilengkapi dengan wawancara atau pertanyaan lisan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel.

5.3 Saran

Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya memperluas sektor yang diteliti tidak hanya pada lingkup pemerintah kota Bandar Lampung agar data yang diperoleh lebih akurat dan dapat digeneralisir.

5.2. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai salah satu masukan penyusunan anggaran dan penerapan penganggaran berbasis kinerja terutama pada sektor publik di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Voice sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung)

0 6 51

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE)

5 57 131

PENGARUH KECUKUPAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 1 24

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DENGAN KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PEMERINTAH KOTA MEDAN.

1 4 25

PENGARUH KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Karyawan ( Survey Pada Karyawan Perpustak

0 0 15

PENGARUH KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Karyawan ( Survey Pada Karyawan Perpustak

0 0 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 1 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD: DESENTRALISASI SEBAGAI Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD: Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupat

0 0 15

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Kantor SKPD Kabupaten

0 0 15

Kepuasan Kerja Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah ( Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung).

0 0 36