PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE)

(1)

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY AND BUDGET PARTICIPATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF REGIONAL

WORK UNITS WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE.

(Study on the Regional Government of Regency / City in Ternate)

SKRIPSI

Oleh :

HENDRA SAPUTRA 20120420303

FAKULTAS EKONOMI


(2)

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY AND BUDGET PARTICIPATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF REGIONAL

WORK UNITS WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE.

(Study on the Regional Government of Regency / City in Ternate)

SKRIPSI

Oleh :

HENDRA SAPUTRA 20120420303


(3)

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY AND BUDGET PARTICIPATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF REGIONAL

WORK UNITS WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE.

(Study on the Regional Government of Regency/City in Ternate)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

HENDRA SAPUTRA 20120420303

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(4)

SKRIPSI

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY AND BUDGET PARTICIPATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF REGIONAL

WORK UNITS WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE.

(Study on the Regional Government of Regency / City in Ternate)

Diajukan oleh:

HENDRA SAPUTRA

20120420303

Telah disetujui Dosen Pembimbing,

Pembimbing

Tanggal, 14 Juni 2016


(5)

SKRIPSI

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate) THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY AND BUDGET PARTICIPATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF REGIONAL

WORK UNITS WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE.

(Study on the Regional Government of Regency / City in Ternate) Diajukan oleh

HENDRA SAPUTRA 20120420303

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 16 Agustus 2016

Yang terdiri dari

Evi Rahmawati, Dr.,M.Acc.,Ak.,CA Ketua Tim Penguji

Barbara Gunawan.,SE.,M.Si.,Ak.,CA Anggota Tim Penguji

Sigit Arie Wibowo, SE.,M.Acc.,Ak.,CA Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE.,M.Si. NIK. 19660604199202 143 016


(6)

PERNYATAAN Dengan ini saya:

Nama : Hendra Saputra

Nomor mahasiswa : 20120420303

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi lain, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi

ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016


(7)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Oleh karena itu, jika aku melakukan hal yang baik bantulah. Sebaliknya, jika aku melakukan tindakan yang menyimpang maka luruskanlah. Kebenaran itu adalah amanah, sedangkan kebohongan adalah pengkhianatan”. (Abu Bakar

Ash-shidiq)

“Memulai dengan penuh keyakinan. Menjalankan dengan penuh keikhlasan. Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (QS. Al-Qalam, 1)

“Keridhoan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua.” (H.R. At_Tirmidzi)


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Kedua Kakek dan Nenek yang Tersayang (Alm. H. Noho Umaternate & Hj. Hatiah Soamole)

(Alm. Hasyim Umasangadji & Hj.Manuru Pora) Kedua orang tuaku tercinta

(H.Mahyudin Pora & Hj. Kompol. Nurhasanah Umaternate) Kakakku Satu-satunya

(dr.Dian Indrayani Pora) Seluruh Keluarga Besar

Serta Almamaterku yang Unggul &Islami, Muda Mendunia dan bagi para pencari ilmu.


(9)

Terimakasih Kepada:

Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung kepada ku walau aku lupa untuk bersyukur. Rencana-rencana ku hanya akan

menjadi torehan pena belaka tanpa ridho Mu. Aku percaya akan Kekuasaan Mu, tak ada yang tak mungkin jika Engkau telah berkehendak,

dan Engkau pulalah yang memiliki segala ilmu ini, maka apapun yang telah ku capai hingga saat ini semuanya atas Kekusaan Mu.

Rasulullah SAW, suri tauladan dalam kehidupan ini darsi setiap SiFAT mu(Sidiq, Fatanah, Amanah, Tabligh). Kisah kehidupan mu, dari masa

kanak-kanak hingga akhir hayat mu, sungguh patut untuk dicontoh, penuh dengan pelajaran.Engkau masih tetap ingat umat mu di akhir hayat mu, moga aku ini menjadi bagian dari umat mu yang menerima

syafaat mu kelak.Engakaulah pejuang dan pemimpin sejati.Ya Rasulullah…. Sungguh aku ingin bertemu dengan mu.

Kakek dan Nenek tersayang yang telah membantu menjaga dan membesarkan saya dari kecil dengan penuh sabar, kebaikan dan kasih

sayang. doa ku akan selalu untukmu dan semoga Kakek dan Nenek bahagia di surga, Ayah dan ibu tercinta yang telah melahirkan dan membesarkan saya, selalu mendoakan disetiap langkahku, yang telah mengajarkan saya arti kehidupan serta hal-hal yang harus diperjuangkan,

selalu memberikan dukungan dan semangat tiap hari dan tiada henti sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat dan perjuangan. Kakak Perempuan satu-satunya yang telah

memberikan kasih sayangnya serta membimbing saya.

Nurul Khairahyang menjadi penyemangat hidup dan yang selalu mengingatkan untuk sering istirahat yang cukup dan mengerjakan Skripsweet katanya, intinya terima kasih dan semoga masa depan


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,

karunia dan rahmat dalam penulisan dengan judul PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PERTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI‘’(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan

pencerahan mengenai akuntansi sektor publik serta kinerja manajerial pemerintah

daerah kabupaten/kota khususnya yang ada di Indonesia.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibunda, Ayahanda, dan Kakak penulis serta keluarga besar penulis yang

senantiasa memberikan doa serta semangat tentang pentingya menimba

ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan waktu yang tepat.

2. Bapak Afrizal Tahar, Drs., S.H.,M.Acc.,Akt yang dengan penuh kesabaran

telah memberikan masukan dan bimbingan selama penyelesaian karya

tulis ini.

3. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(11)

4. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M. Si., Ak., CA. selaku Kepala Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Seluruh bapak/ibu dosen serta civitas akademika Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan yaitu anak-anak kolong langit

yang berasal dari berbagai latar belakang daerah yang berbeda-beda

sehingga menjadi sebuah keluarga. Serta rekan seperjuangan

(Arvia,Cecep,Haerul,Viki,Nasrul,dan Rendra) di Senat Mahasiswa FE

UMY yang sama-sama berjuang bersama penulis menimba ilmu

berorganisasi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

7. Seluruh Anggota struktural SENAT MAHASISWA FE UMY Periode

2015/2016 yang telah bersama-sama berjuang dan merasakan manis

pahitnya dinamika kampus demi KMFE yang berkemajuan.

8. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mengajarkan saya banyak hal

yang merubah hidup saya.

9. Terkhusus kepada Handayani Jaka Saputra yang berjuang dari awal kuliah

saat DAD sampai bersama-sama menjadi Ketua SENAT dan BEM

Periode 2015/2016. Serta Fendi Adriansyah yang telah banyak

memberikan masukan dan Abang tercinta Marsudi yang telah membina


(12)

10. Keluarga Komunitas Futsal Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah berjuang bersama mnimba ilmu

dan mengharumkan nama fakultas.

11. Terkhusus juga kepada teman,sahabat, dan saudara (Randy,Cici Vira,

Echy, Rizky Raechal, Dedy, Isty, Ozan, Amat dan Satria (Kace)) yang

selalu mendukung dan mengingatkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12. Komunitas Amnega yang telah memberikan dukungan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripi ini.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan

semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Sebagai penutup, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih

banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan

pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya

tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016

Penulis,


(13)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Oleh karena itu, jika aku melakukan hal yang baik bantulah. Sebaliknya, jika aku melakukan tindakan yang menyimpang maka luruskanlah. Kebenaran itu adalah amanah, sedangkan kebohongan adalah pengkhianatan”. (Abu Bakar

Ash-shidiq)

“Memulai dengan penuh keyakinan. Menjalankan dengan penuh keikhlasan. Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (QS. Al-Qalam, 1)

“Keridhoan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua.” (H.R. At_Tirmidzi)


(14)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Kedua Kakek dan Nenek yang Tersayang (Alm. H. Noho Umaternate & Hj. Hatiah Soamole)

(Alm. Hasyim Umasangadji & Hj.Manuru Pora) Kedua orang tuaku tercinta

(H.Mahyudin Pora & Hj. Kompol. Nurhasanah Umaternate) Kakakku Satu-satunya

(dr.Dian Indrayani Pora) Seluruh Keluarga Besar

Serta Almamaterku yang Unggul &Islami, Muda Mendunia dan bagi para pencari ilmu.


(15)

Terimakasih Kepada:

Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung kepada ku walau aku lupa untuk bersyukur. Rencana-rencana ku hanya akan

menjadi torehan pena belaka tanpa ridho Mu. Aku percaya akan Kekuasaan Mu, tak ada yang tak mungkin jika Engkau telah berkehendak,

dan Engkau pulalah yang memiliki segala ilmu ini, maka apapun yang telah ku capai hingga saat ini semuanya atas Kekusaan Mu.

Rasulullah SAW, suri tauladan dalam kehidupan ini darsi setiap SiFAT mu(Sidiq, Fatanah, Amanah, Tabligh). Kisah kehidupan mu, dari masa

kanak-kanak hingga akhir hayat mu, sungguh patut untuk dicontoh, penuh dengan pelajaran.Engkau masih tetap ingat umat mu di akhir hayat mu, moga aku ini menjadi bagian dari umat mu yang menerima

syafaat mu kelak.Engakaulah pejuang dan pemimpin sejati.Ya Rasulullah…. Sungguh aku ingin bertemu dengan mu.

Kakek dan Nenek tersayang yang telah membantu menjaga dan membesarkan saya dari kecil dengan penuh sabar, kebaikan dan kasih

sayang. doa ku akan selalu untukmu dan semoga Kakek dan Nenek bahagia di surga, Ayah dan ibu tercinta yang telah melahirkan dan membesarkan saya, selalu mendoakan disetiap langkahku, yang telah mengajarkan saya arti kehidupan serta hal-hal yang harus diperjuangkan,

selalu memberikan dukungan dan semangat tiap hari dan tiada henti sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat dan perjuangan. Kakak Perempuan satu-satunya yang telah

memberikan kasih sayangnya serta membimbing saya.

Nurul Khairahyang menjadi penyemangat hidup dan yang selalu mengingatkan untuk sering istirahat yang cukup dan mengerjakan Skripsweet katanya, intinya terima kasih dan semoga masa depan


(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,

karunia dan rahmat dalam penulisan dengan judul PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PERTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI‘’(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan

pencerahan mengenai akuntansi sektor publik serta kinerja manajerial pemerintah

daerah kabupaten/kota khususnya yang ada di Indonesia.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibunda, Ayahanda, dan Kakak penulis serta keluarga besar penulis yang

senantiasa memberikan doa serta semangat tentang pentingya menimba

ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan waktu yang tepat.

2. Bapak Afrizal Tahar, Drs., S.H.,M.Acc.,Akt yang dengan penuh kesabaran

telah memberikan masukan dan bimbingan selama penyelesaian karya

tulis ini.

3. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(17)

4. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M. Si., Ak., CA. selaku Kepala Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Seluruh bapak/ibu dosen serta civitas akademika Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan yaitu anak-anak kolong langit

yang berasal dari berbagai latar belakang daerah yang berbeda-beda

sehingga menjadi sebuah keluarga. Serta rekan seperjuangan

(Arvia,Cecep,Haerul,Viki,Nasrul,dan Rendra) di Senat Mahasiswa FE

UMY yang sama-sama berjuang bersama penulis menimba ilmu

berorganisasi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

7. Seluruh Anggota struktural SENAT MAHASISWA FE UMY Periode

2015/2016 yang telah bersama-sama berjuang dan merasakan manis

pahitnya dinamika kampus demi KMFE yang berkemajuan.

8. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mengajarkan saya banyak hal

yang merubah hidup saya.

9. Terkhusus kepada Handayani Jaka Saputra yang berjuang dari awal kuliah

saat DAD sampai bersama-sama menjadi Ketua SENAT dan BEM

Periode 2015/2016. Serta Fendi Adriansyah yang telah banyak

memberikan masukan dan Abang tercinta Marsudi yang telah membina


(18)

10. Keluarga Komunitas Futsal Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah berjuang bersama mnimba ilmu

dan mengharumkan nama fakultas.

11. Terkhusus juga kepada teman,sahabat, dan saudara (Randy,Cici Vira,

Echy, Rizky Raechal, Dedy, Isty, Ozan, Amat dan Satria (Kace)) yang

selalu mendukung dan mengingatkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12. Komunitas Amnega yang telah memberikan dukungan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripi ini.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan

semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Sebagai penutup, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih

banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan

pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya

tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016

Penulis,


(19)

PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : Hendra Saputra Nomor mahasiswa : 20120420303

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi

Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)”tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016


(20)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan metodepurposive sampling,dengan populasi dan sampel adalah aparat pemerintah yang menduduki jabatan seperti kepala dinas/badan, kepala bagian/bidang, kepala subbagian/subbidang/seksi di Pemerintah Daerah Kota Ternate. Data diperoleh secara langsung dari sumbernya tanpa perantara. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi tentang pertanyaan tentang partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan kinerja manajerial.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Komitmen organisasi sebagai variabel moderasi juga tidak memberikan pengaruh secara positif dan signifikan terhadap hubungan kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD.

Kata kunci: Kejelasan sasaran anggaran, Partisipasi anggaran, Kinerja manajerial, dan Komitmen organisasi.


(21)

ABSTRACT

This study aimed to analyze the Influence of budget goal clarity and budget participation on managerial performance with commitment Organization as avariable Moderation. The method of this thesis is using purposive sampling method, the sample population is government officials who occupy positions such as heads of departments/agencies, heads of sections/fields, the head of subsections/subfields/staff in Ternate City Government. The data obtained directly from the source without any intermediaries. The instrument used was a questionnaire contains questions about the budget participation, budget goal clarity, organizational commitment and managerial performance.

Based on the results of hypothesis testing that has been done obtained results showed that the budget goal clarity and participation budget is not positive and significant effect on managerial performance SKPD. Organization commitment as moderating variable also does not provide positive and significant effect on the relationship budget goal clarity and budget participation on managerial performance SKPD.

Keywords: Budget goal clarity, budget participation, managerial performance, and organizational commitment.


(22)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN ... iii HALAMAN PERNYATAAN ... iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v HALAMAN KATA PENGANTAR... viii INTISARI ... x ABSTRACT... xi DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian ... 11 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13 A. Landasan Teori... 13 1. Konsep Anggaran Sektor Publik... 13 2. Mekanisme Penyusunan APBD ... 18 3. Karakteristik Tujuan Anggaran... 22 a. Partisipasi Anggaran... 22 b. Kejelasan Sasaran Anggaran ... 24 4..Kinerja Manajerial ... 26 5..Komitmen Organisasi ... 30 6..Teori Penetapan Tujuan ... 32 7..Teori Keagenan ... 36 B. Penurunan Hipotesis ... 39 C. Model Penelitian ... 48


(23)

BAB III METODE PENELITIAN ... 49 A. Objek/SubjekPenelitian... 49 B. Jenis Data dan Sumber Data ... 49 C. Teknik Pengambilan Sample Penelitian ... 49 D. Teknik Pengumpulan Data... 50 E. Skala Pengukuran... 50 F. Definisi Variabel Penelitian ... 50 G. Metode Analisis Data... 53 H. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60 A. Gambaran Umum Obyek/Subyek ... 60 B. Uji Statistik Deskriptif ... 61 C. Uji Kualitas Data... 62 D. Uji Asumsi Klasik... 64 E. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66 F. Pembahasan... 69 BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 72 A. Simpulan ... 72 B. Keterbatasan Penelitian... 72 C. Saran Penelitian ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(24)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Distribusi Kuesioner ... 60

TABEL 4.2 karakteristik Demografi Responden ... 61

TABEL 4.3 Uji Statistik Deskriptif ... 62

TABEL 4.4 Uji Validitas ... 62

TABEL 4.5 Uji Reliabilitas ... 64

TABEL 4.6 Uji Normalitas... 64

TABEL 4.7 Uji Heteroskedastisitas... 65

TABEL 4.8 Uji Multikolinieritas... 65

TABEL 4.9 Pengujian Regresi 1 ... 66


(25)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 Alur Penyusunan APBD ... 18


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya sistem politik yang lebih fleksibel dengan kelembagaan yang mendukung serta adanya sikap keterbukaan dari lembaga itu sendiri. Pemerintah sebagai otoritas eksekutif yang mengelola negara juga dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan dalam manajemen pemerintahannya , baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Perubahan-perubahan tersebut tercermin dengan diterbitkannya beberapa undang-undang serta peraturan-peraturan pemerintah yang antara lain Undang-undang (UU) No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, UU No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Dengan diterbitkannya undang-undang dan instruksi presiden tersebut telah merubah akuntabilitas pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal kepada pemerintah pusat ke pertanggungjawaban horizontal kepada masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta diharapkan juga dapat meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, bertanggung jawab sehingga terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah .


(27)

Yenny Sucipto (2012) mengatakan dengan dikeluarkannya kebijakan dan Undang-undang tersebut, setelah satu dekade, fakta di lapangan menunjukkan bahwa otonomi daerah belum optimal. Dalam otonomi daerah, rendahnya kemampuan mengelola keuangan dan aset menjadi pekerjaan rumah sejumlah pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Lemahnya perencanaan, pemprograman, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban mengakibatkan munculnya indikasi korupsi, pemborosan, salah alokasi serta banyaknya berbagai macam pungutan yang justru mereduksi upaya pertumbuhan perekonomian daerah.

Menurut Cindy Ekaputri (2015), mengatakan bahwa pada masa sekarang, penyelewangan terhadap anggaran ataupun praktik korupsi bukan saja terjadi pada saat pelaksanaan, namun sudah dimulai sejak dalam proses perencanaan, bahkan pada tahap ini bisa dibilang lebih kental. Dalam proses perencanaan anggaran terdapat 5 aspek yang mewarnai, yaitutop down,bottom up, partisipasi penyusunan anggaran, teknokrasi, dan politik. Prosestop down, anggaran yang digelontorkan dari pusat ke daerah sudah diatur(given)sedangkanbottom up, sejauh ini belum maksimal, karena proses partisipasi penyusunan anggaran dalam perencanaan yang dilakukan bukanlah proses negosiasi, namun hanya sosialisasi dan penyampaian informasi publik.

Permasalahan-permasalahan lain yang terjadi di lingkup pemerintahan saat ini yang terkait dengan akuntabilitas kinerja di Indonesia yaitu seperti kinerja pegawai negeri sipil atau PNS sedang mendapat sorotan karena tingginya biaya


(28)

negara tidak digunakan dengan baik. Hal ini disampaikan langsung oleh mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie yang ingin memangkas jumlah PNS di lingkungan gedung MPR DPR karena tidak efektif. (Marzuki Alie, 2013)

Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah dapat optimal. Perbaikan kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkangood governancedapat diwujudkan oleh Pemerintah Indonesia baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. (Urip Santoso, 2008)

Sebuah Fenomena besar yang terkait dalam organisasi sektor publik adalah permasalahan pengadaan barang dan jasa dan infrastruktur. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tidak segan-segan menyatakan, kasus korupsi yang paling banyak dilakukan pejabat pemerintah umumnya adalah dalam proyek pengadaan barang dan jasa. Pada periode 2004- 2010, 44% kasus korupsi yang ditangani KPK merupakan kasus pengadaan barang dan jasa. Direktur Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik, Tatang Rustandar Wiraatmaja (2013) mengatakan bahwa besarnya alokasi anggaran pengadaan barang dan jasa telah membutakan mata pejabat pemerintahan dan oknum PNS.


(29)

Alokasi anggaran untuk pengadaan barang bisa mencapai 30% dari total keseluruhan dana APBN.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2010 KPK tercatat sejak 2004 terdapat 86 kasus korupsi pengadaan barang dan jasa. Beberapa modus yang marak seperti kasus

mark up, penunjukan secara langsung pemenang tender, pengadaan proyek yang tidak sungguh-sungguh dibutuhkan, kualitas pekerjaan lebih rendah dari ketentuan dalam spesifikasi teknis, pemberian suap, dan pemalsuan. (Daniar Supriadi, 2011)

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh FITRA (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran) tahun 2012, kejahatan korupsi APBD paling banyak terjadi pada sektor infrastruktur, karena dari persentase alokasi anggaran, sektor inilah yang paling besar. Modus yang sering digunakan adalahmark up,mark down, laporan fiktif, penyalahgunaan wewenang, dan penggelapan.Mark updilakukan pada pembiayaan atau pengeluaran anggaran dengan menaikkan jumlah pengeluaran yg seharusnya, untuk kepentingan pribadi, sehingga negara dirugikan. Sedangkan modus

mark down dilakukan pada pengelolaan pendapatan daerah. Misalnya, potensi pendapatan yang ada sebenarnya besar, namun dalam perencanaan pendapatan dilakukan penurunan nilai potensi yang ada.

Meskipun anggaran ini merupakan suatu hal yang menjadi sangat sensitif dan rentan terhadap penyelewengan, akan tetapi pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, memang tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini


(30)

sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002) yang mengatakan bahwa wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Erhmann dan Abdul (2005) menyatakan sebuah organisasi membutuhkan anggaran untuk menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Ovieliana (2007) menyatakan fungsi anggaran selain sebagai alat pengendalian, juga sebagai alat untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, dan mengevaluasi kinerja. Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja dimana anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Mardiasmo (2002) menyatakan anggaran adalah sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang


(31)

pengendalian. Anggaran sebagai alat pengendalian dapat dilakukan melalui empat cara, diantaranya yaitu membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan dan menghitung selisih antara rencana anggaran dengan realisasinya. Ketika realisasinya berbeda secara signifikan dari rencana maka terjadi selisih sehingga tindakan tertentu harus diambil untuk melakukan revisi yang perlu terhadap rencana. Selisih besaran antara realisasi dengan anggaran yang ditetapkan ini menjadi perhatian utama karena besaran angka tersebut secara tidak langsung mengungkapkan kapasitas pegawai dalam penyusunan anggaran

Erhmann dan Abdul (2005) mengatakan terdapat beberapa sistem penganggaran, yaitu partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran. Dalam proses penganggaran pemerintah daerah menggunakan pendekatan kinerja, yang mana merupakan suatu sistem yang mencakup seluruh kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

Darman dan Ardiyanti (2015) mengatakan kejelasan sasaran anggaran termasuk dalam salah satu karakteristik tujuan anggaran yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan yang dinilai melalui ketepatan anggaran. kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh instansi pemerintah.


(32)

Menurut James dan Lyman (1982), kejelasan sasaran anggaran akan membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Hal ini dikarenakan dengan mengetahui sasaran anggaran yang jelas, pelaksana anggaran akan lebih termotivasi dalam meningkatkan kinerja serta akan mempermudah para pelaksana angaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran-sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini akan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

Killian dan James (2010) mengatakan bahwa pengertian tentang partisipasi anggaran dapat dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif psikologis dan kognitif. Pertama, karena identifikasi dan keterlibatan partisipasi anggaran dengan tujuan anggaran, partisipasi adalah terkait dengan kinerja dan akibatnya menyebabkan meningkatkan motivasi dan komitmen terhadap kinerja dan anggaran. Kedua sebagai suatu hasil yang berdampak pada peningkatan arus informasi antara atasan dan bawahan sehingga partisipasi anggaran menyebabkan keputusan yang lebih berkualitas. Dilihat dari kedua perspektif diatas, partisipasi anggaran mengarah kepada motivasi yang tinggi, komitmen tinggi, keputusan yang berkualitas tinggi, dan


(33)

Menurut Ida dan Radiah (2012), dalam proses penganggaran partisipatif, baik atasan ataupun bawahan sama-sama ikut terlibat. Pendekatan bottom-up adalah partisipatif karena melibatkan karyawan tingkat bawah. Manajer tingkat atas dapat memulai proses anggaran dan memberikan pedoman umum tetapi manajer tingkat bawah yang mengembangkan anggaran tersebut untuk unit kerja mereka sendiri. Manajer tingkat bawah biasanya terdiri dari perwakilan masing-masing unit atau segmen yang mampu memberikan informasi penting tentang kegiatan atau operasi segmen mereka. Alokasi sumber daya akhir berdasarkan masukan mereka dan oleh karena itu sangat penting bahwa mereka terlibat selama proses penyusunan anggaran.

Menurut Natalia (2010) , kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan. Kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan pemerintah dan kegiatan pembangunan oleh pelayanan masyarakat di daerah, oleh karena itu kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (SKPD) diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban kinerja manajerial pemerintah daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.


(34)

Partisipasi dan kejelasan sasaran anggaran merupakan dua hal yang penting dalam proses penyusunan anggaran. Sehingga secara tidak langsung dapat memberikan dampak positif dalam proses peningkatan kinerja manajerial organisasi. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cecilia (2014) yang telah menguji pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian internal terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif signifikan antara partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap peningkatan kinerja manajerial. Hasan et al. (2015) menguji tentang hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial pada perusahaan listrik regional Teheran. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan. Penelitian yang dilakukan Matthew (2014) tentang pengaruh partisipasi anggaran dan kinerja manajerial di Perusahaan produk makanan di Nigeria juga menemukan hasil penelitian berpengaruh positif.

Akan tetapi, Mahmoud et. al. (2011) menemukan hasil yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas. Mahmoud et. al. (2011) menguji tentang pengaruh kinerja manajer dan departemen pada karakteristik anggaran: bukti empiris pada Universitas Jordania. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada berpengaruh signifikan antara kinerja manajer dan departemen dengan karakteristk anggaran. Penelitian yang dilakukan Zubir (2014) yang menguji tentang hubungan antara partisipasi anggaran terhadap perilaku kinerja manajerial aparat pemerintah


(35)

studi empiris pada Pemerintah Daerah di Indonesia juga menemukan hasil penelitian tidak ada pengaruh yang signifikan. Sehingga, Hal ini memungkinkan adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Riyanto (2003) mengatakan kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian tentang anggaran dan implikasinya, disebabkan adanya faktor-faktor tertentu (situationl factors) atau yang lebih dikenal dengan istilah variabel kontijensi (contingency variables). Pendekatan tersebut memungkinkan adanya variabel lain yang bertindak sebagai variabel intervening atau variabel moderating.

Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Hal ini dikarenakan penelitian-penelitian mengenai hubungan kejelasan anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan variabel komitmen organisasi masih belum menunjukkan hasil yang konsisten serta masih terbilang jarang atau belum ada penelitian seperti ini untuk beberapa daerah di Indonesia.

Penelitian ini merupakan replikasi dari Vonny Nofisa Amril (2009) tentang Pengaruh akuntabilitas publik, Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Sijunjung). Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah dengan mengurangi variabel independen akuntabilitas publik dan menambahkan variabel pemoderasi dengan komitmen organisasi dari penelitian


(36)

Wangi Wiratmiet. al.(2014) tentang pengaruh budgetary goal characteristic terhadap kinerja manajerial dengan budaya paternalistic dan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi (studi empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung) serta perbedaan tempat penelitian atau studi empiris dari penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang terhadap masalah pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial , dikarenakan hasil penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menunjukkan hasil yang konsisten sehingga peneliti menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL SKPD DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah

Kota Ternate).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti diantaranya:

1. Apakah Kejelasan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Ternate ?


(37)

3. Apakah Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Ternate dengan adanya komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ?

4. Apakah Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Ternate dengan adanya komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pengaruh kejelasan anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD di Pemerintah Kota Ternate.

2. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD di Pemerintah Kota Ternate.

3. Untuk mengetahui pengaruh Kejelasan anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Ternate dengan Komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

4. Untuk mengetahui pengaruh Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Ternate dengan adanya komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

D. MANFAAT PENELITIAN.

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak , antara lain :


(38)

1. Secara Teoritis

a. Dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi pada pengembangan teori maupun konsep,terutama yang berkaitan dengan kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, kinerja manajerial SKPD, dan komitmen organisasi. b. Dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk penelitian berikutnya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial pemerintah daerah. 2. Secara Praktik

a. Dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah dalam proses penyusunan anggaran yang efektif sebagai alat bantu aparat pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja.

b. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses penyusunan anggaran pemerintah daerah.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Konsep Anggaran Sektor Publik.

Peran anggaran dalam lingkup pemerintah daerah menjadi sangat relevan dan penting. Hal ini dikatakan penting karena terkait dengan dampak anggaran itu sendiri terhadap kinerja pemerintah, serta sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Definisi angaran sektor publik menurut Halim dan Muhammad Syam (2014) adalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja. Hal yang menjadi dasar dari definisi tersebut adalah pada kenyataannya, anggaran sering kali selain berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan aktivitas tetapi juga anggaran publik sebagai sebuah dokumen yang menggambarkan kondsi keuangan suatu organisasi. Selanjutnya, penyajian data masa lalu pada dokumen anggaran selaras dengan fungsi anggaran sebagai alat pengendalian dan alat penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan apabila data yang direncanakan telah dibandingkan dengan data kinerja aktualnya, dan penilaian kinerja anggaran dapat dilakukan jika diketahui hasil pencapaian targetnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi fungsi anggaran tersebut maka anggaran harus


(40)

ditampilkan secara bersamaan antara informasi keuangan yang akan dicapai dan data masa lalu.

Mahsun (2009) mengatakan bahwa suatu anggaran bukan saja sebagai rencana keuangan yang menganggarkan besarnya biaya dan pendapatan pada pusat pertanggungjawaban, tetapi juga merupakan alat yang dapat menumbuhkan motivasi. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrument dan kebijakan yang utama dalam pemerintahan daerah. Indra (2006) menyatakan bahwa aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik, yaitu : aspek-aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik.

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa proses untuk mempersiapkan anggaran sektor publik disebut dengan penganggaran. Sistem penganggaran merupakan instrumen dari mekanisme birokrasi pada suatu organisasi yang berfungsi sebegai alat untuk mengalokasikan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa yang ada ke dalam anggota organisasi. Dalam konteks Negara sebagai sebuah organisasi, maka sistem penganggaran merupakan alat untuk mengalokasikan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa yang ada ke dalam masyarakat.

Sesuai dengan perkembangan sistem administrasi publik dan tuntutan masyarakat dalam konteks sistem social dan politik tertentu, berkembanglah sistem penganggaran Negara atau juga dapat disebut dengan penganggaran sektor publik (Indra, 2006). Dalam proses penganggaran sektor publik, dibuat untuk membantu


(41)

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang dibuat. Dalam konteks Negara demokrasi pemerintah merupakan representasi dari rakyat dimana pemerintah merupakan agen dari masyarakat pada umumnya. Dana yang dimiliki pemerintah adalah dana rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk membelanjakan dana rakyat tersebut. Anggaran merupakanblue print keberadaan sebuah Negara dan merupakan arahan di masa yang akan datang.

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa penganggaran dapat dilihat berdasarkan fungsi-fungsi utamanya, yaitu:

a. Sebagai alat perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehinggan organisasi akan tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan akan dibuat. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :

1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.

2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untukmencapai tujuan organisasi serta alternative pembiayaannya.

3) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.


(42)

b. alat pengendalian

Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya penggunaan yang tidak semestinya. Pengendalian anggaran sektor publik dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

1) Membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang dianggarkan. 2) Menghitung selisih anggaran

3) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas suatu varians

4) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya. c. alat kebijakan fiskal

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.

d. alat politik

Anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah teknik, akan tetapi diperlukan keterampilan berpolitik, membangun koalisi, bernegosiasi, dan pemahaman tentang manajemen keuangan sektor publik yang memadai oleh para manajer publik. Sehingga, kegagalan dalam melaksanakan


(43)

e. alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unti kerja atau departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh bagian atau unit kerja lainnya. Oleh karena itu, anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam pemerintahan.

f. alat evaluasi kerja

Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas, dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa hasil yang dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

g. alat untuk memotivasi.

Anggaran dapat digunaka sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar dapat bekerja ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai taget dan tujuan organisasi yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat menantang, jangan terlalu tinggi sehingga dapat dipenuhi, namun jangan terlalu rendah juga sehingga mudah dicapai.

h. alat untuk menciptakan ruang publik

Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, Karena pada organisasi swasta anggaran merupakan dokumen rahasiayang tertutup oleh publik. Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya nonpemerintah harus terlibat langsung dalam proses


(44)

langsung. Keterlibatan langsung masyarakat dapat dimulai sejak proses penyusunan perencanaan pembangunan maupun rencana kerja pemerintah (daerah), sedangkan keterlibatan tidak langsung dapat diwakilakn oleh wakil masyarakat di lembaga legislatif.

2. Mekanisme Penyusunan APBD.

Proses penyusunan anggaran diawali dengan penetapan tujuan, target dan kebijakan, kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu pembuka bagi pelaksana anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga perhatian terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan. Kondisi inilah yang nampaknya secara praktis terjadi (Indra, 2006).

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, skema alur proses dan jadwal penyusunan APBD adalah sebagai berikut:


(45)

Gambar 1.1 Alur Penyusunan APBD

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat proses penyusunan APBD dimulai dengan Pemerintah Daerah menyampaikan Kebijakan Umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Pemerintah Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD. Selanjutnya, DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati DPRD, Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Berdasarkan Kebijakan Umum APBD, strategi dan plafon sementara yang telah ditetapkan pemerintah dan DPRD, Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA) menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) tahun berikutnya dengan pendekatan berdasarkan kinerja yang akan


(46)

dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan daerah sebagai bahan penyusun Rencana Peraturan Daerah tentang APBD berikutnya. UU Nomor 17/2003 tidak mengatur proses penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD. UU Nomor 17/2003 menetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan Peraturan Daerah.

Setelah dokumen Rancangan Perda mengenai APBD tersusun, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tersebut disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD antara Pemerintah Daerah dan DPRD dilakukan sesuai dengan Undang-Undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. Dalam pembahasan Perda RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

Berdasarkan Pasal 186 UU Nomor 32/2004, Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota paling lama 15 (Lima Belas) hari terhitung


(47)

sejak diterimanya Rancangan Perda Kabupaten/Kota dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD.

Pengambilan keputusan mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Pemerintah Daerah, maka untuk membiayai keperluan setiap bulan pemerintah daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatankinerja merupakan suatu sistem yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dari objek anggaran program atau organisasi dengan outcome yang telah diantisipasi (Indra, 2006).

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa anggaran pendapatan belanja daerah yang disusun dengan pendekatan kinerja juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

b. Standar pelayanan yang diharapkan dan pemikiran biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan.


(48)

c. Presentase dari jumlah pendapatan yang membiayai belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/pembangunan.

Mekanisme penyusunan APBD terdiri dari serangkaian tahapan aktivitas sebagai berikut:

a. Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD b. Penyusunan strategi dan prioritas APBD c. Penyusunan rencana program dan kegiatan d. Penerbitan surat edaran

e. Penyusunan pernyataan anggaran f. Penyusunan rancangan anggaran daerah

1. Karakteristik tujuan anggaran.

Dalam upaya untuk pelaksanaan anggaran dapat berjalan secara efektif, Erhmann dan Abdul (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik tujuan anggaran diantaranya adalah partisipasi penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran.

a. Partisipasi Anggaran

Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pihak yang membuat keputusan tersebut. Terkait dengan proses penganggaran, menurut Cecilia (2014) partisipasi dalam penyusunan anggaran akan memungkinkan individu untuk berpartisipasi dan


(49)

penyusunan anggaran bagi individu yaitu, pertama adalah untuk meningkatkan tantangan dan rasa tanggung jawab. Kedua, untuk meningkatkan kemungkinan tujuan atau sasaran yang dapat dicapai. Partisipasi dalam penganggaran adalah refleksi perspektif manajer bawahan tentang tingkat keterlibatan yang dialami oleh bawahan dalam penyusunan anggaran (Milani, 1975).

Matthew (2014) mengatakan bahwa dalam literatur akuntansi menunjukkan pentingnya partisipasi dalam penyusuan anggaran. Hal ini dikarenakan bahwa partisipasi manajer tingkat menengah dan bawah dalam proses penganggaran memiliki 2 (dua) efek yang menguntungkan. Pertama, proses partisipasi penyusunan anggaran mengurangi asimetri informasi dalam organisasi.. Selain itu, proses partisipasi dapat membawa komitmen yang lebih besar oleh manajer tingkat lebih rendah untuk melaksanakan rencana anggaran dan memenuhi anggaran.

Teori motivasi mengasumsikan bahwa penganggaran partisipatif memberikan pertukaran informasi antara atasan dan bawahan (Locke dan Latham, 2002). Oleh karena itu, ada dua alasan utama mengapa penganggaran partisipatif diperlukan:

1) Keterlibatan atasan dan bawahan dalam penganggaran partisipatif mendorong mengendalikan informasi asimetris dan ketidakpastian tugas. 2) Melalui penganggaran partisipatif dapat mengurangi tekanan dalam tugas

dan mendapatkan kepuasan kerja, dapat lebih meningkatkan kinerjanya.

Menurut Andarias (2009) partisipasi aparatur pemerintah daerah dalam proses penyusunan anggaran pemerintah daerah adalah ditunjukkan pada seberapa


(50)

besar tingkat keterlibatan aparatur pemerintah daerah yang terlibat dalam proses penganggaran daerah, diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan melalui negosiasi terhadap anggaran. Hal ini sangat penting karena aparat pemerintah daerah akan merasa produktif dan puas terhadap pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan kinerjanya.

Kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan atau para staf memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan. Partisipasi penyusunan anggaran terdiri dari 6 indikator (Milani, 1975), yaitu:

1) Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus. 2) Alasan-alasan penolakan pihak manajer pada saat anggaran diproses.

3) Keinginan memberikan partisipasi anggaran kepada pihak manajer tanpa diminta.

4) Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir. 5) Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran.

6) Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun.

b. Kejelasan sasaran anggaran.


(51)

dimiliki pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. ( the process of allocating resources to unlimited demands ).

Menurut Erhman dan Abdul (2006) mengatakan terdapat beberapa karekteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Pada konteks pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam rencana strategik daerah (renstrada) dan program pembangunan daerah (properda). Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.

Menurut Emile (2004), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif, hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki sehingga berimplikasi pada peningkatan kinerja. Dalam dokumen penyusunan anggaran daerah yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD harus sungguh-sunggh dalam menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan.


(52)

Menurut Steers dan Porter (1976) bahwa dalam menentukan sasaran anggaran mempunyai karakteristik utama yaitu:

1) Sasaran harus spesifik bukan samar-samar. 2) Sasaran harus menantang namum dapat dicapai.

Ketidakjelasan sasaran anggaran akan meyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Menurut Locke dan Latham (2002), agar pengukuran sasaran efektif ada 7 indikator yang diperlukan:

1) Tujuan, yaitu membuat secara terperinci tujuan umum terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan.

2) Kinerja, yaitu menetapkan tujuan atas kinerja yang akan dicapai yang nantinya dapat diukur.

3) Standar, yaitu menetapkan standar atau target yang ingin dicapai.

4) Jangka Waktu, yaitu menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pekerjaan .

5) Sasaran Prioritas, yaitu menetapkan sasaran yang menjadi prioritas atau utama.

6) Tingkat Kesulitan, yaitu menetapkan sasaran berdasarkan tingkat kesulitan dan tingkat kepentingannya.


(53)

Kinerja jika dilihat dari bahasa artinya adalah performance yang berarti prestasi. Jadi, kinerja merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh seorang individu/pegawai. Menurut Mahsun (2006), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian, pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Menurut Pabundu (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu. Menurut Indra (2006) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Menurut Mahoney et. al (1963) kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, yang diukur dengan menggunakan indikator :

a. Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.


(54)

b. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

c. Koordinasi merupakan bagaimana menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

d. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.

e. Pengawasan, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan atau kemampuan untuk mengarahkan, memimpin, membimbing, menjelaskan segala aturan yang berlaku, memberikan dan menagani keluhan pelaksanaan tugas bawahan.

f. Pemilihan Staff, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. g. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal


(55)

h. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.

Dalam organisasi sektor publik, sistem pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membnatu manajer publik menilain capaian suatustrategi melalui tolak ukur kinerja yang ditetapkan. Tolak ukur kinerja tersebut dapat berupa pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan. Pengukuran kinerja ini sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan saja kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis,efisien, dan efektif (konsep value for money). Maksudnya adalah bahwa setiapuang yang dibelanjakan pemerintah harus berdampak terhadap kepentingan dan kebutuhan publik sesuai dengan tuntutan publik, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. (Abdul dan Muhammad, 2014).

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu :

a. Dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, maksudnya adalah untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan efisiensi


(56)

dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.

b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

c. Ukuran inerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Ketiga maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik diatas karena kinerja organisasi sektor publik mempunyai ruang lingkup yang luas dan multidimensional. Sehingga, tidak ada indicator tunggal yang dapat menggambarkan kinerja secara komprehensif. Oleh karena itu, dimensi output yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik lebih banyak bersifat intangible output. Untuk itu, pengukuran kinerja keuangan saja tidak cukup sehingga diperlukan pengukuran kinerja nokeuangan (Mardiasmo, 2009).

3. Komitmen Organisasi.

Studi tentang komitmen organisasi telah dimulai semenjak tahun 1980-an, tetapi meningkat terutama pada tahun 1990-an sebagai akibat dari perubahan lingkungan usaha dan produksi. Oleh karena itu, beberapa konseptualisasi yang berbeda dari komitmen organisasi telah muncul dalam literatur (Eker, 2009).

Aamir dan Sohail (2006) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan relatif dari identifikasi individu dengan keterlibatan dalam organisasi tertentu.


(57)

memiliki dua dimensi, yaitu sikap dan perilaku. Dimensi sebagai sikap mengacu pada identifikasi individu dengan organisasi tempat individu bekerja dan individu tersebut memiliki keterikatan yang kuat ke arah tujuan dan harapan organisasi. Sedangkan dimensi perilaku mengacu pada keinginan untuk menghabiskan upaya yang luar biasa atas nama organisasi, dan akhirnya merasa keinginan yang kuat untuk terus menjadi bagian penting dari keanggotaan organisasi.

Identifikasi Aamir dan Sohail (2006) terkait dengan komitmen organisasi menarik perhatian bahwa membaiknya penelitian tentang komitmen organisasi ini sangat tergantung pada proses psikologis baik individu dan sifat struktural organisasi. Penelitian Mowday, Steers dan Porter (1979: 224-247) dapat dinyatakan sebagai salah satu contoh terbaik dalam literatur. Studi ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi mempunyai sesuatu yang lebih dari ketaatan pasif seseorang untuk organisasi, karena hubungan antara organisasi dan individu aktif dan individu dapat menerima untuk membuat beberapa pengorbanan tentang dirinya sendiri untuk organisasi menjadi lebih baik.

Penelitian mengenai komitmen organisasi yang semkain berkembang membuat menarik perhatian pada hubungan antara komitmen organisasi dan proses psikologis individu, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Meyer dan Allen (1991) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi memiliki dimensi psikologis dan hubungan ini muncul dalam bentuk perilaku sebagai akibat dari hubungan para


(58)

saling percaya dan mengingatkan antar anggota organisasi scara terus menerus organisasi.

Dalam penelitian Meyer dan Allen (1991) mengemukakan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga komponen konseptual, yaitu :

a. Affective commitment yaitu keterkaitan emosional, identifikasi dan keterlibatan dalam suatu organisasi. Individu menetap dalam suatu organsasikarena keinginan dia sendiri.

b. Continuance commitment yaitu komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan apabila akan meninggalkan organisasi. Individu memutuskan untuk menetap dalam suatu organisasi karena menganggap sebagai suatu kebutuhan.

c. Normative commitment yaitu komitmen individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Individu tetap tinggal dalam suatu organisasi karena mereka merasa wajib untuk loyal terhadap organisasi tersebut.

Emile (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan keyakinan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukugan moral dan menerima nilai-nilai yang ada serta tekad yang kuat dari dalam dirinya untuk memberikan pengabdiannya terhadap organisasi.


(59)

Menurut Eker (2009) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dalam tiga hal, yaitu :

a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.

c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi.

Komitmen organisasi yang kuat dalam diri seorang individu akan menyebabkan seorang individu berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan organisasi dan kemauan mengerahkan segala usaha atas nama organisasi dan akan meningkatkan kinerja manajerial.

6. Teori penetapan tujuan( goal setting theory).

Menurut Heslin et. al. (2008), bahwa adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Sebuah bahan utama untuk secara efektif melatih karyawan adalah dengan penggunaan yang bijaksana dari penetapan tujuan. Aksioma utama dari teori penetapan tujuan adalah bahwa tujuan yang sulit tertentu akan menyebabkan kinerja yang lebih tinggi sehingga seseorang akan lebih berusaha untuk melakukan yang terbaik. Tujuan tersebut positif mempengaruhi kinerja individu, kelompok, unit organisasi, serta seluruh organisasi. Dengan memberikan arah dan standar yang kemajuan dapat dipantau, tujuan yang menantang dapat memungkinkan seseorang untuk membimbing dan memperbaiki kinerja mereka.


(60)

Hal ini juga didokumentasikan dalam ilmiah dan praktisi literatur bahwa tujuan tertentu dapat meningkatkan motivasi dan kinerja dengan orang terkemuka untuk memusatkan perhatian mereka pada tujuan tertentu, meningkatkan mereka upaya untuk mencapai tujuan tersebut, bertahan dalam menghadapi kemunduran, dan mengembangkan strategi baru untuk kesepakatan yang lebih baik dengan tantangan yang kompleks untuk pencapaian tujuan. Melalui proses motivasi tersebut, tujuan yang menantang akan menyebabkan seseorang memperoleh imbalan berharga seperti pengakuan, promosi, dan peningkatan pendapatan dari pekerjaan seseorang (Latham dan Locke, 2006).

Latham dan Locke (2006) menyatakan bahwa sesungguhnya penentuan sasaran

( goal ) merupakan sesuatu yang sederhana, namun kesederhanaan ini tidak dapat diartikan secara sederhana ataupun biasa, melainkan harus ditanggapi dengan perencanaan yang matang. Dengan penentuan sasaran(goal)yang spesifik, seseorang akan mampu membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran (goal) itu sendiri, dan kemudian menentukan dimana posisinya saat itu. Goal-Setting

mengizinkan individu untuk melihat hasil kerja disaat ini dan membandingkannya dengan hasil kerja dimasa lalu. Hal ini akan menimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi individu untuk lebih berusaha lebih baik lagi.

Latham, et al (2008) menemukan bahwagoal-Setting berpengaruh pada kinerja pegawai dalam organisasi publik. Salah satu bentuk nyata dari penerapan goal


(61)

-jumlah nominal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, tetapi juga mengandung sasaran yang spesifik yang ingin dicapai organisasi.

Di antara faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi manfaat motivasi yang biasanya diperoleh karyawan dari penetapan tujuan (Goal-setting) , tingkat ambiguitas yang sangat tinggi ada di tingkat organisasi sektor publik dalam hal ini instansi pemerintah. Chun dan Rainey (2005b) dikembangkan dan kemudian dinilai langkah-langkah tujuan organisasi ambiguitas dalam konteks pemerintahan. Mereka menemukan bahwa tujuan sebuah instansi tidak memiliki kejelasan bagi karyawan ketika tujuannya adalah terlalu terbuka atau terlalu umum. istilah Fuzzy digunakan dalam legislasi untuk memberikan sedikit atau tidak ada pedoman bagi para pelaksana atau karyawan atas mandat dari legislasi tersebut. Namun ini tidak mungkin untuk berubah, Chun dan Rainey (2005b) menyatakan bahwa tujuan klarifikasi sering dianggap bukan sebagai penyampaian aspirasi atau informasi dari manajer publik tapi dianggap politik irasional di sektor publik. Namun demikian, badan-badan federal yang diperlukan telah mengembangkan tujuan mereka berdasarkan mandat undang-undang.

Dalam sebuah studi tindak lanjut, Chun dan Rainey (2005b) menilai efek dari ambiguitas tujuan di tingkat organisasi pada variabel kinerja, sebagai berikut: efektivitas manajerial, orientasi layanan pelanggan, produktivitas, dan kualitas kerja pegawai pemerintah federal. Semua empat variabel tersebut menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan ambiguitas tujuan evaluatif (yaitu, jumlah


(62)

kelonggaran yang ditafsirkan bahwa pernyataan tujuan organisasi memungkinkan dalam mengevaluasi kemajuan menuju pencapaian tujuan), dan tujuan ambiguitas langsung (yaitu, jumlah kelonggaran interpretatif tersedia dalam menerjemahkan misi organisasi atau tujuan umum yang menjadi arahan dan pedoman). Chun dan Rainey menyatakan temuan ini sebagai bentuk dukungan perlunya lembaga meningkatkan tingkat spesifiktivitas tujuan yang mereka tetapkan. Chun dan Rainey (2005) Penelitian ini menggunakan persepsi karyawan federal AS dari kinerja instansi mereka sebagai variabel dependen.

Di sisi lain Wright (2004) meneliti sejauh mana pengaturan kerja, khususnya tujuan ambiguitas, konflik tujuan, dan kendala prosedural, memiliki efek yang merugikan pada kinerja karyawan pemerintah. Data survei nya menunjukkan bahwa ambiguitas dalam tujuan organisasi membawa ke tingkat kerja melalui hubungannya dengan umpan balik. akibatnya tujuan organisasi tidak jelas, efek tidak jelas tersebut pada kinerja karyawan dapat dikurangi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas umpan balik yang diberikan karyawan agar dapat meningkatkan komitmen tujuan karyawan. Wright juga menemukan bahwa kendala prosedural yang mempengaruhi

benefit biasanya berasal dari kekhususan tujuan. Ketika kebijakan yang dilihat oleh karyawan sebagai penghambat pencapaian tujuan, komitmen tujuan menurun karena karyawan menjadi tidak yakin apakah berusaha mencapai tujuan tersebut atau hanya menjalani pencapaian tujuan tersebut dengan paksaan dan dinilai oleh organisasi. Individu harus melihat hubungan antara apa yang dilakukan dan hasil yang


(63)

diharapkan jika memiliki motivasi yang tetap tinggi. Oleh karena itu, konsisten dengan teori penetapan tujuan, Wright menyimpulkan bahwa langkah-langkah harus diambil untuk mengurangi sikap paksaan-paksaan tersebut jika penetapan tujuan adalah untuk memiliki pengaruh yang positif pada karyawan di sektor publik.

Berdasarkan penelitian - penelitian yang telah dilakukan, temuan utama dari

goal setting theory adalah bahwa orang yang diberi tujuan yang spesifik, sulit tapi dapat dicapai, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup, menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja.

4. Teori Keagenan (Agency theory).

Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan dalam memahami isu

corporate governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri informasi antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri informasi tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsepGood Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat. Penerapan corporate governance berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak. (Susan, 2005).


(64)

Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Wiyarsi, 2012).

Menurut Gyorgy (2012) menyatakan bahwa pemegang saham yang merupakan principal mendelegasikan pengambilan keputusan bisnis kepada manajer yang merupakan perwakilan atau agen dari pemegang saham. Masalah keagenan (agency problem) yang muncul sebagai akibat sistem kepemilikan perusahaan seperti ini bahwa adalah agen tidak selalu membuat keputusan keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik principal. Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek proyek yang menguntungkan jangka panjang.

Selain masalah asimetri informasi, menurut Gyorgy (2012) menyatakan bahwa persoalan lain yang sering terjadi antara principal dan agen adalahmoral hazardatau


(65)

perilaku rasional terhadap organisasi atau individu.Moral hazardmelibatkan perilaku rasional, yaitu kepentingan pribadi, yang dapat dicirikan sebagai oportunistik karena mengambil keuntungan dan kesempatan untuk kepentingan pribadi, bahkan jika itu merugikan orang lain. Keuntungan pribadi harus dicermati lebih umum untuk merujuk pada kepentingan pihak yang aktif entah itu individu atau perusahaan.

Moral hazard (tindakan tersembunyi) muncul ketika agen mungkin tidak memenuhi tugas mereka dengan baik karena pemantauan tidak sempurna oleh principal dan menyalahgunakan informasi yang hanya dimilikinya. Gifford (1999: 427) menganggap bahwa salah satu kesimpulan utama dari model moral hazard

antara principal dan agen adalah bahwa, karena agen hanya menerima bagian parsial dari keuntungan yang dihasilkan dari usaha agen, yang tidak sempurna diamati oleh kepala sekolah , namun agen menanggung seluruh biaya dari upaya itu, kontrak insentif yang optimal antara prinsipal dan agen tidak dapat mencapai hasil yang terbaik. Artinya, agen tidak akan memaksimalkan nilai total usaha tersebut.

Di sektor publik, moral hazard meningkat dengan mekanisme keuangan yang ditetapkan untuk memasok lembaga publik yang menjadi agen dalam hubungan kontrak mereka. Anggaran jatah memungkinkan agen untuk merasakan kepastian yang menghasilkan perilaku yang berbeda dari rasional dan optimal dari sudut pokok pandang.


(66)

Hubungan kontraktual menghasilkan masalah keagenan yang memiliki asal di asimetri informasi antara pihak principal dan agen. asimetri informasi ini menyebabkan dampak negatif pada pokok karena agen tidak akan tertarik untuk memaksimalkan kesejahteraan principal, tetapi kemakmuran agen sendiri. Dalam rangka untuk mengurangi efek asimetri informasi ini, principal akan mendukung biaya tambahan dengan pemantauan agen atau pemberian insentif.

Syukriy (2008) mengatakan bahwa kebijakan otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau legislatif. Hal ini menunjukkan bahwa di antara legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan. Dalam artian hubungan keagenan yang terjadi antara eksekutif dan legislatif adalah eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal. Perubahan ini juga berimplikasi pada kian besarnya peran legislatif dalam pembuatan kebijakan publik, termasuk penganggaran daerah.

B. PENURUNAN HIPOTESIS.

1. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD.

Menurut Emile (2004) anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan, direncanakan, atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu yang direncanakan terjadi di masa yang akan datang. Anggaran merupakan suatu rancangan yang rinci, yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif,


(67)

biasanya dalam satuan uang, yang menunjukkan sumber daya dan penggunaan dari suatu organisasi dalam angka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Cecilia (2014) menyatakan kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran itu dipahami oleh orang yang bertanggung jawab atas anggaran tersebut. Oleh karena sasaran anggaran pemerintah daerah dinyatakan secara jelas, spesifik dan mudah dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab yang melaksanakannya. Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas, aparat pelaksanaan anggaran juga akan terbantu dalam perealisasiannya, secara tidak langsung ini akan mempengaruhi terhadap kinerja aparat. Salah satu penyebab tidak efektif dan efisiennya anggaran dikarenakan ketidakjelasan sasaran anggaran yang mengakibatkan aparat pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam penyusun target-target anggaran.

Dari hasil penelitian Cecilia (2014) tentang pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian internal terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Beberapa penelitian selain yang dilakukan oleh Cecilia (2014) juga mendukung adanya pengaruh yang positif signifikan tentang kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Darman dan Ardiyanti (2015) dalam penelitiannya tentang pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, struktur desentralisasi, dan akuntabilitas publik terhadap kinerja satuan kerja


(68)

menunjukkan secara simultan bahwa kejelasan sasaran anggaran telah terbukti berpengaruh secara positif signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Andarias (2009) juga menyatakan dalam penelitiannya tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi terhadap kinerja manajerial SKPD di Provinsi Sumatera Utara dengan pengawasan internal sebagai variabel moderating hasil penelitian menunjukkan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Akan tetapi, terdapat juga penelitian lain yang menemukan hasil yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas, seperti pada penelitian oleh Pony Harsanti (2008) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah Kabupaten Kudus. Faktor yang mempengaruhi antara lain kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan dan motivasi sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukan bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja akuntabilitas instansi pemerin-tah.

Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa penentuan sasaran anggaran akan lebih produktif daripada jika tidak ada penargetan. Menargetkan anggaran jelas akan mendorong karyawan untuk menunjukkan performa terbaik mereka. Sehingga dari penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran di organisasi pemerintah sangat penting dalam mencapai keberhasilan satuan perangkat kerja lokal atau daerah.


(69)

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka formulasi hipotesis 1 yang dapat dibentuk dalam penelitian ini adalah : ۶ : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

2. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD.

Partisipasi penyusunan anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Partisipasi pada umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggotanya (Erhmann ,S., dan Abdul, H., 2005).

Menurut Ida dan Radiah (2012) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses penyusunan anggaran yang melibatkan individu-individu secara langsung dan menyeluruh didalamnya serta individu tersebut mempunyai pengaruh dalam penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan di nilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan aggaran mereka. Hal ini sesuai dengan asumsi teori motivasi Locke dan Latham (2002) yang mana menyebutkan bahwa seseorang berperilaku karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dicapainya. Dan dari pencapaian tersebut, prestasinya akan dihargai oleh organisasi. Maka, kinerja manajerial akan ikut meningkat seraya dengan adanya tanggung jawab atas keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran.


(70)

Dalam penelitian Hasan et. al. (2015) tentang pengaruh partisipasi manajer dalam proses penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada perusahaan listrik regional Teheran. hasil dari penelitian tersebut menunujukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Killian dan James (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran, anggaran keadilan procedural, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada perusahaan manufaktur di Nigeria dan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran, maka akan semakin tinggi pula kinerja manajerial perusahaan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Erhmann, S., dan Abdul, H., (2005) menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran telah terbukti mempunyai pengaruh yang positif dan kuat terhadap kinerja manajerial.

Akan tetapi, Mahmoud et. al. (2011) menemukan hasil yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas. Mahmoud et. al. (2011) menguji tentang pengaruh kinerja manajer dan departemen pada karakteristik anggaran: bukti empiris pada Universitas Jordania. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada berpengaruh signifikan antara kinerja manajer dan departemen dengan partisipasi penyusunan anggaran. Penelitian yang dilakukan Zubir (2014) yang menguji tentang hubungan antara partisipasi anggaran terhadap perilaku kinerja manajerial aparat


(1)

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 24,521 18,599 1,318 ,192

Kejelasan sasaran

anggaran -,742 ,671 -1,002 -1,105 ,273

Komitmen organisasi -,494 ,498 -,965 -,992 ,325

KSA_KO ,017 ,018 1,507 ,951 ,345

Dependent Variable: absres1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,226 7,484 1,366 ,176

Partisipasi anggaran -,678 ,641 -,832 -1,057 ,294

Komitmen

organisasi -,145 ,206 -,272 -,703 ,484


(2)

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -30,398 31,087 -,978 ,332

Kejelasan sasaran anggaran

1,880 1,122 1,351 1,675 ,099 ,017 58,481

Komitmen

organisasi 1,386 ,833 1,439 1,664 ,101 ,015 67,289


(3)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF

1 (Constant) 3,030 11,325 ,268 ,790

Partisipasi

anggaran 1,696 ,970 1,155 1,748 ,085 ,022 44,912

Komitmen

organisasi ,578 ,312 ,601 1,852 ,068 ,092 10,822

PA_KO -,029 ,026 -,906 -1,112 ,270 ,015 68,329

UJI REGRESI BERGANDA

REGRESI 1

Uji Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,209a ,044 ,001 2,34239

a. Predictors: (Constant), KSA_KO, Kejelasan sasaran anggaran, Komitmen organisasi

b. Dependent Variable: Kinerja manajerial

Uji F


(4)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 17,000 3 5,667 1,033 ,384b

Residual 373,102 68 5,487

Total 390,103 71

Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 24,521 18,599 1,318 ,192

Kejelasan sasaran

anggaran -,742 ,671 -1,002 -1,105 ,273

Komitmen organisasi -,494 ,498 -,965 -,992 ,325

KSA_KO ,017 ,018 1,507 ,951 ,345

a. Dependent Variable: absres1

REGRESI 2

Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate


(5)

Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 26,414 3 8,805 1,505 ,221b

Residual 397,916 68 5,852

Total 424,330 71

Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,226 7,484 1,366 ,176

Partisipasi anggaran -,678 ,641 -,832 -1,057 ,294

Komitmen organisasi -,145 ,206 -,272 -,703 ,484


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI.

0 3 22

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi

0 3 24

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERISASI (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA)

0 4 66

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN AKUNTASI TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN KINERJA MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 4 75

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (STUDI EMPIRIS PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA).

1 5 22

PENGARUH KECUKUPAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 1 24

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 1 16

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 2 21

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi K

0 0 15

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI: Studi Empiris pada Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus

0 0 15