ANALISIS CEMARAN MIKROBA Coliform dan Escherichia coli PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN RAJABASA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

(1)

ABSTRAK

ANALISIS CEMARAN MIKROBA Coliform dan Escherichia coli PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN RAJABASA

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

Oleh

Novia Wiliana

Bakteri Coliform dan Escherichia Coli digunakan sebagai indikator pencemaran terhadap air hal ini dikarenakan bakteri tersebut jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen lain seperti Shigella dan Salmonella yang sama-sama merupakan kelompok bakteri Coliform. Selain itu, mendeteksi kelompok bakteri Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform dan E. coli di dalam air digunakan analisis spektrofotometer UV-Vis. Hasil analisis kuantitatif pada cemaran mikroba coliform dan E. coli adalah dengan menggunakan spektrofotometer dimana dapat diketahui absorbansi dari kedua bakteri tersebut. Absorbansi Coliform dari 3 depo di kecamatan rajabasa hampir semua sama mengalami fase stasioner pada waktu 24 jam, sedangkan pada E. coli mengalami fase stasioner pada waktu 48 jam. Analisis kualitatif terhadap bakteri E. coli yang telah dilakukan, yaitu uji morfologi. Hasilnya untuk uji morfologi sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (coccus) dengan ukuran panjang 2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, tersusun tunggal atau berpasangan dengan flagella peritrik.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF Coliform AND Escherichia coli MIKROBIAL IMPURITIES ON DEPO DRINKING WATER REFILL IN RJABASA DISTRICT USING

SPECTROPHOTOMETER

by Novia Wiliana

Coliform and Escherichia coli are bacteria which are used as water polutant indicators. It has positive correlation with absence of pathogenic bacteria such as Shigella and Salmonella. In addition, detecting Coliform bacteria was cheaper, faster, and simpler than detecting other pathogenic bacteria. This research has aim to determine amountof Coliform in water with UV-Vis Spectrophotometer. Quantitatively the absorbance of sample connection to cells concentration (cfu/ml) in a regression equation which result from linier regression. Quantitative analysis of Coliform absorbance from three depo in Rajabasa District was quite similiar, it has stasioner phase in 24 hours while in E.coli has stasioner phase 48 hours. The result of E.coli morphology test was in accordance with the literatur stated that E.coli was Gram Negative, short rod shape (coccus), then dimension 2,0-6,0 µm length and 1,1-1,5 µm width.


(3)

ANALISIS CEMARAN MIKROBA Coliform dan Escherichia coli PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN RAJABASA

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

Oleh Novia Wiliana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 21 Maret 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Wazir Wahab dan Ibu Alina Surya.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1996 di TK Swadarma, tahun 2002 menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 6 Periuk Tangerang, tahun 2005 menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 15 Tangerang, menyelesaikan Sekolah Menengah Umum Negeri 6 Tangerang pada tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2012 penulis melakukan Pratik Kerja Lapangan di Laboratorium Biomassa terpadu Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum Kimia Dasar untuk Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Teknik pertanian Fakultas Pertanian pada tahun 2011, asisten praktikum Kimia Dasar untuk Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian pada tahun 2012. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila sebagai anggota Kader Muda Himaki (KAMI) kepengurusan 2008/2009, anggota Biro Usaha Mandiri (BUM) kepengurusan 2009/2010.


(7)

Moto

….”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Al Insyirah : 6)

Impian tidak akan terwujud dengan sendirinya. Kamu harus segera bangun dan berupaya mewujudkannya.

(Penulis)

Seberat apapun beban masalah yang kamu hadapi saat ini percayalah bahwa semua itu tak akan pernah melebihi batas


(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Ayahanda Wazir Wahab dan Ibunda Alina Surya tercinta dan tersayang,

adik-adikku tersayang

Rachmat Wilianto dan Selamat Wilianto

Segenap Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku,

Sahabat dan teman-temanku yang selalu berbagi kebahagiaan,

Guru-guru dan Dosen-dosen ku yang senantiasa membimbing dan membagi ilmunya untukku,


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi Gusti Allah SWT, karena ridho, karunia dan kebesaran-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Lantunan shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umatnya. Skripsi dengan judul “Analisis Cemaran Mikroba Coliform dan Escherichia coli Pada Depo Air Minum Isi Ulang Menggunakan Spektrofotometer” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebear-besarnya dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan banyak ilmu pengetahuan, saran, waktu dan arahan, selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Heri Satria, M.Si. selaku pembimbing Kedua yang telah memberikan petunjuk, solusi, saran,ilmu, arahan, waktu serta nasehat dalam


(10)

3. Bapak Dr. Rinawati, M.Si. selaku Pembahas yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, arahan, dan saran demi terselesainya skripsi ini. 4. Ibu Dra. Fifi Martasih, M.S (Alm) selaku pembimbing akademik atas

bimbingannya selama ini kepada penulis.

5. Bapak Dr.Eng.Suripto Dwi Yuwono,M.T selaku ketua jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 6. Bapak Prof. Dr. Suharso, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen dan staf administrasi di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta dan tersayang Bapakku Wazir Wahab dan Ibuku Alina Surya, atas kasih sayang yang tiada kira, dukungan, doa, senyuman, semangat dan keikhlasan yang selalu diberikan di sepanjang hidupku.

9. Adikku tersayang Rachmat Wilianto dan Selamat Wilianto, semoga menjadi anak yang soleh dan membahagiakan orang tua,terima kasih keceriaanya. 10. Adikku Dewi Kurnia, Siti Amelia, Yuliya Ayu Parasmita, Tirta Hasanah, Aulia Ulfa, dan Sultan Al-Alia terima kasih keceriaannya. Kajong Wahab (alm), Datuk Thoibi Alia (alm), Tamong Hj. Mayunah dan semua keluarga besarku tersayang yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.


(11)

11. Sahabatku Ayu Aditya Sari, S.Si, Vivi Dwi Elianasari, S.Si, Adek

Purnawati, S.Si, Candra Saka Nusantari, Retno Nur Ramadhani, Idrus Sapto atas persahabatan, kebersamaan yang penuh canda, do’a, dukungan dan bantuannya selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 : Ani Sulistriani, S. Si., Harnita Yuniar, S. Si., Shoffa Nur Fauziah, S. Si., Muhamad Ramdhan Nugraha, S. Si., Arif Rahman Hakim, Ahmad Ruzki, Muhammad Subari, TB Didi Supriyadi, S. Si., Eko Wijianto, Miftahudin Ramli, S. Si., Sundari Riawati, S. Si., Ni Putu Yuliastri, S. Si., Elianasari, S. Si., Miftasani, S. Si., Arif Ashari, S. Si., Rudi Jailani, S. Si., Mychel Dendiko Pratangga, S. Si., Retno Dwi Palupi, S. Si., Ricardo Simarmata, S. Si., Raffel Stevano, S. Si., Riki Fauzi, S. Si., Puji Mugianto, S. Si., Evi Rawati Sijabat, S. Si., Putri Febriani Puspita, S. Si., Eny Heriani Ria Napitupulu, S. Si., Siti Oktavia Rumapea, S. Si., Rizki Amalia, S. Si., Majid Rimbani, S. Si., Robbi Yansya terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan selama menjalankan perkuliahan, tetap semangat dan jangan menyerah, perjuangan kita masih panjang, sukses selalu untuk kita.

13. Teman 2009 Juwita, Kiki, Teta, Indah, Mardiyah, Sherly, Retno, Meta, Resca, Umam, Fadli, Gege, Delpiana, Rina, Mersi, Dwi, Bowo, Bibi dan semuanya terima kasih atas kerjasama dan persaudaraannya.

14. Keluarga besar Kimia 2007, 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 atas kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin selama ini.


(12)

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara tulus memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Air ... ... 5

1. Air Minum ... 6

2. Sumber Air Minum ... 7

a. Air Laut ... 7

b. Air Atmosfer ... 7

c. Air Permukaan ... 7

d. Air Tanah ... 8

e. Mata Air ... 8

3. Syarat Kualitas Air Minum ... 9

4. Air Minum Isi Ulang... 11

B. Bakteri .... ... 12

1. Bakteri Coliform ... 12

2. Bakteri Escherichia coli... 13

3. Bakteri Gram Negatif... 15

4. Morfologi Bakteri Escherichia coli dan Sifat-sifatnya ... 16

C. Pertumbuhan Mikroba ... 18

D. Fase Pertumbuhan Bakteri ... 20

E. Spektrofotometri ... 21

1. Spektrofotometri UV-Vis ... 22

2. Instrumentasi spektrofotometri UV-Vis ... 23

a. Sumber Cahaya ... 24


(14)

ii

c. Monokromator ... 25

d. Detektor ... 25

e. Rekorder ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Waktu dan Tempat ... 26

B. Alat dan Bahan... 26

C. Prosedur Penelitian ... 27

1. Persiapan awal ... 27

2. Teknik pengambilan sampel ... 28

3. Isolasi bakteri Coliform dan Escherichia coli menggunakan metode gores ... 30

3.1.Isolasi bakteri Coliform ... 30

a.Uji Pendugaan Coliform ... 30

b.Uji Penegasan Coliform ... 31

3.2. Isolasi bakteri Escherichia coli ... 31

a. Uji Pendugaan Escherichia coli ... 32

b. Uji penegasan Escherichia coli ... 32

4. Identifikasi Escherichia coli ... 33

4.1 Uji morfologi ... 33

4.2 Prosedur pewarnaan gram ... 33

5. Analisis Perhitungan Jumlah sel Bakteri Secara Spektrofotometer ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Persiapan Sampel ... 37

B. Isolasi bakteri Coliform dan Escherichia coli menggunakan metode gores ... 37

C. Identifikasi Bakteri E.coli. ... 42

D. Analisis Perhitungan Jumlah sel Bakteri Secara Spektrofotometer ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Koloni bakteri Eschericia coli ... 14

2. Kurva pertumbuhan bakteri... 21

3. Instrumentasi Spektofotometri UV-Vis ... 23

4. Hasil Uji pendugaan bakteri Coliform ... 38

5. Hasil Uji penegasan bakteri Coliform ... 39

6. Reaksi biokimia pembentukkan gas CO2 dalam tabung durham ... 40

7. Hasil uji pendugaan E. coli ... 41

8. Hasil Uji penegasan bakteri E. coli ... 42

9. Morfologi E. coli perbesaran 40x... 43

10. Kurva Standar McFarland ... 45

11. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo A bulan pertama ... 46

12. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo B bulan pertama ... 46

13. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo C bulan pertama ... 47

14. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo A bulan kedua ... 48

15. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo B bulan kedua ... 48

16. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo C bulan kedua ... 49

17. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo A bulan ketiga ... 50


(17)

19. Kurva pertumbuhan Coliform Sampling depo C bulan ketiga ... 51

20. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo A bulan pertama ... 52

21. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo B bulan pertama ... 52

22. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo C bulan pertama ... 53

23. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo A bulan kedua ... 54

24. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo B bulan kedua ... 54

25. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo C bulan kedua ... 55

26. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo A bulan ketiga ... 56

27. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo B bulan ketiga ... 56

28. Kurva pertumbuhan E.coli Sampling depo C bulan ketiga ... 57


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68% dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter perhari tergantung berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisika, kimia maupun bakteriologis (Suriawiria,1996).

Perkembangan pasar pada saat ini menunjukkan permintaan terhadap air minum dalam kemasan yang semakin meningkat dan menjadi peluang ekonomi yang baik. Disisi lain, jumlah sumber air minum yang memenuhi syarat untuk dikonsumsi semakin berkurang sebagai akibat tindakan manusia sendiri baik sengaja maupun tidak sengaja (Wulan, 2005).

Air minum isi ulang adalah air yang mengalami proses pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi ataupun keduanya melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang digunakan untuk berbagai

keperluan. Pada era sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan semakin meningkat. Seiring dengan hal


(19)

2

tersebut maka semakin banyak bermunculan Depot Air Minum Isi Ulang yang menyediakan air siap minum. Selain murah, air minum isi ulang juga dapat dijumpai di berbagai tempat, tetapi kemungkinan besar di tumbuhi bakteri. Hal ini disebabkan karena tidak semua depot air minum isi ulang melakukan

pengolahan secara tepat dan benar, misalnya kualitas air baku yang digunakan, jenis peralatan yang digunakan, perawatan peralatan, penanganan air hasil pengolahan. Selain pengolahan air minum di Depo Air Minum Isi Ulang tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis sehingga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan, dengan demikian kualitas masih perlu dikaji dalam rangka penyajian kualitas airnya (Athena dkk, 2003).

Standar air minum di indonesia saat ini mengikuti standar WHO yang dalam beberapa hal disesuaikan dengan kondisi di indonesia. Pada tahun 2002, Departemen Kesehatan RI telah menetapkan kriteria kualitas air secara mikrobiologis, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri Coliform dan Eschericia coli melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 0 koloni/100ml.

Uji bakteriologis depot air minum isi ulang pada umumnya digunakan untuk mengetahui kualitas air untuk keperluan hidup manusia. Pada dasarnya bakteri yang hidup di dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri Colliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu


(20)

3

sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri non patogen adalah bakteri yang terdapat ditubuh inang tetapi tidak menimbulkan gangguan yang signifikan.

Metode spektrofotometri merupakan metode untuk mengukur kerapatan optis dari suatu cairan misalnya suatu medium cair yang berisi suspensi bakteri. Kerapatan optis adalah nilai logaritmik yang digunakan untuk memplot pertumbuhan bakteri pada suatu grafik atau menggambarkan jumlah bakteri pada suatu kultur cair. Spektrofotometer dapat membaca kekeruhan kultur dengan melewatkan suatu berkas cahaya kemudian persentase cahaya yang melewatinya dihitung. Semakin keruh berarti cahaya yang diterima semakin sedikit. Adapun prinsip dari spektrofotometer yaitu untuk mengetahui jumlah absorban pada mikroorganisme dengan panjang gelombang tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan dilakukan analisis cemaran mikroba Coliform dan E.coli dalam depo air minum isi ulang di Kecamatan Rajabasa dengan menggunakan metode spektrofotometri. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat di kecamatan Rajabasa mengetahui kualitas air depo isi ulang yang dikonsumsi di wilayah tersebut.


(21)

4

B.TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui keberadaan cemaran mikroba E. coli dan Coliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Rajabasa.

2. Mengetahui kualitas Depo Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Rajabasa secara fisiologis dan mikrobiologis yang dikonsumsi masyarakat. 3. Mengetahui jumlah bakteri E. coli dan Coliiform menggunakan

spektrofotometer pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Rajabasa.

C.MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari Penelitian ini yaitu

1. Memberikan informasi keberadaan cemaran mikroba E. coli dan Coliform yang terdapat pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Rajabasa. 2. Memberikan informasi keberadaan depo layak atau tidak sebagai penyedian


(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. AIR

Air merupakan bahan esensial yang diperlukan dalam kehidupan. Manusia dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari tempat untuk tinggal yang dekat dengan air supaya mudah mengambil air untuk

keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, baik di tepi sungai, maupun di tepi danau. Sesudah peradaban manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak perlu dekat dengan sumber air, karena sumber air yang jauh, dapat didistribusikan melalui pipa (Prawiro, 1989).

Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah 0 °C dan mendidih pada suhu 100 °C. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua unsur yaitu oksigen dengan dua lengan menggandeng hidrogen membentuk satu kesatuan disebut molekul. Setiap tetes air yang kita lihat terkandung di dalamnya bermilyar-milyar molekul tadi yang saling tumpang-tindih, yang tidak dapat dilihat dengan mata kita. Indera kita hanya mampu untuk melihat wujudnya sebagai zat cair, kita rasakan dengan tangan dan lidah seperti layaknya air, kita


(23)

6

cium dengan hidung sebagai salah satu tanda bahwa di dalam tubuh kita terdapat trilyunan molekul-molekul air tersisip dihampir semua organ tubuh terutama otak, darah, paru-paru, jantung, ginjal, otot dan hati, yang secara total bisa dikatakan lebih dari tujuh puluh persen bagian tubuh kita sebenarnya adalah air (Chandra, 2007).

Air yang banyak dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena mengandung bibit penyakit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup manusia (Azwar, 1996).

1. Air Minum

Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68% dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter perhari tergantung berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisika, kimia maupun bakteriologis (Suriawiria,1996).

Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Air minum yang ideal umumnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.


(24)

7

Air minum pun seharusnya tidak mengandung bakteri patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia (Slamet,1994).

2. Sumber Air Minum

Sumber air minum merupakan salah satu komponen utama pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno dkk, 2000). Macam – macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai air minum antara lain sebagai berikut : a. Air laut

Air laut merupakan air yang mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl dengan kadar sebesar 3% sehingga dengan kandungan tersebut, air laut tidak memenuhi syarat sebagai sumber air minum (Suyono, 1993). b. Air atmosfer

Air atmosfer merupakan air yang berasal dari air hujan. Air atmosfer ini dapat dijadikan sebagai air minum apabila penampungan air hujan tidak dilakukan pada waktu air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu, air hujan mempunyai sifat khusus terutama pada pipa penyalur maupun tempat penampung, karena dapat mempercepat terjadinya korosi (Suyono, 1993).

c. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan tanah seperti air sungai, air rawa, air irigasi, air danau, air laut dan sebagainya. Air


(25)

8

sumber air bersih dan air minum tetapi sangat mudah tercemar dan terkotori oleh bahan pencemar dan pengotor yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan oleh sebab itu sebelum digunakan air

permukaan memerlukan pengolahan terlebih dahulu (Suyono, 1993). d. Air tanah

Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut dalam air pada lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup

kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan. Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal

mempunyai kualitas lebih rendah dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih mudah mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih sedikit (Gabriel, 2001).

e. Mata air

Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah yang biasanya keluar dalam bentuk rembesan air dari lereng – lereng dan umbul yang keluar dari suatu permukaan yang datar (Sutrisno dkk,2000).


(26)

9

3. Syarat Kualitas Air Minum

Air minum adalah zat – zat yang tidak mempunyai warna, rasa, dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O (Linsley dan Franzini, 1989).

Ciri- ciri air yang terpolusi sangat bervariasi, tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi (Pitojo dan Purwantoyo, 2003).

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya. Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SKI/VII/2002, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua jenis parameter


(27)

10

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SKI/VII/2002 (Sumber : Menkes, 2002)

No Jenis Parameter Satuan Kadar

maksimum 1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a.Parameter Mikrobiologi

1) E.Coli Jumlah per 100

ml sampel

0 2) Total Bakteri Koliform Jumlah per100 ml

sampel

0 b.Kimia an-organik

1) Arsen mg/l 0,01

2) Florida mg/l 1,5

3) Total Kromium mg/l 0,05

4) Kadmium mg/l 0,003

5) Nitrit , (Sebagai NO2-) mg/l 3 6) Nitrat , (Sebagai NO3-) mg/l 50

7) Sianida mg/l 0,07

8) Selenium mg/l 0,01

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a.Parameter Fisik

1) Bau TCU Tidak berbau

2) Warna mg/l 15

3) Total zat padat terlarut (TDS) NTU 500

4) Kekeruhan 5

5) Rasa 0C Tidak berasa

6) Suhu Suhu udara ± 3

b.Parameter Kimiawi

1) Alumunium mg/l 0,2

2) Besi mg/l 0,3

3) Kesadahan mg/l 500

4) Khlorida mg/l 250

5) Mangan mg/l 0,4

6) pH 6,5-8,5

7) Seng mg/l 3

8) Sulfat mg/l 250

9) Tembaga mg/l 2


(28)

11

4. Air Minum Isi Ulang (AMIU)

Air minum isi ulang menjadi salah satu pilihan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, karena selain lebih praktis dan tidak perlu memasaknya terlebih dahulu sehingga air minum ini juga dianggap lebih higienis.

Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi air minum dalam kemasan dan mahalnya harga air minum dalam kemasan yang diproduksi industri besar mendorong banyaknya depot AMIU di berbagai tempat terutama di kota besar. Hal tersebut antara lain dari segi harganya AMIU lebih murah yaitu 1/3 dari harga air minum dalam kemasan yang diproduksi resmi industri besar, akan tetapi beberapa masyarakat masih ragu akan hal kualitas dari depot AMIU (Kacaribu, 2008).

Proses produksi AMIU merupakan suatu proses dalam usaha menjadikan air pegunungan yang belum layak dikonsumsi menjadi air yang layak dikonsumsi masyarakat. Air yang berasal dari mata air pegunungan yang dapat dijadikan bahan baku (air baku) ditampung kemudian diangkut dengan mobil tangki air. Air tersebut ditampung dalam suatu wadah, kemudian dialirkan melalui pipa dan disaring menggunakan alat filter, kemudian disterilisasi dengan ozon. Air yang telah steril dialirkan ke tangki lalu disaring lagi melalui penyaringan halus kemudian diinjeksikan dengan sinar ultraviolet, saring sekali lagi melalui penyaring halus. Air melalui pengisian dimasukkan kedalam botol dan ditutup (Kacaribu, 2008).


(29)

12

B.Bakteri

Bakteri termasuk ke dalam mikroorganisme uniseluler. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di dalam air, dalam tubuh hewan, manusia, tumbuhan dan merupakan simbiosis dari organisme lain. Bakteri rata-rata mengandung 40-70% protein, 13-34% asam nukleat, 10-30% lipid (Suhartono, 1989).

Bakteri pada umumnya tidak berklorofil, ada beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan bakteri mempunyai ukuran sel kecil (mikro), dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 μm kali 2,0-5,0 μm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau bacillus, bentuk spiral (Dwidjoseputro,1990).

1. Bakteri Coliform

Bakteri coliform total merupakan semua jenis bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37ºC. (Suriawiria, 1996).

Bakteri Coliform dibagi menjadi dua golongan :

1) Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang berasal dari kotoran hewan atau manusia


(30)

13

2) Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari kotoran manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati (Dwee, 2010).

2. Bakteri Escherichia coli

E. coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Bakteri ini bersifat unik karena dapat

menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. Escherichia coli terdiri dari 2 spesies yaitu : E. coli dan E. hermanis (Zuhri, 2009).

Berikut ini klasifikasi dari bakteri E. coli. Devisi : Protophyta

Klas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia


(31)

14

Gambar yang menunjukkan koloni E. coli berwarna hijau metalik disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Koloni bakteri E. coli (Pelczar dan Chan, 2006)

Bakteri E. coli berbentuk basil, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat gram negatif, mampu menguraikan glukosa dan menghasilkan gas (Dwidjoseputro, 1990). Bakteri E. coli dalam keadaan normal menghuni saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dan mampu menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C (Pelczar dan Chan, 2006). E. coli juga mempunyai sifat motil tak berspora, berbentuk menyerupai tongkat dengan ukuran 0,5-1,0 x 4,0 µm, tersusun tunggal atau berpasangan dan rantai, bentuk koloni putih kelabu gelap rata dengan sisi tepi yang teratur, dalam kaldu turbiditasnya sama dan memproduksi sedimen tebal, pada media biasa diameternya beberapa millimeter. Tergolong bakteri aerob dan anaerob pada suhu 40 °C, mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit, pada umumnya tidak resisten terhadap desinfektan dan pada keadaan yang kering, ada dalam


(32)

15

tumbuh menempel pada media sintetik yang berisi NaCl dan glukosa ditambah vitamin (Kelly, 1951).

E. coli tumbuh pada suhu antara 10-40 oC dengan suhu optimum 37 oC. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5, pH minimumnya adalah 4,0 dan maksimumnya adalah 9,0. Sel E. coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritrik. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat patogenik E. coli adalah kemampuan untuk melakukan adesi pada sel-sel hewan dan manusia.

Kemampuan untuk melakukan adesi ini diduga disebabkan oleh adanya fibria atau pili yang dapat menyebabkan adesi dan kolonisasi strain ETEC pada hewan dan manusia terdiri dari beberapa tipe antigenik (Supardi dan Sukamto, 1999).

3. Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop. Disisi lain, bakteri gram positif akan berwarna ungu (Madigan et al., 2006). Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur


(33)

16

Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri (Singleton and Sainsbury, 2006). Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai

membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas

peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Disisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda dimana membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.

Banyak spesies bakteri gram negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan

lipopolisakarida atau endotoksin (Prescott et al., 2002).

4. Morfologi Bakteri Escherichia coli dan Sifat - sifatnya

E. coli merupakan bakteri yang berbentuk basil, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat gram negatif. mampu menguraikan glukosa dan menghasilkan gas (Dwidjoseputro, 1990). Bakteri E. coli dalam keadaan normal menghuni saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, tidak membentuk


(34)

17

spora, aerob dan anaerob fakultatif yang memfermentasi laktosa dan mampu menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35⁰C. (Pelczar dan Chan, 2006). E. coli juga mempunyai sifat motil tak berspora coccobacili pendek, berbentuk menyerupai tongkat dengan ukuran 0,5 – 1,0 X 4,0 μm, tersusun tunggal atau berpasangan dan rantai, bentuk koloni putih kelabu gelap rata dengan sisi tepi yang teratur. Tergolong bakteri aerob dan anaerob pada suhu 40⁰C, mati pada pemanasan 60⁰C selama 30 menit (Ruth, 2009).

E. coli adalah indikator untuk menentukan air telah terkontaminasi tinja karena bakteri ini hanya dan selalu terdapat dalam tinja. Adanya E. coli dalam air minum menunjukkan pencemaran oleh tinja manusia atau hewan berdarah panas. Jika dalam sample air terdapat E. coli, berpeluang terkandung bakteri patogen. Selain E. coli, strain patogen yang lain dapat menginfeksi manusia, terdiri dari : Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC), dan Enteroinvasive E. coli (EIEC). Sebanyak 500 E. coli/100 ml air minum, berpeluang menimbulkan

gastroenteritis pada manusia. Kira-kira 2%-8% E. coli dalam air, ditemukan sebagai Enteropathogenik E. coli (Suriawiria,1996).


(35)

18

C. Pertumbuhan Mikroba.

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari (Sumarsih, 2003).

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Krisno, 2011).

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higenis pada lingkungan adalah kondisi yang

menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip dari


(36)

19

menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengurangi sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Dwiyana dan Gobel, 2010).

Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sebagai berikut : a. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya (Schlegel, 1994).

b. Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda untuk pertumbuhannya (Krisno, 2011).

c. Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian, fase eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi (Yudhabuntara, 2003).

d. Selang waktu yang dibutuhkan sel untuk membelah diri disebut dengan waktu generasi. Tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi yang berbeda, seperti bakteri E. coli yang umum dijumpai di saluran pencernaan dan di tempat lain, memiliki waktu generasi 15-20 menit. Hal ini artinya bakteri E. coli dalam waktu 15-20 menit mampu menggandakan selnya menjadi dua kali lipat (Agustian, 2009).


(37)

20

D.Fase Pertumbuhan Bakteri

Suatu mikroorganisme mempunyai siklus pertumbuhan tertentu tergantung produk yang akan dihasilkan. Fase pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase lag, fase logaritma (eksponensial), fase stasioner dan fase kematian. Fase lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya. Ketika sel telah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai membelah hingga mencapai populasi yang maksimum. Fase ini disebut fase logaritma atau fase eksponensial (Dwidjoseputro, 1990).

Fase eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang cepat. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang diturunkannya. Selain itu, derajat pertumbuhan juga

dipengaruhi oleh kadar nutrien dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH dan aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah menghasilkan populasi yang maksimum, maka akan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang mati dan jumlah sel yang hidup (Dwidjoseputro, 1990).

Fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya, sehingga jumlah bakteri keseluruhan akan tetap. Jumlah


(38)

21

Hal ini disebabkan oleh kadar nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga mengganggu pembelahan sel. Fase stasioner ini dilanjutkan dengan fase kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui laju pertumbuhan, sehingga secara keseluruhan terjadi penurunan populasi bakteri dan kecepatan pembelahannya menjadi nol (Volk dan Wheeler, 1993).

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Bakteri, menunjukkan empat fase pertumbuhan: a=fase lag; b=fase eksponensial; c=fase stasioner dan d=fase kematian (Sumber : Volk dan Wheeler, 1993).

E. Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan


(39)

22

atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi panjang gelombang dari konsentrasi (Khopkar, 2002).

1. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang 200-400 nm, dan sinar tampak (Visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang di analisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.

Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu menggunakan hukum Lambert-Beer (Day dan Underwood, 1986).


(40)

23

Hukum Lamber-Beer menyatakan hubungan lineritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengna transmitan. Adapun persamaan hukum Lambert beer:

A = - log T = ε.b.c Dimana :

A = Absorbansi T = Transmitan

ε = absorvitas molar (Lcm-1 . mol-1) c = konsentrasi zat (M)

b = panjang sel (cm)

(Day dan Underwood, 1986).

2. Instrumentasi Spektrofotometri UV-VIS


(41)

24

Spektroskopi UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu ;

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya dalam alat ini mempunyai dua fungsi yaitu untuk memberikan energi pada daerah panjang gelombang sesuai keinginan pengukuran dan mempertahankan intensitas sinar yang konstan selama pengukuran. Dalam alat ini digunakan 2 kombinasi sinar yaitu sinar tampak dan sinar ultara violet, sinar tampak digunakan lampu wolfram 320-2200 nm dan sinar ultra violet digunakan lampu hidrogen atau deuterium 190-380 nm (Harjadi W, 1993).

2. Kuvet

Kuvet (sel ) Adalah tempat disimpannya larutan sampel yang akan diukur serapannya, kuvet ini diletakkan pada jalan cahaya dari monokromator. Adapun syarat khusus yang harus dipenuhi , yaitu :

a. Tidak berwarna (agar dapat mentransmisikan semua cahaya) b. Permukaannya sejajar

c. Inert (tidak bereaksi terhadap bahan kimia) d. Tidak rapuh

e. Tidak menyerap cahaya

f. Terbuat dari gelas silikat biasa (kaca korex untuk daerah UV) g. Ukuran diameter 1 cm dengan volume 5ml (Harjadi W, 1993).


(42)

25

3. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu (Harjadi W, 1993).

4. Detektor

Detektor berfungsi sebagai menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar akan kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan ditampilkan dalam bentuk angka pada komputer (Harjadi W, 1993).

5. Rekorder

Rekorder berfungsi untuk membaca sinyal listrik yang dihasilkan pada detektor yang telah diperkuat arusnya oleh amplifier agar dikonversikan ke dalam besaran absorbans atau % tansmitan. (Harjadi W, 1993).


(43)

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan identifikasi bakteri Coliform dan Escherichia coli, serta analisis perhitungan jumlah bakteri menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium Biomassa, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi peralatan gelas secara umum yaitu gelas kimia, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, spatula. Sedangkan peralatan khusus mikrobiologi dan alat bantu sterilisasi yang digunakan yaitu jarum ose, bunsen, hot plate merk Wiggen Hauser tipe HPS 630, microscope imager merk Carl Zeiss tipe Axio imager A1, shaker incubator merk Biosan tipe ES-20/60, autoclave merk Hirayama tipe HV-25L, laminar air flow (LAF) merk ESCO, incubator merk Memmert, analytical balance merk Wiggen Hauser dan spektrofotometer merk Shimadzu tipe UV 1202M004 .


(44)

27

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah air dari 3 depo air minum kemasan isi ulang di sekitar Kecamatan Rajabasa dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Rajabasa Pramuka, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Gedong Meneng. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bakteri

Escherichia coli murni lisensi ATCC (American Type Culture Collection) Remel Culti-Loop di bawah naungan Remel Inc USA, Brilliant Green Lactosa Bile (BGLB), Eosin Methylen Blue (EMB), Lauryl Tryptose Broth (LTB), Escherichia coli (Ec) Broth, BaCl2 1 %, H2SO4 1 %,air salin, alkohol 70%, spritus, larutan kristal violet, larutan iodin, etanol 95%, larutan safranin, akuades, akuabidest, plastik wrab, alumunium foil, kertas label, kapas, dan tissue.

C.Prosedur Penelitian 1. Persiapan Awal

Melakukan survey awal pada 3 tempat pada depo air minum kemasan isi ulang di sekitar Kecamatan Rajabasa dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Gedong meneng, dan Kelurahan Rajabasa Pramuka, disiapkan larutan alkohol 70% sebagai bahan disinfektan, lalu disiapkan alat dan bahan yang digunakan, serta dilakukan pembuatan medium, kemudian sterilisasi alat dan bahan (medium) yang akan digunakan dalam penelitian.


(45)

28

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang berupa air diambil dari 3 depo air minum kemasan isi ulang di sekitar Kecamatan Rajabasa dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Gedong Meneng, dan Kelurahan Rajabasa Pramuka. Galon

dibersihkan dengan alat pembersih galon yang telah disediakan pada depo tersebut. Kemudian diletakkan galon yang sudah bersih tersebut di tempat sinar UV bertujuan untuk mematikan mikroba di dalam galon tersebut. Lalu galon di isi air depo tersebut hingga penuh. Selanjutnya air dari depo tersebut dibawa ke laboratorium untuk di analisis. Teknik sampling yang kedua dari 2 depo

lainnya dilakukan dengan cara yang sama seperti dijelaskan diatas. Sampling diulangi sebanyak dua kali dengan cara yang sama dan setiap pengulangan dilakukan 1 bulan setelah pengambilan sampel sebelumnya.


(46)

29

Kecamatan Rajabasa

Kelurahan Kampung Baru

Kelurahan Gedong Meneng

Kelurahan Rajabasa Pramuka

A1

A2

A3

B1

B2

B3

C1

C2


(47)

30

3. Isolasi bakteri Coliform dan Escherichia Coli menggunakan metode cawan gores.

3.1 Isolasi bakteri Coliform

a. Uji Pendugaan Coliform (Presumptive coliform)

Sebanyak 1,75 g LTB dilarutkan dalam 50 mL akuades dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirer, kemudian disterilisasi dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121 ฀C . Setelah tahap pembuatan media LTB dilakukan, selanjutnya disiapkan pengenceran 10-1 dengan cara

menambahkan 1 mL sampel ke dalam 9 mL air salin. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25 kali dan diencerkan sebanyak 10-6 Kemudian sebanyak 1 mL sampel dari setiap pengenceran dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL LTB dan tabung durham yang letaknya terbalik. Lalu tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35 oC. Selanjutnya dilakukan cara yang sama untuk kontrol positif dan kontrol negatif namun untuk kontrol positif dan negatif cukup menggunakan 1 tabung saja, kontrol positif yang digunakan yaitu Escherichia coli ATCC (American Type culture Collection) yang diperoleh dari UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung dan kontrol negatif yang digunakan adalah aquabides. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham. Lakukan “uji penegasan Coliform” untuk tabung-tabung yang positif dan yang negatif.


(48)

31

b. Uji Penegasan Coliform (Confirmed Total Coliform)

Media Brilliant green Lactose Bile (BGLB) merupakan media selektif untuk bakteri gram negatif. Sebanyak 2 gram BGLB dilarutkan dalam 50 mL akuades, panaskan dalam hot plate hingga larut dan homogen,

kemudian media ini disterilisasi dengan autoclave. Selanjutnya media BGLB dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham. Kemudian diambil sebanyak 1 ose dari tabung yang berisi media Lauryl Tryptose Broth yang positif. Lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya dilakukan cara yang sama untuk kontrol positif dan kontrol negatif namun untuk kontrol positif dan negatif cukup

menggunakan 1 tabung saja. Adanya bakteri Coliform ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung durham dan media tersebut menjadi keruh.

3.2 Isolasi bakteri Escherichia coli a. Uji Pendugaan E. coli

Sebanyak 1,85 g media Eschericia coli dilarutkan dalam 50 mL akuades dengan bantuan magnetic stirer, lalu disterilisasi dengan autoclave. Kemudian diambil 1 ose dari tabung-tabung berisi media BGLB yang positif, lalu diinokulasikan ke dalam tabung-tabung reaksi berisi media Eschericia coli yang dilengkapi dengan tabung durham dalam posisi terbalik. Tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 45 oC. Selanjutnya dilakukan cara yang sama untuk kontrol positif dan


(49)

32

kontrol negatif tabung saja. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham.

b. Uji Penegasan E. coli

Sebanyak 1,875 gram L-EMB dilarutkan dalam 50 mL akuades, panaskan dalam hot plate hingga larut dan homogen, kemudian media ini disterilisasi dengan autoclave. Selanjutnya media L-EMB dimasukan ke dalam cawan petri dan di dinginkan. Kemudian diambil sebanyak 1 ose dari tabung yang berisi media EC Broth yang positif dan digoreskan (streak ) ke dalam media L-EMB. Lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 oC. Hasil uji positif untuk E.coli ditandai dengan terbentuknya koloni hitam atau hijau metalik pada bagian tengah media.

Setiap uji pada isolasi bakteri E.coli menggunakan kontrol negatif dan kontrol positif. Kontrol negatif yang digunakan yaitu akuabides steril, sedangkan kontrol positif yang digunakan yaitu bakteri E.coli murni lisensi ATCC (American Type Culture Collection) Remel Culti-Loop di bawah naungan Remel Inc USA. Masing-masing kontrol tersebut diberi perlakuan yang sama seperti pada sampel.


(50)

33

4. Identifikasi E. coli

4.1 Uji Morfologi

Uji morfologi dengan cara melihat makroskopik dan mikroskopik dari setiap koloni E. coli. Uji morfologi secara makroskopik dilakukan tanpa

menggunakan alat atau secara langsung untuk mengamati warna koloni, ukuran, bentuk, margin, dan permukan sel mikroba tersebut. Sedangkan uji morfologi secara mikroskopik dilakukan dengan cara pewarnaan gram.

4.2 Pewarnaan gram

Pewarnaan gram ini bertujuan untuk membedakan kelompok bakteri gram positif dan negatif. Kultur bakteri dari media L-EMB dioleskan setipis mungkin pada object glass dan diberi setetes air steril untuk membantu menyebarkan bakteri secara merata pada object glass. Setelah itu olesan bakteri dibiarkan mengering dan difiksasi di atas api bunsen sampai olesan bakteri benar-benar kering, lalu ditutup dengan cover glass. Kemudian ditambahkan kristal violet, dibiarkan selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Lalu ditambahkan larutan iodin, dibiarkan terendam selama 1 menit, dan dicuci kembali dengan air mengalir. Selanjutnya dilakukan

dekolorisasi (penghilangan warna) dengan menggunakan alkohol 95 % hingga seluruh warna biru menghilang (kira-kira 30 detik), lalu dicuci kembali

dengan air mengalir. Setelah itu ditambahkan larutan safranin selama 1 menit, dicuci kembali dengan air mengalir, dan dikeringkan. Kemudian


(51)

34

diamati di bawah mikroskop cahaya dengan menggunakan lensa okuler 40x dan lensa obyektif 100x. Jika penampakan sel berwarna ungu, maka bakteri bersifat gram positif, tetapi jika berwarna merah bersifat gram negatif. 5. Pembuatan Larutan Baku McFarland 0.5 (Andrews, 2008)

Larutan baku McFarland terdiri atas dua komponen, yaitu larutan BaCl2 1 % dan H2SO4 1 %. Sebanyak 0,5 mL larutan BaCl2 1 % dicampurkan dengan 99,5 mL larutan H2SO4 1 % dan dikocok hingga homogen. Kekeruhan larutan diukur pada panjang gelombang 600 nm dengan menggunakan akuades sebagai blankonya. Nilai absorban larutan baku harus berada di kisaran 0,08 sampai dengan 0,13. Larutan baku McFarland 0,5 ekuivalen dengan suspensi sel bakteri dengan konsentrasi 1,5 × 106 CFU/mL.

6. Analisis perhitungan jumlah sel bakteri secara Spektrofotometer

Hasil pengamatan laboratorium yang diperoleh dalam dua kategori yaitu hasil pengamatan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Nilai pengamatan kualitatif akan disajikan dalam bentuk gambar sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer. Sebanyak 0,8 gram Nutrient Broth dilarutkan dalam 100 mL akuades, panaskan dalam hot plate hingga larut dan homogen, kemudian media ini disterilisasi dengan autoclave. Atur pH media pada pH 7,0 dengan menggunakan larutan buffer. Setelah tahap pembuatan media Nutrient Broth dilakukan selanjutnya analisis cemaran mikroba secara


(52)

35

E. coli, dimasukan ke dalam media Nutrient Broth dan diukur sebanyak tiga kali pengulangan menggunakan Spektrofotometer dengan panjang gelombang 600nm (T0= 0 jam). Selanjutnya media yang di dalamnya terdapat mikroba di shaker incubator selama variasi waktu berikut (T1= 24 jam, T2= 48 jam, T3= 72 jam). Lalu diukur sebanyak tiga kali pengulangan menggunakan Spektrofotometer dengan perbandingan variasi waktu yang sudah dijelaskan diawal , sehingga didapatkan absorbansi dari mikroba Coliform dan E. coli. Selanjutnya dilakukan cara yang sama untuk kontrol positif E. coli. Kontrol positif yang digunakan yaitu E.coli ATCC (American Type culture Collection) yang diperoleh dari UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung.


(53)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis kualitatif menunjukan bahwa 3 depo di kecamatan rajabasa mengandung bakteri Coliform dan Escherichia coli.

2. Kualitas 3 depo air minum kemasan isi ulang tergolong tidak baik dikarenakan banyak terdapat jumlah bakteri Coliform dan E. coli yang tidak sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/PER/IV/2010.

3. Dari uji morfologi diperoleh hasil yang sama dengan literatur bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (coccus basil).


(54)

60

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada penelitian selanjutnya perlu disarankan untuk :

1. Menggunakan metode selain analisis Spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang hidup.

2. Melakukan variasi waktu lebih berdekatan pada analisis Spektrofotometer UV-Vis.


(55)

61

DAFTAR PUSTAKA

Agustian.2009.Pertumbuhan Bakteri.

http://educorolla2.blogspot.com/2009/03/pertumbuhan-bakteri.html (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Andrews, J. M. 2008. BSAC standardized disc susceptibility testing method (version 7). Jurnal Antimicrob Chemother.56:60-76.

Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Cooper, G.M. and R. E. Hausman. 2007. An overview of cells and cell research. In The cell: A molecular Approach (4th Edition). Washington D.C. ASM Press, pp 3-42.

Day, Jr, R. A., and A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

Departmen Kesahatan RI. 2002. Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. PerMenkes RI No. 907/MenKes/SK/VII/2002. Departemen Kesehatan. Jakarta. Dwee, P. 2010. Bakteri Coliform Fekal.

http://www.bangkoyoy.com/2010/10/bakteri-coliform-fekal-coliform/, diakses pada tanggal 7 Maret 2013. Dwidjoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Dwiyana, D., dan Risco, B. Gobel, 2010, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.


(56)

62

Kacaribu, K. 2008. Kandungan Kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe) Dalam Air Minum Dari Depot Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit di Kota Medan. Tesis. FMIPA USU. Medan.

Kelly. 1951. Microbiology 2nd Edition. Appleeton Century-Crofts. New York. p 379-380

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta. Krisno, agus, 2011, Pertumbuhan Mikroba.

http://www.aguskrisno.blog.wordpress.com, (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Linsley, R. K dan Franzini, J. 1989. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan Djoko Sasongko. Erlangga. Jakarta.

Madigan M. T., J. M. Martinko and T. D. Brock. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta. UI Press.

Prawiro, H.1989. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satyawacana. Semarang. Prescott, L.M. 2002. Prescott-Harley-Klein: Microbiology 5th Edition. USA: The

McGrawth-Hill Companies.

Pitojo, S. dan E. Purwantoyo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Ungaran. Aneka Ilmu.

Purnomohadi, A. 2011. Potensi Antibakteri dan Analisis EmulsifikasiBiosurfaktan dari Isolat Bakteri Lokal. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Ruth, M. 2009. Escherichia coli Dalam Kehidupan Manusia. Journal BioTrends Vol 4(1), pp 12.

Sastrohamidjojo Hardjono .1985. Kromatografi. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Schlegel, H.G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press.

Singleton P and Sainsbury D. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. Wiley Interscience. New Jersey.


(57)

63

Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. Supardi dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi : Pengolahan dan Keamanan Pangan.

Jakarta.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.

Sutrisno, C. Totok dan Suciastuti, Eni. 2000. Teknologi Penyedian Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumarsih, Sri, 2003, Mikrobiologi Dasar, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Upn Veteran. Yogyakarta.

Suyono, 1993. Pengolahan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Alih bahasa oleh Soenarto Adisoemarto, Ph.D. Erlangga. Jakarta.

Yudhabuntara, doddi, 2003, Mikrobiologi.

www.geocities.com/kesmavetugm/pengendalia.doc, (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Yulianti, ON. 2009. Kajian Aktivitas Dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang, Dan Daun Tanaman Jarak Pagar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

W. Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.Gramedia Pustaka Utama. Bogor. Wirahadikusumah, M. 1985.Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat, Dan Lipid.

ITB. Bandung, pp 45.

Zuhri, S. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.


(1)

incubator selama variasi waktu berikut (T1= 24 jam, T2= 48 jam, T3= 72 jam). Lalu diukur sebanyak tiga kali pengulangan menggunakan Spektrofotometer dengan perbandingan variasi waktu yang sudah dijelaskan diawal , sehingga didapatkan absorbansi dari mikroba Coliform dan E. coli. Selanjutnya dilakukan cara yang sama untuk kontrol positif E. coli. Kontrol positif yang digunakan yaitu E.coli ATCC (American Type culture Collection) yang diperoleh dari UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis kualitatif menunjukan bahwa 3 depo di kecamatan rajabasa mengandung bakteri Coliform dan Escherichia coli.

2. Kualitas 3 depo air minum kemasan isi ulang tergolong tidak baik dikarenakan banyak terdapat jumlah bakteri Coliform dan E. coli yang tidak sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/PER/IV/2010.

3. Dari uji morfologi diperoleh hasil yang sama dengan literatur bahwa bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (coccus basil).


(3)

disarankan untuk :

1. Menggunakan metode selain analisis Spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang hidup.

2. Melakukan variasi waktu lebih berdekatan pada analisis Spektrofotometer UV-Vis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian.2009.Pertumbuhan Bakteri.

http://educorolla2.blogspot.com/2009/03/pertumbuhan-bakteri.html (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Andrews, J. M. 2008. BSAC standardized disc susceptibility testing method (version 7). Jurnal Antimicrob Chemother.56:60-76.

Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Cooper, G.M. and R. E. Hausman. 2007. An overview of cells and cell research. In The cell: A molecular Approach (4th Edition). Washington D.C. ASM Press, pp 3-42.

Day, Jr, R. A., and A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

Departmen Kesahatan RI. 2002. Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. PerMenkes RI No. 907/MenKes/SK/VII/2002. Departemen Kesehatan. Jakarta. Dwee, P. 2010. Bakteri Coliform Fekal.

http://www.bangkoyoy.com/2010/10/bakteri-coliform-fekal-coliform/, diakses pada tanggal 7 Maret 2013. Dwidjoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Dwiyana, D., dan Risco, B. Gobel, 2010, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.


(5)

380

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta. Krisno, agus, 2011, Pertumbuhan Mikroba.

http://www.aguskrisno.blog.wordpress.com, (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Linsley, R. K dan Franzini, J. 1989. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan Djoko Sasongko. Erlangga. Jakarta.

Madigan M. T., J. M. Martinko and T. D. Brock. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta. UI Press.

Prawiro, H.1989. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satyawacana. Semarang. Prescott, L.M. 2002. Prescott-Harley-Klein: Microbiology 5th Edition. USA: The

McGrawth-Hill Companies.

Pitojo, S. dan E. Purwantoyo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Ungaran. Aneka Ilmu.

Purnomohadi, A. 2011. Potensi Antibakteri dan Analisis EmulsifikasiBiosurfaktan dari Isolat Bakteri Lokal. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Ruth, M. 2009. Escherichia coli Dalam Kehidupan Manusia. Journal BioTrends Vol 4(1), pp 12.

Sastrohamidjojo Hardjono .1985. Kromatografi. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Schlegel, H.G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press.

Singleton P and Sainsbury D. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. Wiley Interscience. New Jersey.


(6)

Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Supardi dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi : Pengolahan dan Keamanan Pangan. Jakarta.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.

Sutrisno, C. Totok dan Suciastuti, Eni. 2000. Teknologi Penyedian Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumarsih, Sri, 2003, Mikrobiologi Dasar, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Upn Veteran. Yogyakarta.

Suyono, 1993. Pengolahan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Alih bahasa oleh Soenarto Adisoemarto, Ph.D. Erlangga. Jakarta.

Yudhabuntara, doddi, 2003, Mikrobiologi.

www.geocities.com/kesmavetugm/pengendalia.doc, (diakses pada tanggal 10 maret 2013).

Yulianti, ON. 2009. Kajian Aktivitas Dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang, Dan Daun Tanaman Jarak Pagar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

W. Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.Gramedia Pustaka Utama. Bogor. Wirahadikusumah, M. 1985.Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat, Dan Lipid.

ITB. Bandung, pp 45.

Zuhri, S. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.