Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Minum
Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan,
melalui proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat
langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/
2010). Sedangkan

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud
dengan air minum adalah sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu

dan aman untuk diminum oleh masyarakat.
Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap harinya, volume
rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter /3540 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Berdasarkan WHO pada negaranegara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari,
sedangkan pada negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter
per hari (Mubarak, 2009).
2.1.1 Sumber Air Minum
Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air
yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

8
Universitas Sumatera Utara

9

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang
dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK)
maupun depot air minum. Selain itu, air tanah dangkal dari sumur-sumur gali
atau pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah
dimasak terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk langsung
diminum, sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu disaring, atau
melakukan flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya zaman, untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat beralih pada air
minum isi ulang. Harganya yang murah dan sifatnya yang praktis karena tanpa
harus dimasak lagi, membuat air minum isi ulang telah banyak diminati
masyarakat (Depkes RI, 2006).
Sumber air minum harus dijaga agar tidak tercemar kotoran manusia yang
merupakan sumber patogen penyebab penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan
sebagai air minum, air harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan
harus diketahui asal sumber airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan
terhadap air baku berasal dari sumber air tersebut (Soedarto,2013).


Universitas Sumatera Utara

10

2.1.2 Jenis Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jenis air minum
meliputi :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air
minum.
Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun) dan
harus memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di
Indonesia standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi parameter fisika,
mikrobiologi, kimiawi dan radioaktivitas (Mulia,2005).
2.1.3 Syarat Kualitas Air Minum

Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi
syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab air
baku belum tentu memenuhi standar air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

11

1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu: tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara
maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)
b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman
Escherichia coli dan total bakteri coliform, sebab keberadaan bakteri
Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam


air. Standar kandungan Escherichia coli dan total bakteri coliform dalam
air minum 0 per 100 ml sampel.
2. Parameter Tambahan
a . Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan-bahan
kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang
batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan
bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α
melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l.
2.1.4 Manfaat Air Minum
Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total
tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya

Universitas Sumatera Utara

12


hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus,
apabila kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita
kehilangan 10-15% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia
dapat hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas,
ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya
satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan
kematian (Moeller, 2005).
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,
dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Beberapa
organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain: otak 74,5%, dan
tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6 %, dan darah 83%. Di dalam tubuh manusia
air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh,
Oksigen juga dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah
yang ada di sekitar alveoli. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan
cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga transportasi
zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memengang peranan penting
dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005).
2.2 Depot Air Minum
2.2.1 Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses pengolahan
air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada
konsumen (Permenkes RI, 2014). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus

Universitas Sumatera Utara

13

mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun
mikrobiologi.
Depot air minum harus menjamin standar baku mutu atau persyaratan
kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta
memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum
(Permenkes RI, 2014).
2.2.2 Peralatan Depot Air Minum
Menurut Purba (2011), alat yang digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat
menampung air sebanyak 3000 liter

2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat
storage tank kedalam tabung filter
3. Tabung Filter
Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring
partikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang
efektif dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

Universitas Sumatera Utara

14

c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter
merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik.
4. Mikro Filter
Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang

berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron,
1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air
minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi
ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah
diolah.
7. Galon isi ulang

Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau
menyimpan air minum didalamnya.
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.
2.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan
proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara

15

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).
Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas
dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus
diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat

mencemari air.Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan
desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.
Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili
untuk diperiksa terhadap standart mutu yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan
fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-

Universitas Sumatera Utara

16

partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica
(SiO2) minimal 80%.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.
2.2.4 Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih
tersisa dalam proses, terutama ditujukan kepada mikroorganisme patogen.
Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki
atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan
residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06-0,1 ppm. Tindakan

desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran
Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537°A

dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm².
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl
carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk
digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di

Universitas Sumatera Utara

17

sanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang
mengandung ozon).
Bilamana

dilakukan

pencucian

maka

harus

dilakukan

dengan

menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air
bersih dengan suhu berkisar 60-85°C, kemudian dibilas dengan air
minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa
deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis
c. Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen
atau yang disediakan oleh depot air minum.
2.2.5. Proses Desinfeksi pada depot Air Minum
Proses pengolahan air minum di depot-depot air minum isi ulang yang saat
ini beredar di masyarakat terdiri dari proses ozonisasi, proses ultraviolet
(UV),dan proses reversed osmosis (RO).
1. Ozonisasi
Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan
kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan, ozon merupakan bahan sanitasi
air yang efektif disamping sangat aman (Sembiring, 2008).

Universitas Sumatera Utara

18

Proses ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan
dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah
menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air.
Segala macam makluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba-tiba akan
berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel mereka
menjadi rusak dan mati.
Daya rusak ozon terhadap kandungan makluk hidup mikro dalam air ini
tentunya tergantung dari daya kelarutan ozon dalam air tersebut, yang tentunya
tergantung dari kandungan oksigen dalam air tersebut karena pada dasarnya
ozon hanya „menempati‟ tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen
karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam
tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses
pemberian sinar ultraviolet kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan
mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air (Pitoyo, 2005).
2. Ultraviolet (UV)
Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba
yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui
tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh
oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu
ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan
intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro Watt per sentimeter persegi).

Universitas Sumatera Utara

19

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila
intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses
penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu ultraviolet (UV) harus
dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang
akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk
menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika
konsentrasinya cukup tinggi (Sembiring, 2008).
3. Reversed Osmosis (RO)

Menurut Syafran (dalam Sembiring, 2008) Reversed Osmosis (RO) adalah
suatu proses pemurnian air melalui membran semipermeabel dengan tekanan
tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala
molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak
dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.
Membran reversed osmosis menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya
lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut).
Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun
virus.
Secara singkat, analogi proses R.O adalah sebagai berikut : air yang akan
disaring ditekan dengan tekanan tinggi melewati membran semipermeable
sehingga yang menembus hanya air murni sedang kandungan cemaran yang
semakin tinggi kemudian dialirkan keluar atau dibuang. Inilah istimewanya apa
yang disebut sebagai membran semipermeable,yang secara alami memiliki sifat

Universitas Sumatera Utara

20

seolah-olah menyeragamkan konsentrasi larutan air yang berbeda-beda. Sitem
pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah.
Air baku yang buruk, seperti kandungan khlorida dan TDS yang tinggi,
membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat
diturunkan atau dihilangkan (Pitoyo, 2005).
2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Higiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan, faktor resiko
terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah
terhadap air minum agar aman dikonsumsi.
Berdasarkan Permenkes R.I No.43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi
Depot Air Minum (DAM) meliputi :
1. Tempat
- Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit.
- Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
- Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai.
- Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan
cerah.
- Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak
menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai
ketinggian cukup.

Universitas Sumatera Utara

21

- Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,
pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen
- Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar
secara merata.
- Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.
- Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan/aktivitas.
- Memiliki akses kamar mandi dan jamban.
- Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan
tertutup.
- Terdapat tempat sampah yang tertutup .
- Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun Bebas
dari tikus, lalat dan kecoa.
2. Peralatan
- Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan.
- Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak
kadaluarsa.
- Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.
- Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan.
- Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada
konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam.
- Melakukan sistem

pencucian terbalik (back washing) secara berkala

mengganti tabung macro filter.

Universitas Sumatera Utara

22

- Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang.
- Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi dan
atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara
benar .
- Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon).
- Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup.
- Tersedia tutup botol baru yang bersih.
3. Penjamah
- Sehat dan bebas dari penyakit menular.
- Tidak menjadi pembawa kuman penyakit.
- Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani konsumen.
- Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap melayani
konsumen.
- Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi.
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu) kali
dalam setahun.
- Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah mengikuti
kursus higiene sanitasi depot air minum.
4. Air Baku dan Air Minum
- Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar
Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan pasok air baku.
- Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zatzat beracun ke dalam air/harus tara pangan.

Universitas Sumatera Utara

23

- Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air .
- Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum dan
selama perjalanan dilakukan desinfeksi.
- Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik,
mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum.
2.4 Personal Higiene Operator Depot Air Minum
Kata hygiene digunakan untuk menggambarkan aplikasi prinsip sanitasi
untuk menjaga kebersihan. Higiene perorangan mengacu pada kebersihan tubuh
seseorang. Kesehatan pekerja memiliki peranan penting dalam sanitasi depot air
minum. Karyawan merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang
potensial untuk menyebabkan penyakit (Prihartini, 2012).
Proses pengolahan air di Depot Air Minum (DAM) yang tidak seluruhnya
dilakukan secara otomatis dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan.
Langkah yang tidak dilakukan secara otomatis adalah pembersihan galon air dan
proses pengisian air ke dalam galon. Pada proses ini, air mengalami kontak
langsung dengan pekerja (Athena,2004).
Karyawan yang berhubungan langsung dengan bagian produksi harus
dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga
dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum. Karyawan bagian
produks ( pengisian ) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan
sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan
pekerjaan, terutama saat penanganan wadah dan pengisian ( Prihatini, 2012).

Universitas Sumatera Utara

24

Pekerja yang tidak mengikuti praktik saniter akan mengkontaminasi
makanan yang mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik yang berasal
dari cara kerja dan bagian lingkungan lain. Tangan, hidung, dan rambut
mengandung mikroorganisme yang dapat dipindahkan ke dalam produk selama
pemrosesan,pengepakan, persiapan, dan pelayanan lewat sentuhan, pernafasan,
batuk atau bersin (Gravani dan Marriot, dalam Prihatini,2012).
2.5 Regulasi Perdagangan Depot Air Minum
Regulasi perdagangan menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air
Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang meliputi :
1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda
Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)
2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air Baku dari
PDAM atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air dari
Instansi yang berwenang.
3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang
dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk
Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
2.6 Penyakit- Penyakit yang Ditularkan Melalui Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
Manusia, bergantung pada karakteristik sumber air dan pemakaiannya, air dapat
menimbulkan penyakit dalam masyarakat. Terdapat empat jalur transmisi infeksi
yang terkait dengan air, yaitu (Purwana, 2013):

Universitas Sumatera Utara

25

1. Transmisi Infeksi Bawaan Air (Water borne)
Transmisi terjadi karena sumber air tercemar kuman patogen dan air
menghantar kuman patogen ke dalam tubuh melalui mulut sehingga terjadi
infeksi. Wahana penghantar kuman patogen ini bisa dalam bentuk air minum,
minuman, makanan, atau alat-alat makan yang terkena air tercemar tersebut.
Dalam hal ini air berlaku sebagai sarana mekanik penghantar kuman patogen ke
dalam tubuh manusia sehingga terjadi infeksi atau kuman masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh.
Cara transmisi ini termasuk kategori faeces-oral (oro-fecal) yaitu infeksi
kuman patogen yang dihantarkan dari tinja lalu tertelan ke dalam mulut. Tinja
mengandung Kuman patogen yang dapat ditularkan melalui air minum seperti
bakteri patogen, virus, dan parasit. Contoh penyakit yang ditularkan melalui
mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan
poliomielitis.
2. Transmisi Infeksi Bilasan Air (Water-washed)
Transmisi infeksi bilasan air ini timbul akibat kurangnya atau langkanya
air bersih dan aman untuk higiene terutama higiene perorangan. Pada
mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
Penularan penyakit lebih ditentukan oleh kuantitas tersedianya air
bersih yang aman untuk keperluan kebersihan.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Transmisi Infeksi Berbasis Air (Water-Based)
Mekanisme transmisi infeksi terjadi jika manusia kontak langsung dengan
air yang menjadi basis penularan.Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme
ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya
Skistosomiasis dan penyakit akibat Dracumculus medimensis.
4.

Transmisi Infeksi oleh Vektor Insekta yang Terkait Air (Water-related
insect Vector)

Transmisi ini terjadi karena agen penyakit ditularkan melalui gigitan
serangga yang berkembang biak di dalam air. Air yang merupakan salah satu
unsur alam yang harus ada dalam lingkungan manusia akan merupakan media
yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit infeksi vektor
yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue, filariasis, malaria, dan
demam kuning.
2.7 Kualitas Bakteriologi dalam Air Minum
Air tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit seperti kuman
typus, kolera disentri, gastroenteritis, dan telur cacing. Secara teknis ada
tidaknya kuman patogen atau parasit dalam air menggunakan indikator Most
Probable Number (MPN) atau perkiraan terdekat jumlah coliform per 100 ml

contoh air. Coliform dan total coliform dalam air minum harus nol.Terdapatnya
bakteri coliform dalam air minum dapat dijadian indikator bahwa air telah
mengalami pencemaran terutama oleh kotoran manusia atau hewan berdarah
panas (Sarudji, 2010).

Universitas Sumatera Utara

27

Menurut Sarudji (2010), ada beberapa alasan memilih kuman Escherichia
coli dan coliform menjadi indikator pencemaran mikrobiologi :

1. Lebih tahan dibandingkan kuman usus patogen
Karena lebih tahan dibanding dengan bakteri usus lainnya, maka dapat
dipastikan bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila kuman
Escherichia coli tidak ditemuan dalam pemeriksaan air.

2. Banyak dijumpai pada air kotor, kotoran manusia atau binatang berdarah
panas.
3. Bakteri E.coli dikelurkan dalam jumlah besar bersama feaces
4. Relatif mudah untuk diidentifikasi dan tidak memerlukan waktu yang
lama untuk identifikasinya.
2.8 Bakteri coliform
Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk
batang, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Pada kondisi aerob, bakteri
ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen,
metabolisme bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah
laktosa menjadi asam organik dan gas dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 35ºC
(Suriawira 1996).
Bakteri coliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media
agar sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung,
permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009).
Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu non fecal dan fecal
coliform. Contoh dari tipe non fecal coliform adalah enterobacter dan klebsiella.

Universitas Sumatera Utara

28

Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman
yang telah mati. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit
saluran pernafasan. Contoh dari tipe fecal coliform adalah bakteri Escherechia
coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tipe dari

bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan
(Artianto, 2009).
Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai

indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air, jadi
adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih
tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari
usus manusia.
Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml.
Bakteri coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Semakin tinggi
tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran
bakteri patogen lainnya (Fardiaz 1993).
Keberadan coliform lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau
sanitasi yang tidak memadai dan keberadaannya dalam jumlah tinggi dalam air
minum menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella, Shigella
dan Staphylococcus.
Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri golongan
coliform, hal ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan higiene perorangan

yang melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara

Universitas Sumatera Utara

29

berkembang disebabkan oleh kontaminasi. Kontaminasi silang dapat disebabkan
penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan yang tercemar, serta penjamah
yang tidak menjaga kebersihan diri
2.9 Escherichia coli
2.9.1 Defenisi Escherichia coli
E.coli merupakan flora normal di dalam intestin. Bakteri enterik yang

lain (spesies proteus,enterobacter, dan klebsiella) juga ditemukan sebagai
anggota flora normal dalam usus tetapi jarang dibandingkan dengan E.coli.
E.coli lebih sering digunakan sebagai objek penelitian ilmiah dibandingkan

mikroorganisme yang lain ( Jawetz, 2007).
E.coli adalah basil berbentu batang pendek (0,004-0,005) tanpa kapsul atau

spora tetapi memiliki flagel sehingga dapat bergerak. E.coli bersifat patogen
pada manusia, sebagian besar strain E.coli adalah flora usus normal
nonpatogenik, strain-strain lain bersifat patogenik dengan faktor virulensi dan
efek yang berbeda-beda. E.coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yang
merupakan infeksi terbanyak (80%), gastroenteritis dan meningitis pada bayi
(Hawley, 2003).
2.9.2 Morfologi Dan Struktur Antigen
Ciri khas Escherichia coli adalah mampu memfermentasi laktosa sehingga
menghasilkan koloni berwarna merah muda pada agar Mac-Conkey yang
menunjukkan bahwa basil bersifat nonpatogen di dalam intestin. E.coli dan
sebagian besar bakteri enterik yang lain membentuk koloni bulat, cembung serta
lembut dengan tepi yang berbeda (Elliott, 2013).

Universitas Sumatera Utara

30

Escherichia

coli

memiliki

struktur

antigenik

yang

kompleks

diklasifikasikan lebih dari 150 antigen somatis O yang tahan panas
(lipopolisakarida) yang berbeda, lebih dati 100 antigen K (kapsular) yang tidak
tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flageller). Antigen K merupakan
bagian luar dari antigen O tetapi tidak pada semua enterobacteriaceae. Beberapa
antigen K adalah polisakarida, termasuk antigen K dari E.coli (Jawetz, 2007).
Antigen K dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O dan
mereka

dapat

dihubungkan

dengan

virulensi

misalnya,

strain

E.coli

memproduksi antigen K1 yang merupakan penyebab utama pada meningitis
neonatal, dan antigen K dari E.coli menyebabkan pelekatan bakteri pada sel
epitelial yang memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau infeksi
saluran kemih (Jawetz, 2007).
Antigen H terletak pada flagella dan didenaturasi atau dihilangkan oleh
panas atau alkohol. Antigen H mengadakan aglutinasi dengan antibodi H,
biasanya Ig G. Penentu dalam antigen H merupakan fungsi dari rangkaian asam
amino pada protein flagella, antigen H pada permukaan bakteri dapat
mempengaruhi aglutinasi oleh antibodi anti O (Jawetz, 2007).
2.9.3 Klasifikasi Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya
1. Enteropathogenic E. coli (EPEC)
Enteropathogenic E. coli (EPEC ) menyebabkan gastroenteritis akut

pada bayi yang baru lahir sampai berumur 2 tahun, khususnya terjadi di
negara berkembang. EPEC melekat dan kualitas menginfeksi sel mukosa

Universitas Sumatera Utara

31

usus kecil. Kolonisasi bakteri ini pada usus kecil dapat menyebabkan diare
(Pelczar, 2005).
2. Enteroinvasive E. coli (EIEC)
Serotipe E. coli jenis ini ditemukan sebagai penyebab diare pada anakanak yang lebih besar dan juga penyebab diare pada orang dewasa. Mereka
ini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis
yang mirip dengan sindrom yang disebabkan oleh Shigella (Pelczar, 2005).
3. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) memproduksi toksin LT dan toksin

ST. Toksin ini bekerja pada eritrosit untuk menstimulasi sekresi cairan,
menyebabkan terjadinya diare. E.coli yang memiliki enterotoksinenterotoksin ini berhubugan dengan traveller’s diarrhoea (diare yang terjadi
pada pelancong) : penyakit diare yang singkat (Gillespie, 2008).
4. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)
Strain ini memproduksi verotoksin yang dinamakan demikian karena
aktivitasnya pada sel vero in vitro. Diare berdarah berdarah yang
disebabkannya dapat dipersulit oleh hemolisis dan gagal ginjal akut.
Organisme ini komensal pada sapi dan ditransmisikan ke manusia
melalui buruknya higiene sanitasi ditempat pemotongan hewan dan tempat
produksi makanan (Gillespie, 2008).
5. Enteroaggretive E. coli (EAEC)
Serotipe jenis ini menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat
di negara berkembang. EAEC digolongkan berdasarkan bentuk dan

Universitas Sumatera Utara

32

perlekatan pada sel manusia. EAEC Bisa menyebabkan diare akut dan
kronis pada anak- anak (Jawetz, 2007).
2.9.4 Penyakit- Penyakit yang disebabkan oleh E.coli
Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri
Escherichia coli adalah :

1. Diare
Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare

pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat erat pada sel
mukosa usus kecil, menyebabkan penggundulan dari mikrovilli. Infeksi
EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun kronis.
Durasi dari diare oleh EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat
disembuhkan dengan pemberian antibiotika (Jawetz, 2007).
2. Infeksi Saluran kemih
Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling

sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda.
Gejala dan tanda- tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria,
dan piuria. Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian
atas (Jawetz, 2007).
3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat
memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat
sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki

Universitas Sumatera Utara

33

antibodi

IgM.

Sepsis

dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih

(Jawetz, 2007).
4. Meningitis dan abses otak
Escherichia coli merupakan penyebab meningitis neonatal yang

penting dan berhubungan dengan mortalitas yang tinggi. Strain sering kali
mengekspresikan antigen kapsular K1 dalam jumlah besar. Meningitis juga
dapat terjadi setelah prosedur bedah syaraf, terutama jika dilakukan
pemasangan alat prostetik (Gillespie,2008).
2.10 Perilaku Penjamah Depot Air minum
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar.
Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas
seseorang yang bersama antara faktor eksternal dan internal.
Menurut Lawrence Green Prilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :
1.

Faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain ini mencakup pengetahuan masyarakat, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin
Faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan
mencakup keahlian, sumber daya, dan hambatan yang membantu atau
mencegah perilaku yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

34

3. Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan
baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait kesehatan.
2.10.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan

kepercayaan dan

penerangan-penerangan yang keliru. (Soekanto dalam Mubarak, 2007). Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku terjadi akibat adanya paksaan atau
peraturan yang mengharuskan untuk berbuat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Menurut Mubarak (2007) faktor-faktor

yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal yang mereka dapat pahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan
pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
2. Pekerja, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengatahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara

35

3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek pada fisik dan psikologi (mental) yang semakin matang dan dewasa.
4. Minat, Minat seseorang menjadikan seseorang untuk mencoba atau
menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
5. Pengalaman, jika pengalaman obyek menyenangkan maka secara psikologis
akan timbul sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan

lingkungan

sekitar,

kebudayaan

dimana

kita

hidup

mempengaruhi terhadap perubahan sikap kita.
7. Informasi, kemudahan memperoleh suatu informasi akan membantu
mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan yang baik tentang higiene
sanitasi depot air minum sangat dibutuhkan agar responden menerapkan cara
produksi yang baik, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh beredarnya air
minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
(Purba, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian terkait higiene sanitasi depot air minum
diperoleh kategori tingkat pendidikan operator air minum isi ulang (AMIU)
beragam, mulai dari sekolah dasar hingga akademi/ perguruan tinggi, namun
presentasi

terbanyak

adalah

SLTA/SMA.

Setelah

dikategorikan

tingkat

pendidikan pengisi air minum isi ulang terbanyak berpendidikan menengah keatas

Universitas Sumatera Utara

36

yang memiliki perilaku baik lebih banyak dibandingkan dnegan kelompok
responden berpendidikan dasar. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan
semakin berpendidikan tinggi semakin berperilaku baik (Nursania dalam
Prihatini, 2012).
2.10.2 Sikap
Sikap adalah kepercayaan/ pendapat seseorang tentang apa yang akan terjadi
bila ia berperilaku (Edberg, 2009).Menurut sarwono dalam maulana (2009) sikap
merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi
atau objek tertentu. Sikap mengundang suatu penilaian emosional atau afektif
(senang, benci Sedih) dan kognifi (pengetahuan tentang suatu objek) dan konatif
(kecenderungan bertindak).
Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan

sikap

seseorang.

Sebab,

seringkali

terjadi

seseorang

memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang
dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono dalam Maulana
2009). Sikap harus diiringi dengan niat untuk merubah perilaku, percaya bahwa
ada hal positif atau berharga untuk mengubah perilaku tersebut, dan percaya
mampu melakukan perubahan tersebut (Edberg, 2009).
Penjamah depot air minum dalam bekerja tidak semuanya bersikap higiene
sanitasi setiap melayani konsumen. Penjamah mampu mengubah sikapnya
menjadi positif setelah diberikan intervensi dipengaruhi oleh pemberian informasi

Universitas Sumatera Utara

37

tentang pentingnya melaksanakan prinsip-prinsip higienitas dan melakukan
praktek mengenai higiene sanitasi (Prihatini, 2012).
Sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal maupun informal yang
diperoleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika
seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Berdasarkan hasil
penelitian terkait penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum diperoleh
hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap bahwa responden yang
berpengetahuan sedang, sebagian besar responden memiliki sikap yang baik. Hal
ini bisa saja terjadi karena dalam bentuk, sikap sulit untuk dinilai maupun diukur
Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang
bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka
atau tidak suka, setuju atau tidak setuju (Purba, 2011)
2.10.3 Tindakan
Tindakan (Practice) adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah adanya fasilitas (Maulana, 2009).
Pelaksanaan Higiene Sanitasi Depot dapat terwujud apabila tersedia fasilitas
sanitasi diruangan kerja untuk mendukung kebersihan perorangan menggunakan
air, sabun dan handuk pengering dan adanya kesadaran penjamah untuk selalu
berperilaku higiene sanitasi setiap melayani konsumen (Prihatini, 2012)
Dinas kesehatan kabupaten/kota juga mempunyai peranan penting untuk
melakukan penilaian pemenuhan persyaratan teknisi usaha depot air minum

Universitas Sumatera Utara

38

(DAM). Dinas kesehatan kota harus membuat suatu tindakan kepada setiap
pengusaha depot air minum untuk wajib mempunyai Sertifikat Higiene Sanitasi
sebagai salah satu syarat yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.43
Tahun 2014.
Dinas Kabupaten /Kota perlu melakuan pelatihan laik higiene sanitasi bagi
pengelola dan tenaga Penjamah Depot Air Minum untuk menambah pengetahuan
Pengelola dan penjamah pentingnya berperilaku higiene sanitasi untuk melindungi
masyarakat dari resiko penyakit akibat mengkonsumsi air minum yang berasal
dari Depot Air Minum (DAM) yang tidak memenuhi standar baku mutu dan
persyaratan higiene sanitasi.
2.11 Kerangka Konsep
Higiene Sanitasi Depot Air
Minum
1.

Tempat

2.

Peralatan

3.

Penjamah

4.

Pemeriksaan Mikrobiologi

Air Baku dan

1. E.coli

Air Minum

2. coliform

Ada
Tidak ada

Perilaku Pemilik Depot
1.

Pengetahuan

2.

Sikap

3.

Tindakan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penentuan Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang Dan Air Bersih Dari Sumur Bor Secara Titrimetris Di Laboratorium Dinas Kesehatan Medan

4 55 57

ANALISIS CEMARAN MIKROBA Coliform dan Escherichia coli PADA DEPO AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN RAJABASA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

1 23 57

Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

0 14 97

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

0 9 175

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

1 1 15

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

0 0 2

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

0 0 7

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

0 0 3

Higiene Sanitasi Depot dan Analisis Cemaran Mikroba coliform Dan E.coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

0 0 57

UJI CEMARAN MIKROBA PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG YANG ADA DI KECAMATAN KEMBARAN

0 1 16