Data Hasil Survey Perhitungan Panas Jatuh

BAB III PENGUMPULAN DATA

3.1. Data Hasil Survey

Untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini, maka dilakukan survey studi ke PT. Growth Sumatra Industry. Ltd, yang dalam memenuhi kebutuhan energi listriknya menggunakan turbin uap sebagai penggerak mula generator listrik. Dari survey tersebut diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan. Data Turbin : 1. Diameter turbin d : 850 mm 2. Sudut masuk uap ke turbin α 1 : 20° 3. Pemasukan uap parsial ε : 0,27 4. Tekanan uap masuk P 3 : 20 bar 5. Suhu uap masuk T 3 : 260 °C 6. Tekanan uap bekas turbin P 4 : 3 bar 7. Kualitas uap x : 0,93 Tinggi Nosel dan Sudu Gerak Dimana ukuran nosel dan sudu yang digunakan mempunyai ukuran- ukuran sebagai berikut : Tinggi sisi masuk sudu gerak baris pertama L 1 ’ = 14 mm Tinggi sisi keluar sudu gerak baris pertama L 1 ’’ = 17 mm Tinggi sisi masuk sudu pengarah Lgb’ = 19 mm Tinggi sisi keluar sudu pengarah Lgb’’ = 22 mm Tinggi sudu gerak baris kedua L 2 = 27 mm Berikut ini merupakan gambar penampang nosel, sudu gerak, dan sudu pengarah untuk tingkat pengaturan : Universitas Sumatera Utara Lebar sudu gerak dan sudu pengarah b = 40 mm Jari-jari busur dari profil sudu baris pertama R 1 = 21 mm Jari-jari busur dari profil sudu pengarah Rgb = 23 mm Jari-jari busur dari profil sudu baris kedua R 2 = 33 mm Jarak bagi sudu-sudu gerak baris pertama t 1 = 27 mm Jarak bagi sudu-sudu pengarah tgb = 23 mm Jarak bagi sudu-sudu gerak baris kedua t 2 = 21 mm Jumlah nosel Zn = 50 buah Jumlah sudu pada sudu gerak baris pertama Z 1 = 98 buah Jumlah sudu pada sudu pengarah Zgb = 117 buah Jumlah sudu pada sudu gerak baris kedua Z 2 = 128 buah Berikut ini merupakan gambar penampang profil sudu gerak dengan jarak bagi antara sudu :

3.2. Perhitungan

Untuk mendapatkan besarnya gaya tangensial dan daya mekanis yang dihasilkan turbin maka ditentukan terlebih dahulu variable-variabel berikut :

a. Panas Jatuh

Untuk menghitung berapa besar panas jatuh uap pada turbin maka kondisi uap harus diketahui, salah satu cara untuk mengetahui keadaan atau kondisi dari uap biasaanya digunakan diagram mollier, seperti pada gambar berikut ini. Dalam hal ini daikan kehilangan tekanan pada katub pengatur sebesar 5 dari tekanan suplay, sehingga tekanan sebelum memasuki nosel akan menjadi P 3 = 0,95. 20 bar = 19 bar Sehingga Pada tekanan uap masuk P 3 = 20 bar dan temperatur 260 °C dan tekanan uap keluar turbin P 4 = 3 bar, diperoleh kondisi uap dari diagram mollier sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara io = 2930,9 Kjkg i 1t = 2554,07 Kjkg i’ 1t = 2572,91 Kjkg Memasuki nosel akan menjadi : P’ 3 = 0,95. 20 bar = 19 bar Sehingga penurunan kalor teoritis H = Δh = io – i 1 t = 2930,9 – 2554,07 kJk = 376,86 kJkg Sedangkan Penurunan kalor yang terjadi pada nosel ditentukan dari persamaan: H ’ = Δh’ = io – i’ 1t = 2930,9 – 2572,91 kJkg = 357,99 kJkg Gambar 3.1. Diagram Mollier Untuk Proses Penurunan Kalor Pada Turbin Universitas Sumatera Utara

3.3. Perhitungan Kecepatan Aliran Uap Pada Sudu-sudu Turbin