Observasi Partisipatif Wawancara Langkah Penelitian

B. Langkah Penelitian

Tahap penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap validitas instrumen, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap penyusunan laporan. Tahap pertama yaitu tahap perencanaan. Tahap perencanaan dimulai dengan mencari sekolah untuk dijadikan tempat penelitian dan mencari masalah yang terdapat dalam sekolah tersebut kemudian dilanjutkan dengan mencari permasalahan dalam beberapa jurnal internasional yang sesuai dengan masalah yang terdapat di sekolah tersebut untuk dijadikan pemicu masalah. Setelah pemicu masalah ditemukan, kemudian melakukan wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah untuk menentukan subyek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Selanjutnya, melakukan penyusunan instrumen pendukung penelitian yang akan digunakan dan penyusunan kisi- kisi wawancara. Instrumen pendukung dalam penelitian ini berupa soal pengurangan bilangan pecahan sebanyak 42 soal berbentuk uraian. Tahap kedua yaitu validitas instrumen dimana instrumen soal yang telah dibuat sebelumnya kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan validitas konstruksi melalui expert judgement. Pengujian validitas instrumen dilakukan oleh guru kelas IV SD N 02 Pulutan. Tahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan penelitian. Tahap ini berisi tentang pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi yang merupakan gabungan dari observasi partisipatif, wawancara klinis, dan dokumentasi sekaligus. Pelaksanaan penelitian dilakukan dirumah tiap subyek penelitian. Tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Data yang diperoleh selama penelitian, kemudian dianalisis menggunakan 4 tahap yaitu data collection, data reduction, data display, dan conclution drawing verification. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap kegiatan penulisan laporan berisi tentang simpulan penafsiran pemikiran siswa berupa skim-skim pengurangan bilangan pecahan. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi Sugiyono, 2010.

1. Observasi Partisipatif

Observasi dapat diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian Hadi dkk, 2005. Faisal dalam Sugiyono 2008 mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipatif, observasi terus terang atau tersamar, dan observasi yang tak terstruktur. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, yaitu suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan cara ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi Hadi dkk, 2005. Observasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang seakurat mungkin. Dalam observasi ini, peneliti terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan subyek penelitian dan ikut merasakan suka dukanya. Observasi dilakukan selama siswa mengerjakan soal pengurangan bilangan pecahan yang diberikan, serta ketika siswa menjawab setiap pertanyaan dalam wawancara. Hasil observasi kemudian didokumentasikan dan untuk beberapa hal yang penting terkait penelitian dicatat untuk menambah keakuratan penelitian. Kegiatan observasi dilakukan di rumah tiap subyek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pernyataan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan dan sumber informasi, sehingga pencari informasi harus mampu menciptakan hubungan baik dengan sumber informasi atau mengadakan rapport, yaitu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa sumber informasi bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan yang sebenarnya Hadi dkk, 2005. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara klinis berdasarkan model dari Piaget. Wawancara klinis memungkinkan untuk mengenal pasti konsepsi siswa terhadap aspek matematik tertentu dari kacamata siswa sendiri. Teknik wawancara klinis melibatkan tiga komponen yaitu pemerhatian, penyoalan, dan penilaian. Dalam konteks mengenal pasti skim siswa, pewawancara tidak memberi tekanan apakah soal yang diberikan dijawab dengan betul atau tidak, tetapi lebih melihat bagaimana subjek mempunyai pemikiran atas soal yang diberikan tersebut sehingga memperoleh jawabannya Sutriyono, 2012. Wawancara klinis dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan wawancara selama kurang lebih 50 hingga 60 menit. Wawancara pertama berkaitan dengan gambaran mental tentang bilangan pecahan, perwakilan bilangan pecahan, dan membandingkan dua bilangan pecahan. Wawancara kedua bertujuan untuk mengetahui penafsiran siswa tentang pengurangan bilangan pecahan berupa pengurangan bilangan asli dengan pecahan biasa, pecahan biasa dengan pecahan biasa berpenyebut sama, pecahan biasa dengan pecahan biasa berpenyebut beda, pengurangan bilangan asli dengan pecahan campuran, pecahan campuran dengan pecahan campuran berpenyebut sama, pecahan campuran dengan pecahan campuran berpenyebut berbeda, pengurangan pecahan campuran dengan pecahan biasa berpenyebut sama, pengurangan pecahan campuran dengan pecahan biasa berpenyebut berbeda, serta soal cerita terkait. Wawancara ketiga bertujuan untuk mengetahui penafsiran siswa dalam menentukan bilangan pengurang apabila diketahui bilangan terkurang dan hasil pengurangan serta soal cerita terkait. Wawancara keempat bertujuan untuk mengetahui penafsiran siswa dalam menentukan bilangan terkurang apabila diketahui bilangan pengurang dan hasil pengurangan serta soal cerita terkait. Tabel 2 Kisi-Kisi Wawancara Klinis Fokus Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Aspek yang Diteliti Indikator Skim Pengurangan Bilangan Pecahan Penafsiran siswa dalam melakukan operasi pengurangan bilangan pecahan Penafsiran siswa tentang bilangan pecahan - Menjelaskan makna bilangan pecahan dengan cara sendiri - Membandingkan dua bilangan pecahan Penafsiran siswa dalam menentukan hasil pengurangan apabila diketahui bilangan terkurang dan bilangan pengurang Proses berpikir siswa mengenai penyelesaian soal berbentuk a. b. c. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pengurangan bilangan pecahan apabila diketahui bilangan terkurang dan bilangan pengurang Penafsiran siswa dalam menentukan bilangan pengurang apabila diketahui bilangan terkurang dan hasil pengurangan Proses berpikir siswa mengenai penyelesaian soal berbentuk a. b. c. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pengurangan bilangan pecahan apabila diketahui bilangan terkurang dan hasil pengurangan Penafsiran siswa dalam menentukan bilangan terkurang apabila diketahui bilangan pengurang dan hasil pengurangan Proses berpikir siswa mengenai penyelesaian soal berbentuk a. b. c. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pengurangan bilangan pecahan apabila diketahui bilangan pengurang dan hasil pengurangan

3. Dokumentasi