HISTOPATOLOGI TUBULUS GINJAL MENCIT (MusmusculusL.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

(1)

HISTOPATOLOGI TUBULUS GINJAL MENCIT (MusmusculusL.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

Abstrak

Oleh Rahmat Hidayat

Kehidupan manusia zaman sekarang hampir tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Teknologi dalam bentuk berbagai peralatan yang berhubungan dengan fisiologi manusia antara lain lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri. Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan karena dikenal memiliki umur nyala lampu hingga 24.000 jam. Radiasi lampu merkuri diemisikan pada panjang gelombang 440 - 550 nm. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh radiasi cahaya lampu merkuri terhadap struktur histopatologi tubulus ginjal mencit jantan. Penelitian dilakukan di laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung dan Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2012. Perlakuannya adalah pemajanan dengan lampu merkuri berdaya 160 watt yang terdiridari 5 perlakuan yaitu 0 jam/hari, 4 jam/hari, 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari. Kerusakan tubulus ginjal yang ditemukan dalam pemajanan 12 dan 16 jam/hariselama 21 hari berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. Hanya ditemukan perdarahan intertubular pada perlakuan 4 jam/hari, sedangkan pada perlakuan 8 jam/hari ditemukan perdaran intertubular, piknosis, dan karioreksis.


(2)

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

Oleh Rahmat Hidayat

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana sains

pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

(Skripsi)

Oleh : Rahmat Hidayat

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Radiasielektromagnetikyang tampak ... 6

Gambar 2. Lampumerkuridan diagram alirenerginya ... 9

Gambar 3. Morfologimencit... 10

Gambar 4. Struktur ginjalmamalia ... 13

Gambar 5. Tubulusginjal ... 15

Gambar 6. Nekrosispadatubulusginjal ... 15

Gambar 7. Diagram alirpenelitian ... 26

Gambar 8. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 0 jam/hariselama 21 hari ... 28

Gambar 9. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 4 jam/hariselama 21 hari ... 29

Gambar 10. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 8 jam/hariselama 21 hari ... 30

Gambar 11. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 12 jam/hariselama 21 hari ... 31

Gambar 12. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 16 jam/hariselama 21 hari ... 32


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SANWACANA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 2

C. Manfaat penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Gelombang Elektromagnetik dan Masalahnya ... 5

B. Lampu Merkuri ... 7

C. Mencit (Mus muculus L.) ... 9

D. Ginjal ... 12

III. METODE KERJA ... A. Waktudan Tempat Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

1. Hewan Percobaan ... 17

2.Alat ... 18

3.Bahan... 18

C. Desain Penelitian ... 19

D. Pelaksanaan Penelitian ... 19


(6)

2.Penelitian Mencit (Mus musculus L.) ... 20

3.Nekropsidan Pengambilan Sampel Organ ... 21

4.Pembuatan Preparat Histologi Ginjal ... 23

5.Variabel ... 26

6.Pengolahan Data... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasilidentifikasihistopatologitubulusginjalmencit ... 28


(8)

(9)

(10)

(11)

Dengan segala rasa bersukur dan

kerendahan hati

Ku persembahkan sebuah karya kecil ini kepada orang-orang

disekitar ku. Kedua orang tua dan 5 adik-adik, para sahabat

terdekat dan seseorang yang akan mendampingi ku kelak.

Serta Almamater dan para Pendidik Ku.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talang Padang, kabupaten Tanggamus, Lampung pada tanggal 19 april 1989, putra pertama dari 6 bersaudara, pasangan dari Bapak Lukman Hz dan Ibu Enah.

Dalam perjalanan pendidikannya Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Banding Agung pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan sekolah lanjutan tingkat pertama di MTS Negeri Model Talang Padang. Pada tahun 2007 penulis

menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Talang Padang.

Selanjutnya pada tahun 2008 Penulis tercatat sebagai Mahasiswa di Jurusan Biologi fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uniesitas Lampung melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi Penulis menjadi Ketua Umum terpilih Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Unila pada periode 2010- 2011.

Selama menjadi mahasiswa Penulis menjadi asisten praktikum Biologi umum jurusan AET fakultas Pertanian Unila, Zoologi Vertebrata jurusan Biologi FKIP Unila. Selanjutnya Penulis juga menjadi asisten praktikum matakuliah SPH , SPH 1, dan Pencemaran Lingkungan jurusan Biologi FMIPA Unila.


(13)

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kerja Praktek di WCS (wildlife

Consevation Society) dan wilayah kerja di kawasan sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung Barat dengan judul ” Pengamatan Tempat Bertengger Kelelawar Buah di Perkebunan Kopi di Sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatra”. Kerja praktek ini berkerjasama dengan Mr. Chun Chia Huang (joe) Ph.D Candidate from Texas Tech University.


(14)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu atau Sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI

CAHAYA LAMPU MERKURI”.

Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Hendri Busman, M. Biomed., selaku pembimbing I yang telah membimbing, menasehati, saran, kritik, serta kepercayaan bagi penulis. 2. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

UNILA dan Pembimbing II yang telah memberikan saran serta masukan yang berarti kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., terimakasih atas saran dan kritik serta bersedia menjadi pembahas dalam penelitian ini.

4. Ibu Dra. Endah Setyaningrum. M.Biomed., selaku dosen pembimbing

akademik atas bimbingannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.


(15)

6. Orangtua tercinta, Ayah (Lukman Hz), Ibu (Enah), adik-adik tersayang (Rahman Hz, RohimMz, Rani Nurlatifah, Khairunnisa, dan Cyntia Zener) yang dengan sabar telah member semangat, nasehat,dan doa.

7. Bapak dan ibu Dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi FMIPA Unila atas ilmu, bimbingan dan bantuannya kepad apenulis.

8. Destia Putri (ut), Irke Novaraini (irnong), dan Dewi selvia selaku Tim dalam penelitian ini.

9. Andesba, Febri, Feni, Muklis, Mustika, Mas Yanto, Suci, Pipin, Yuliani serta kawan-kawan di biologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang mana telah memberi senyum, tawa, dan dukungan moril kepada penulis.

10.Seluruh teman-teman angkatan 2008, Aji, Alan, Bona, Eka, Hapit, Novri, Nevi, Nando, Muchlis, Santi, Sari, Widia, Zahra, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, kritik, canda tawa, dan kebersamaannya kepada penulis.

Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal atas segala budi baik yang telah diberikan. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kelak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia zaman sekarang hampir tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Teknologi dalam bentuk berbagai peralatan seperti :microwave oven, komputer, telepon, televisi, alat-alat kedokteran, mobil, lampu, dan benda-benda elektronik lain yang memancarkan gelombang elektromagnetik maupun elektrostatik yang dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis (Lim, 2008).

Wisnu(2000) menyatakan bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi yang ditimbulkan oleh radiasielektromagnetik terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama.Jikaintensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi.Peristiwa agitasi oleh gelombang mikro yang perlu diperhatikan adalah yang berdaya antara : 4 mW/cm²- 30 mW/cm². Agitasi bisa menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia dan ini dapat berpengaruh terhadap kerja susunan saraf, kerja kelenjar, kerja homeostatis ginjal, dan kerja hormon serta berpengaruh terhadap psikologis manusia (Tien, 2011).


(17)

Menurut Valberg et al, (1997) para ilmuwan telah mencoba membuktikan pengaruh medan elektromagnetik sejak bertahun-tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat paparan medan elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain: darah, homeostatis,sistem reproduksi, sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem endokrin, psikologis, dan hipersensitivitas. Selain itu manifestasi dari hipersensitivitas dikenal pula dengan istilah electrical sensitivity, yang menggambarkan gangguan fisiologis berupa tanda dan gejala neurologis maupun kepekaan terhadap medan elektromagnetik, dengan gejala-gejala yang khas. Namun beberapa penelitian lain tidak dapat membuktikan adanya

korelasi tersebut (Siswono, 2005).

Ginjaladalahorganekskresipada vertebratayang berbentuk mirip

kacang.Sebagai bagian darisistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutamaurea) daridarahdanmengontrol keseimbangan asam basa melalui pengeluaran bersama denganairdalam bentuk urin.Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah (Guytonet al, 1997).

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh radiasi medan elektromagnetik(cahaya)yang dipancarkan oleh lampu merkuri terhadap strukturhistopatologi tubulus ginjal mencit jantan.


(18)

C. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran umum mengenai dampak yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh cahayalampu

merkuriterhadaphistopatologitubulus ginjal mencit secara umumnya.

D. Kerangka Pikir

Repacholi dan Greenebaum (1999) menyatakan bahwa medan

elektromagnetik telah digunakan sebagai alat yang berguna dalam diagnosis medis. Baru-baru ini, penggunaan medan elektromagnetik telah diperluas untuk tujuan terapeutik karena interaksi mereka dengan materi hidup menghasilkan efek yang memulai, mempercepat atau menghambat proses biologi.Frekuensi di bawah 300 Hz dikenal sebagai medan elektromagnetik frekuensi sangat rendah (ME-FSR) dan tidak memiliki cukup energi untuk memutuskan ikatan molekul, misalnya, mereka tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel.

Menurut USEPA(1999) radiasi lampu merkuri diemisikan pada panjang gelombang 180 - 1370 nm.Gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam berbagai macam alat elektronik seperti lampu yang sering digunakan manusia sebagai alat bantu penerangan.Jika tubuh menyerap radiasi gelombang mikro, maka tubuh menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat.


(19)

Menurut Wisnu (2000) di dalam tubuh makhluk hidup sendiri terdapat medan listrik endogen yang mempunyai peranan komplek dalam mengontrol

mekanisme fisiologis tubuh,seperti : aktivitas saraf otot, sekresi kelenjar, fungsi membran sel, kerja hormon, dan enzim, perkembangan dan

pertumbuhan, serta perbaikan jaringan.Jika paparan medan dari luar memiliki intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi.Dengan adanya energi elektromagnetik yang lebih besar dari luar maka didugaakan mengganggu proses reabsorbsioleh tubulus proksimal seperti tansportaktif elektrochemical dari ion-ionNa+,K+,PO4, NO3-, glukosa, asetoasetat, vitamin-vitamin, dan asam amino.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu radiasi gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan oleh cahaya lampu merkuri bila diterima oleh tubuh, maka berkas tersebut akan berinteraksi serta berpengaruh terhadap sel-sel tubulus ginjal mencit (Mus musculus L.)jantan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Elektromagnetik dan Masalahnya

Secara umum sistim peralatan elektronik, elektrik dan elektromekanik jumlahnya semakin lama semakin meningkat, terutama peralatan-peralatan yang menggunakan sistem digital modern seperti, Terrestrial Trunket Radio,

Global System for Mobile Communication (GSM), Personal Computer,

Digital Pager, radio genggam, telepon celluler dan peralatan Wireless, peralatan kedokteran elektronik, peralatan rumah tangga, lampu penerangan dan lain sebagainya, dimana peralatan tersebut membangkitkan gelombang elektromagnetik (Sulistyanto,2002).

Menurut Ahmad (1987) gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terbentuk dari usikan medan magnetik dan medan listrik. Kedua medan ini bergetar dalam arah yang saling tegak lurus. Medan magnetik dan medan listrik pembentuk gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal, yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya. Jika kita gambarkan arah getar dan arah rambatnya adalah sebagai berikut:Bila suatu berkas foton atau gelombang elektromagnetik dilewatkan dalam suatu benda, berkas tersebut akan berinteraksi dengan atom-atom penyusun benda sehingga intensitas foton akan diserap oleh benda tersebut.


(21)

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik pada Gambar 1 yang menunjukkan adanya gelombang sempit diantara cahaya

ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas).Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan.Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (UNEP, 2005).

Gambar 1. Radiasi elektromagnetik yang tampak(UNEP, 2005)

Spektrum gelombang elektromagnetik dibagi menjadi beberapa daerah. Pada spektrum gelombang dengan frekuensi 60 atau 50 Hz terdapat medan

elektromagnetik yang dibangkitkan oleh saluran daya listrik dan beberapa peralatan besar maupun kecil. Pada ujung atas terdapat radiasi nuklir yang terdiri dari sinar gamma dan sinar-X. Ditengah-tengah terdapat frekuensi radio (RF) gelombang elektromagnetik yang membawa apa saja dari radio AM dan FM dan siaran televisi, band radio dan lainnya. Oleh karena itu peralatan komunikasi yangsering digunakan oleh manusia akan meradiasikan atau membocorkan gelombang elektromagnetik RF. Gelombang elektromagnetik energi sangat tinggi, seperti sinar UV atau sinar-X, disebut juga radiasi


(22)

ionisasi karena mereka mengionisasi molekul pada jalur yang dilalui. Pemaparan gelombang yang tidak terkendali dari radiasi ionisasi dalam jumlah besar diketahui sebagai penyebab penyakit dan bahkan kematian pada manusia. Efek biologis gelombang elektromagnetik RF non-ionisasi tidak diketahui dengan baik pada saat ini, walaupun telah dilakukan beberapa penelitian. Belum ditemukan bukti bahwa pemaparan terhadap gelombang elektromagnetik frekuensi rendah dari saluran transmisi akan menyebabkan beberapa penyakit (Sulistyanto,2009).

Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpamembutuhkan medium. Gelombang radio, sinyal televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-X, dan sinar gammamerupakan contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagaifrekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia.Banyak kalangan mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh alat-alat listrik dapatmengganggu kesehatan pengguna dan orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Anggapan ini dibenarkan oleh paraahli bidang telekomunikasi, namun tidak sedikit pula bantahan-bantahan oleh beberapa pihak yang menyangkal sebaliknya (Sulistyanto, 2009).


(23)

B. Lampu Merkuri

Lampu merkuri memiliki efikasiterendah dari keluarga HID (High intensity Discharge), penurunan lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang rendah.Tabung pemancar diisi dengan gas merkuri dan argon murni,

sedangkan di bagian dalam dilapisi serbuk fluoresen (fosfor).Fungsi serbuk fluoresen adalah untuk merubah radiasi ultra violet menjadi cahaya

tampak.Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada

diluarnyayang diisi dengan nitrogen.Radiasi yang dipancarkan lampu merkuri antaralain sinar UV dan inframerah dapat dilihat pada Gambar 2 (UNEP, 2005).

Lampu merkuri blended merupakan kombinasi lampu pijar dengan lampu merkurifluoresen. Lampu pijar mengahsilkan warna kekuningan sedangkan yang dihasilkan lampu merkuri fluouresen cahayanya dominan ultra

violet.Filamen tungsten dihubungkan seri dengan salah satu elektroda utama yang berfungsi untuk membatasi arus saat lampu bekerja. Dengan demikian lampu merkuri blended ini tidak memerlukan balas lagi di luar filamen tungsten. Di samping sebagai pembatas arus, juga berfungsi untuk menghasilkan cahaya dominan infra merah.Filamen ini akan menyerap sebagian panas yang dihasilkan lampu, sehingga berakibat mengurangi efikasi lampu dan rentang usia pemakaian. Oleh karena itu efikasinya hanya antara 12 sampai 25 lumen/watt, sedangkan rentang usianya sampai dengan 6.000 jam menyala.Penggunaan lampu ini merupakan alternatif pengganti lampu pijar untuk penerangan industri dan komersil dengan efikasi dan


(24)

rentang usia pemakaian yang lebih tinggi, sehingga biaya pemasangan awal yang lebih rendah (Siswono, 2008).

Gambar 2. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP,2005).

C. Mencit (Mus musculus L.)

Menurut Arrington (1972) mencit termasuk ke dalam famili

Muridae.Mencithidup di berbagai daerah mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam kandang atau hidup bebas sebagai hewan liar.Mencit liar lebih suka suhu lingkungan yang tinggi namun dapat beradaptasi dengan baik pada suhu yang rendah.Rambut mencit liar berwarna abu-abu dan warna perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam, dan kulit berpigmen.Morfologi mencit dapat dilihat pada Gambar 3.


(25)

Menurut Arrington (1972) berikut adalah klasifikasi mencit : Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Sub-Phyilum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus

Species : Mus musculus L.

Gambar 3. Morfologi mencit (Davis, 2009).

Berdasarkan sifat genetiknya terdapat tiga macam mencit (Malole dan Pramono, 1989):

1. Random breed mice yaitu mencit yang dikawinkan secara acak dengan mencit yang tidak ada hubungan keturunan.

2. Inbreed mice yaitu mencit hasil perkawinan antar saudara sebanyak lebih dari 20 turunan.


(26)

3. F1-Hybrid yaitu mencit hasil perkawinan antara dua galur yang inbreed.

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa setelah dibudidayakan dan diseleksi selama puluhan tahun, sekarang mencit memiliki warna bulu dan galur dengan bobot badan yang bervariasi.Menurut Malole dan Pramono (1989) berdasarkan lingkungan hidupnya mencit dibagi dalam empat kategori:

1) Mencit bebas hama yaitu mencit yang bebas dari mikroorganisme yang dapat dideteksi.

2) Mencit yang hanya mengandung mikroorganisme tertentu. 3) Mencit yang bebas mikroorganisme patogen tertentu, dan

4) Mencit biasa yaitu mencit yang dipelihara tanpa perlakuan khusus.

Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak perkelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi.Menurut Malole dan Pramono (1989) berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik.Mencit merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik.Mencit memiliki beberapa


(27)

keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono, 1989).

D. Ginjal

1. Struktur dan Fungsi Ginjal

Mamalia merupakan suatu organ yang komplek baik anatomi maupun fungsinya.Ukuran ginjal pada berbagai spesies ditentukan oleh jumlah nefron yang dimilikinya.Perubahan-perubahan pada ginjal dapat terjadi di dalam glomeruli, tubuli, jaringan interstisial dan pada pembuluh darah glomeruli lihat Gambar 4.Perubahan yang degenerasi pada tubuli yang sering terlihat adalah degenerasi granuler, degenerasi perlemakan, dan nekrosis sel-sel tubulus(Gunawijaya, 1994).

Salah satu fungsi ginjal yang pokok adalah mengsekresi atau

mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna.Selain itu ginjal juga berperanan dalam homeostasis tubuh.Menurut Ganong(1979) peranan ginjal homeostasis merupakan gabungan dari tiga proses, yaitu :

(1) Filtrasi plasma darah oleh glomerulus.

(2) Absorpsi kembali zat-zat yang masih berguna oleh tubulus. (3) sekresi zat-zat oleh tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus.


(28)

Gambar 4. Struktur ginjal mamalia (Kusumo, 2007).

Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal juga mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium (H3O) dan hidroksil (OHˉ). Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8 (Taslim, 2008).

2. Strutur Histologi Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal.Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, dimana setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron,sedangkan di dalam medulla banyak terdapat


(29)

duktuli ginjal.Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, korpuskulus renal, tubulus kontortus distalis, segmen tipis, dan tebal ansa Henle, serta tubulus kolagens.Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine.Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urin 1-2 liter.Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter (Purnomo, 2009).

a) Tubulus kontortus proksimal

Tubulus kontortus proksimalkebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal.Mukosa tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, brush border yang menghadap lumen dibentuk oleh mikrovili (Gambar 5).Sel epitel tubulus kontortus proksimal berfungsi untuk reabsorpsi.Tubulus proksimal merupakan bagian yang paling banyak mengalami kerusakan pada kasus nefrotoksik.Hal ini terjadi karena adanya akumulasi bahan-bahan toksik pada segmen ini, karakter tubulus proksimal yang memiliki epitel yang lemah dan mudah

bocor.Perbedaan transport segmental dari sitokrom P-450 dan konjugat sistein β-lyase juga turut berperan dalam meningkatkan kelemahan tubulus proksimal.Menurut Sukandar(1997) kerusakan tubulus proksimal secara morfologi ditandai dengan sitoplasma yang keruh,


(30)

pembengkakan sel-sel tubulus proksimal sehingga lumennya menyempit bahkan menghilang (Gambar 6).

Gambar 5.Mikrofotografi tubulusginjal(Anonim,2007).

Keterangan: DC : Tubulus distal, BB : Bursh border, PC : Tubulus proksimal

Gambar 6.Nekrosis pada tubulus proksimal mencit(Riezakirah, 2011).

b) Glomerulus

Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang dari arteriol aferen.Setelah memasuki badan ginjal


(31)

(korpus ginjal) korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler.Glomerulurus diatur oleh arteriol eferen (Eroschenko, 2003).

c) Tubulus Kontortus Distal

Tubulus kontortus distal lebih pendek dan tidak begitu berkelok dibandingkan dengan tubulus kontortus proksimal.Sel-sel tubulus kontortus distal secara aktif mereabsorpsi ion-ion Na+ dari filtrat glomerular dan dimasukkan ke dalam interstisium.Aktivitas reabsorpsi ini berlangsung bersamaan dengan ekskresi ion H+ atau K+ kedalam filtrat atau urin tubular.Reabsorpsi Na+ di tubuli diatur oleh hormon aldosteron yang di sekresi korteks adrenal.Sebagai respon terhadap hormon ini, sel-sel tubulus kontortus distal secara aktif mengabsorpsi Na+ dari filtrat.Fungsi tubuli distal merupakan fungsi vital untuk mepertahankan keseimbangan asam-basa yang sesuai pada cairan tubuh (Eroschenko, 2003).


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu danTempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan uji,

sedangkan pembuatan preparat histopatologi ginjal dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai November 2012.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Hewan Pecobaan

Penelitian ini menggunakan obyek penelitian berupa mencit jantan(inbreed mice) dengan berat rata-rata 30-35 gram (dewasa

normal).Dua puluh ekor mencit (Mus musculus L) jantan dewasa diperoleh dari Bagian BreedingBPPV Regional III Bandar Lampung berumur


(33)

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kandang kayu standar untuk tikus yang tutup logamnya telah diganti dengan bahan dari plastik untuk menghindari interferensi gelombang radiasi. Kandang berbentuk kotak berukuran 22 x 15 x 6 cm sebanyak 20 kandang yang mana dimensinya diatur agar radiasi cahaya lampu merkuri dapat menyebar secara merata di dalam kandang. Lampu merkuri 160 watt (intensitas 1900 lux di dalam kandang) dan isolatornya, alat ukur intensitas sinar UV (luxmeter), gelas kimia, temometer, timbangan mencit, kotak mencit, papan fiksasi, makanan mencit, botol minuman mencit dengan pipa aluminium, lampu merkuri low pressure dengan tegangan 160 watt, alat bedah minor, kaca penutup (cover glass), object glass, stopwatch, dan mikroskop.

3. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu organ ginjal mencit jantan, aluminium foil, xylol, paraffin, aquades, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol 96%, alkohol absolut, eosin, pewarna

Harris,larutan PBS (Phosphat Buffer Saline) dengan pH 6,8 dan kloroform.


(34)

C. Desain Penelitian

Untuk mendapatkan informasi pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik dari lampu merkuri terhadap mencit digunakan eksperimen.Perlakuannya adalah pemajanan dengan lampu merkuri yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 jam/hari, 4 jam/hari,8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari. Menurut Supranto (2000) untuk penelitian eksperimen secara sederhana dapat dirumuskan:

atau

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah replikasi

Maka dalam 5 buah perlakuan, jumlah ulangan untuk tiap perlakuan dapat dihitung:

5(r-1) ≥15 (5r-5) ≥ 15 5r ≥ 20 r ≥ 4

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lampu Merkuri dan Isolatornya

Daya lampu merkuri 160 watt(setara dengan 1950 lux di dalam

kandang)digunakan untuk memapari mencit dengan luasan permukaan yang tetap. Sumber radiasi ditempatkan dengan variasi pemaparan dilakukan pada beberapa selang waktu pemaparan, yaitu : 0jam/hari,


(35)

4jam/hari, 8jam/hari, 12jam/hari, dan 16jam/hari. Untuk mencegah interferensi dari sumber cahaya yang lain, maka digunakan kandang atau isolator yang berbentuk persegi panjang berukuran 22 x 15 x 6cm dan terbuat dari kayu dengan tebal 3 cm.

2. Hewan Percobaan Mencit (Mus musculus L.)

Mencit yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 20 ekor dengan berat rata-rata 30 - 35 gram dengan usia 3 - 4 bulan (dewasa normal). Mencit ini diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Diberi makan pelet komersial tikus atau hewan pengerat dan minum (Air PAM) disuplai secara belebih, serta ditempatkan dalam lingkungan yang terkendali (24 jam siklus gelap / sedikit interfrensi cahaya), suhu kamar dibiarkan secara alamiah dan kelembaban dibiarkan pada kisaran alamiah. Desain penelitian ini

merupakan hasil modifikasi prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Fidan et al., (2008) dan merupakan jenis penelitian eksperimental dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

Penelitian ini menggunakan pajanan gelombang elektromagnetik berupa cahaya tampak yang dihasilkan oleh radiasi lampu merkuri sebagai bentuk perlakuanterhadap objek penelitian. Adapun cara pajanan radiasi cahaya lampu merkuriadalah sebagai berikut :


(36)

2. Mencit ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan

pencahayaan dengan lampu merkuri yang diletakkan pada jarak 1,5 meter dari mencit.

3. Duapuluh ekor mencit jantan dewasa dibagi ke dalam

limakelompok yang masing-masing terdiri dari empat ekor mencit. Ke-lima kelompok tersebut meliputi :

1. Kelompok kontrol : tidak dipajankan terhadap gelombang elektromagnetikdari lampu merkuri.

2. Kelompok intensitas I: dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 4jam/hari selama 21 hari.

3. Kelompok intensitas II: dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 8jam/hari selama 21hari.

4. Kelompok intensitas II : dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 12jam/hari perhari selama 21 hari.

5. Kelompok intensitas III :dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 16jam/hari selama 21 hari.

3. Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ

Setelah masa perlakuan berakhir, mencit-mencit ini kemudian dibunuh dengan cara dislokasi leher. Kemudian dilakukan nekropsi untuk

pengambilan ginjal. Organ ini akan dijadikan sediaan histopatologi untuk diambil data-datanya, yang akan menjadi bukti ilmiah tentang efek pajanan lampu merkuri. Pada awal proses pembuatan sediaan histopatologi, hewan


(37)

yang telah dinekropsi diambil bagian ginjalnya, kemudian diawetkan di dalam larutan formalin 10%. Setelah larutan berpenetrasi sempurna ke dalam organ, langkah selanjutnya adalah grossing (memilih bagian dari organ yang akan dijadikan sediaan histopatologi) kurang lebih dengan pemotongan setebal 0,5 cm (Samkhan dan Sri, 2006).

4. Pembuatan Preparat Histopatologi Ginjal

Menurut Wararindi (2011)pembuatan preparat organ ginjal meliputi

fiksasi, washing, dehidrasi, clearing, impregnasi, embliding, cutting, staining dan mounting.

1. Fiksasi

Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen -elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak

mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.Larutan ini dinamakan Bouins, larutan ini berfungsi sebagai larutan fiksatif karena

kemampuannya membuat jaringan mudah menyerap warna.Ginjal diambil lalu dipotong melintang dengan ukuran ±50mm. Potongan Organ tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan Bouins dan didiamkan selama ± 24jam.

2. Washing

Washing adalah proses pencucian untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan. Dalam proses washing diusahakan tidak terdapat


(38)

ini akan menjadi penghalang untuk proses selanjutnya. Fiksatif menggunakan Bouins, maka setelah kurang lebih 24 jam difiksasi kemudian dilakukan pencucian menggunakan alkohol 70% yang diganti berkali-kali hingga warna kuning hilang.

3. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari dalam jaringan. Tujuan dari dehidrasi adalah agar seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi dengan molekul parafin.Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dari persentase rendah ke persentase tinggi (70%, 80%, 96%) masing-masing 2 x 15 menit.Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan tiba-tiba pada sel dan jaringan.

4. Clearing

Clearing adalah proses penjernihan atau mentransparankan jaringan.

Clearing berfungsi untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan agar dapat digantikan oleh molekul parafin. Clearing

menggunakan xilen dengan membenamkan jaringan pada larutan tersebut selama 2 x 15 menit.

5. Impregnasi

Impregnasi bisa juga disebut infiltrasi parafin yaitu proses pengeluaran xilen dari dalam jaringan yang akan digantikan oleh parafin cair. Setelah jaringan di Clearing maka sampel dimasukkan kedalam cessed and deckel kemudian dimasukkan kedalam moldtray yang berfungsi sebagai tempat infiltrasi parafin, yang terdiri dari tiga wadah yaitu:


(39)

pertama berisi parafin cair dan xilen, wadah ke dua berisi parafin cair tanpa xilene, dan wadah ke tiga berisi parafin cair murni. Masing-masing 1 x 15 menit.

6. Embedding

Proses penanaman jaringan ke dalam media parafin. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam melakukan proses pemotongan atau pengirisan sampel. Dilakukan dengan mengeluarkan jaringan yang sudah diimpregnasi dari moldtray, kemudian menanamnya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair.Setelah itu tutup dengan menggunakan casette and deckel lalu didinginkan pada cold plate.

7. Cutting

Proses pemotongan atau pengirisan jaringan dengan menggunakan mikrotom.Sampel yang dipotong tebalnya sekitar 5 – 7 mikron. Pemotongan akan berhasil jika pisau tidak tumpul, tidak berkarat, dan tidak terdapat sisa-sisa parafin dari hasil pemotongan sebelumnya dan posisi sampel lurus dan baik. Suhu pisau dan suhu sampel serta suhu ruangan harus sama agar sampel tidak patah atau terpotong-potong saat pengirisan.

8. Staining

Staining adalah proses pewarnaan, dimana sampel diwarnai dengan menggunakan zat warna. Tujuannya yaitu untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di mikroskop.Tahapan staining terdiri dari proses deparafinasi atau penarikan parafin dari dalam jaringan. Proses


(40)

rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke jaringan. Selanjutnya proses infiltrasi zat warna.Menggunakan HE (Haematoxilin)dan eosin untuk mewarnai sitoplasma dan Eosin untuk mewarnai inti sel.Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan karena mengakibatkan terjadinya pembusukan.Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit preparat dikeringkan dan ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.Kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x.

5. Variabel Pengamatan

Variabel yang diteliti dibedakan kedalam dua kategori, variabel pertama yaitu variabel bebas atauindependent variable dimana pemberian

pemajanan dengan perlakuan 0 jam/hari (sebagai kontrol), 4jam/hari. 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari sebagai variabel bebas. Variabel yang kedua yaitu variabel terikat (dependent variable) yaitu kerusakan yang terjadi pada histopatologi tubulus ginjal mencit jantan.

6. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara d]eskriptifdengan menyajikan hasil penelitian berupa gambar-gambar tubulus ginjal mencit antar perlakuan.


(41)

Gambar 7. Diagram alir penelitian Pembuatan Proposal Penelitian

Persiapan lampu Merkuri dan Isolatornya

Aklimatisasi mencit selama 7 hari Tahap Persiapan

Pelaksanaan Penelitian Pemberian pajanan gelombang

elektromagnetik dengan intensitas 0,4,8,12,16 jam/hari

selama 21 Hari.

Pembedahan dan pembuatan Preparat Ginjal

Pengamatan Preparat dengan Mikroskop


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap struktur histopatologi ginjal mencit jantan yang terpajan lampu merkuri dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada tubulus ginjal mencit terjadikerusakan berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. 2. Kerusakan tubulus yang mencakup seluruh kerusakan tersebut terjadi

pada pemajanan 12 dan 16 jam/hari selama 21 hari.

B. Saran

Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai dampak radiasi gelombang elektromagnetik dari cahaya lampu dengan berbagai intensitas yang dihasilkan dari cahaya lampu serta dilakukan perhitungan persentase kerusakan tubulus ginjal mencit akibat pemajanan dengan lampu merkuri.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, N.A.G. 1987. Ion Platting Technology : Development and Applications. John Wiley&Sons : New York

Anonim. 2007. [cited 2010 Feb 23]. Available from:

http://www.medicalhistology.us/twiki/pub/Main/ChapterSeventeenSlides/b 68proximal_convoluted_tubule_kidney_40x_pas_labeled.jpg Di akses 10Agustus 2012

Arrington, L. R. 1972.Introductory Laboratory Animal.The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science.The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.

Baffai, U. 2003. Pengaruh Pemaparan Medan Listrik Terhadap Perilaku Mencit.

Buletin Utama UISU, Terakreditasi, No.52/dikti/kep/2002, ISSN. 1410-4520, V 01. 7.

Boag. 1975.The time scale of effect in radiation biology. In : Steel GG. Basic clinical radiobiology. 2nd edition. Oxford university : London.

Cameron, R. J. 2006. Fisika Kedokteran : Fisika Tubuh Manusia. Sagung Seto :Jakarta.

Davis, L. 2009. Morfologi Mencit. http://io9.com/5417326/mice-with-two-mothers-and-no-father-live-longer.Diakses juni 2012

Eroschenko, P. V. 2003. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional.Ed.9.EGC : Jakarta: 249-261

Fidan, A.F., H. Enginar, I.H. Cigerci,S.E. Korcan, A. Ozdemir. 2008. The radioprotective potensial of spinacia aleracia and aasculuc

hippocastannum againts ionizing radiation with their antioxidant and antimicrobial properties. Journal of Animal and Veterinary Advances 7:1582-1536.

Ganong, W.F., 1979. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, CV. E. G. C. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.


(44)

Guyton, M.D., Arthur., E.H. John. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC.Edisi 9. Kusumo, R. 2007. Struktur Ginjal

Mamalia.

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/. Diakses tanggal 25 Juli 2012

Lim, F. 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat.

Kanisius : Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1

Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universita Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Sudoyo A.W., B. Setiyohadi, I .Alwi, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta.

Purnomo, B. 2009.Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto : Jakarta.

Repacholi MH.,Greenebaum. 1999. Interaction of static and extremely low frequency electric and magnetic fields with living systems: health effects and research needs. BioelectromagneticsVolume 20, Issue 3, pages 133– 160, 1999 :Wiley Online Library. Available

inhttp://onlinelibrary.wiley.com/

Robbins, S. L dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Universitas Airlangga: Jakarta.

Rinawati, W. dan Aulia, D. 2011.Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) sebagai Penanda Baru Nekrosis Tubular Akut.Departemen Patologi Klinik,

RSUPN Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Riezakirah. 2011. Tubular Nekrosis Akut.

http://riezakirah.wordpress.com/2011/01/06/tubular-nekrosis-akut/.html Diakses tanggal 10 agustus 2012

Samkhan dan S. Niati. 2006. Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner.. Vol : 6 No:3. Edisi Tahun : September 2003. ISSN : 0853-7968. Available in http://itp08ub.files.wordpress.com/2012/01/pedoman-kode-etik-hewan-coba.doc

Siswono, 2005.Gangguan Kesehatan akibat Radiasi Elektromagnetik,


(45)

http://mahardikaholic.files.wordpress.com/2009/12/efek-radiasi-gelombang-elektromagnetik-pada-ponsel.pdf

Siswono, 2008.Teknik listrik industri jilid 1 untuk smk. DEPDIKBUD Dimenjur : Jakarta.

Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo.1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Sukandar, E. 1997.Nefrologi klinik.Edisi 2.ITB : Bandung.

Sulistyanto, H. 2002.Efek Interferensi Medan Elektromagnetis terhadap Lingkungan. JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 2, September 2002. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available inhttp://eprints.ums.ac.id/822/1/Emitor_HNS_EfekInterferensiME.pdf Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Swamardika, A.I.B. 2009.Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali. Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17.pdf Taslim, A. 2008.Kesehatan Ginjal. www.sekbertal.org. Diakses pada tanggal 2

Agustus 2012

Tien, K. 2011. Bahaya Radiasi HP. Available in

http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/BahayaRadiasiHPTienKart ina_11976.pdf

UNEP, 2005.Best Practice Manual – Lighting. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20% 20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indone si.pdf

USEPA, 1999.EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and Oxidants, pp.8-2.Center for Environmental ResearchInformation, Cincinati, OH.

Valberg, V. A., R. Kavet, and C. N. Rafferty. 1997.Can Low Level 50/60 Hz Electric and Magnetic Field Cause Biological Effects Radiation Reaserc


(46)

http://www.scribd.com/doc/37531663/Can-Low-Level-50-60-Hz-Electric-and-Magnetic-Fields-Cause-Biological-Effects. Diakses 10 juni 2012

Wararindi. 2011.Membuat Preparat

Organ .http://wararindi.wordpress.com/2011/06/07/membuat-preparat-organ/.Diakses; Sabtu, 2 Juni 2012.

Wisnu, A.W. 2000. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal Elektro Indonesia no 3 th

2000.http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html.Diakses 19 juli 2012.

Yunarti. 2007. Pengaruh Pholiphenols Teh Hijau Terhadap Kapasitas Produksi

TNF-α Oleh Sel Mononuklear Darah Tepi Pada Penderita Karsinoma

Nasofaring Yang Mendapat Radioterapi. Universitas Dipenegoro ; Semarang. Avialeble in http://eprints.undip.ac.id/17711/1/Yunarti.pdf diakses 30 maret 2013


(1)

Gambar 7. Diagram alir penelitian Pembuatan Proposal Penelitian

Persiapan lampu Merkuri dan Isolatornya

Aklimatisasi mencit selama 7 hari Tahap Persiapan

Pelaksanaan Penelitian Pemberian pajanan gelombang

elektromagnetik dengan intensitas 0,4,8,12,16 jam/hari

selama 21 Hari.

Pembedahan dan pembuatan Preparat Ginjal

Pengamatan Preparat dengan Mikroskop


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap struktur histopatologi ginjal mencit jantan yang terpajan lampu merkuri dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada tubulus ginjal mencit terjadikerusakan berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. 2. Kerusakan tubulus yang mencakup seluruh kerusakan tersebut terjadi

pada pemajanan 12 dan 16 jam/hari selama 21 hari.

B. Saran

Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai dampak radiasi gelombang elektromagnetik dari cahaya lampu dengan berbagai intensitas yang dihasilkan dari cahaya lampu serta dilakukan perhitungan persentase kerusakan tubulus ginjal mencit akibat pemajanan dengan lampu merkuri.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, N.A.G. 1987. Ion Platting Technology : Development and Applications. John Wiley&Sons : New York

Anonim. 2007. [cited 2010 Feb 23]. Available from:

http://www.medicalhistology.us/twiki/pub/Main/ChapterSeventeenSlides/b 68proximal_convoluted_tubule_kidney_40x_pas_labeled.jpg Di akses 10Agustus 2012

Arrington, L. R. 1972.Introductory Laboratory Animal.The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science.The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.

Baffai, U. 2003. Pengaruh Pemaparan Medan Listrik Terhadap Perilaku Mencit. Buletin Utama UISU, Terakreditasi, No.52/dikti/kep/2002, ISSN. 1410-4520, V 01. 7.

Boag. 1975.The time scale of effect in radiation biology. In : Steel GG. Basic clinical radiobiology. 2nd edition. Oxford university : London.

Cameron, R. J. 2006. Fisika Kedokteran : Fisika Tubuh Manusia. Sagung Seto :Jakarta.

Davis, L. 2009. Morfologi Mencit. http://io9.com/5417326/mice-with-two-mothers-and-no-father-live-longer.Diakses juni 2012

Eroschenko, P. V. 2003. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional.Ed.9.EGC : Jakarta: 249-261

Fidan, A.F., H. Enginar, I.H. Cigerci,S.E. Korcan, A. Ozdemir. 2008. The radioprotective potensial of spinacia aleracia and aasculuc

hippocastannum againts ionizing radiation with their antioxidant and antimicrobial properties. Journal of Animal and Veterinary Advances 7:1582-1536.

Ganong, W.F., 1979. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, CV. E. G. C. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.


(4)

Guyton, M.D., Arthur., E.H. John. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC.Edisi 9. Kusumo, R. 2007. Struktur Ginjal

Mamalia.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/. Diakses tanggal 25 Juli 2012

Lim, F. 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat. Kanisius : Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1

Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universita Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Sudoyo A.W., B. Setiyohadi, I .Alwi, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta.

Purnomo, B. 2009.Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto : Jakarta.

Repacholi MH.,Greenebaum. 1999. Interaction of static and extremely low frequency electric and magnetic fields with living systems: health effects and research needs. BioelectromagneticsVolume 20, Issue 3, pages 133– 160, 1999 :Wiley Online Library. Available

inhttp://onlinelibrary.wiley.com/

Robbins, S. L dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Universitas Airlangga: Jakarta.

Rinawati, W. dan Aulia, D. 2011.Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) sebagai Penanda Baru Nekrosis Tubular Akut.Departemen Patologi Klinik,

RSUPN Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Riezakirah. 2011. Tubular Nekrosis Akut.

http://riezakirah.wordpress.com/2011/01/06/tubular-nekrosis-akut/.html Diakses tanggal 10 agustus 2012

Samkhan dan S. Niati. 2006. Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner.. Vol : 6 No:3. Edisi Tahun : September 2003. ISSN : 0853-7968. Available in http://itp08ub.files.wordpress.com/2012/01/pedoman-kode-etik-hewan-coba.doc

Siswono, 2005.Gangguan Kesehatan akibat Radiasi Elektromagnetik,


(5)

http://mahardikaholic.files.wordpress.com/2009/12/efek-radiasi-gelombang-elektromagnetik-pada-ponsel.pdf

Siswono, 2008.Teknik listrik industri jilid 1 untuk smk. DEPDIKBUD Dimenjur : Jakarta.

Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo.1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Sukandar, E. 1997.Nefrologi klinik.Edisi 2.ITB : Bandung.

Sulistyanto, H. 2002.Efek Interferensi Medan Elektromagnetis terhadap Lingkungan. JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 2, September 2002. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available inhttp://eprints.ums.ac.id/822/1/Emitor_HNS_EfekInterferensiME.pdf Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Swamardika, A.I.B. 2009.Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali. Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17.pdf Taslim, A. 2008.Kesehatan Ginjal. www.sekbertal.org. Diakses pada tanggal 2

Agustus 2012

Tien, K. 2011. Bahaya Radiasi HP. Available in

http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/BahayaRadiasiHPTienKart ina_11976.pdf

UNEP, 2005.Best Practice Manual – Lighting. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20% 20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indone si.pdf

USEPA, 1999.EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and Oxidants, pp.8-2.Center for Environmental ResearchInformation, Cincinati, OH.

Valberg, V. A., R. Kavet, and C. N. Rafferty. 1997.Can Low Level 50/60 Hz Electric and Magnetic Field Cause Biological Effects Radiation Reaserc 148, pp2 - 21, 1997.


(6)

http://www.scribd.com/doc/37531663/Can-Low-Level-50-60-Hz-Electric-and-Magnetic-Fields-Cause-Biological-Effects. Diakses 10 juni 2012

Wararindi. 2011.Membuat Preparat

Organ.http://wararindi.wordpress.com/2011/06/07/membuat-preparat-organ/.Diakses; Sabtu, 2 Juni 2012.

Wisnu, A.W. 2000. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal Elektro Indonesia no 3 th

2000.http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html.Diakses 19 juli 2012.

Yunarti. 2007. Pengaruh Pholiphenols Teh Hijau Terhadap Kapasitas Produksi

TNF-α Oleh Sel Mononuklear Darah Tepi Pada Penderita Karsinoma

Nasofaring Yang Mendapat Radioterapi. Universitas Dipenegoro ; Semarang. Avialeble in http://eprints.undip.ac.id/17711/1/Yunarti.pdf diakses 30 maret 2013