18
meyebabkan proses penyaluran informasi antar otak menjadi terhambatkacau. Selain itu, juga ada kelainan struktur pada pusat emosi
dalam otak. b.
Gangguan sistem pencernaan Gangguan dalam metabolisme termasuk proses penghasilan enzim
yang kurang baik diduga menjadi penyebab autisme. c.
Faktor genetika Beberapa ahli menyatakan bahwa gen yang tidak stabil dan
abnormal kromosom diduga kuat sebagai penyebab autisme. Namun, gejala autisme bisa muncul bila terjadi kombinasi banyak gen sehingga
membutuhkan faktor pencetus lain. Bisa jadi gejala autisme tidak muncul padahal anak tersebut membawa gen autisme.
d. Keracunan logam berat
Ditemukan adanya logam berat dan beracun arsenik, antimoni, kadmium, air raksa dan timbal pada anak autistik dan diduga mereka
terganggu dalam proses sekresi logam berat. Hal ini diperkuat dengan penelitian bahwa setelah dilakukan pengeluaran zat-zat beracun dari
tubuh, gejala autisme berkurang.
5. Ragam Terapi Untuk Anak Autistik
Beberapa macam terapi yang dapat dilakukan bagi anak autistik adalah sebagai berikut:
Terapi medikamentosa
ini bertujuan
untuk memperbaiki
komunikasi, respons terhadap lingkungan dan menghilangkan perilaku yang aneh dan berulang-ulang dengan pemberian obat-obatan.
19
Terapi biomedis dimana dilakukan diet dan pemberian suplemen
untuk memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dilakukan karena banyak gangguan pencernaan, alergi dan racun logam berat yang dapat
mempengaruhi fungsi otak. Terapi wicara
sangat perlu dilakukan mengingat anak autistik umumnya mengalami kesulitan bahasa dan keterlambatan bicara.
Terapi perilaku ditempuh untuk mengurangi perilaku tidak wajar
dan mengganti dengan perilaku yang sesuai dengan keadaan di masyarakat.
Terapi okupasi . Menurut Kusnanto, terapi okupasi adalah usaha
penyembuhan terhadap anak yang mengalami kelainan mental dan fisik dengan jalan memberikan keaktifan kerja, keaktifan itu mengurangi
penderitaan yang dialami anak.
7
Terapi okupasi ini memiliki tiga cakupan yaitu, terapi bermain, terapi sensori integrasi dan terapi musik.
Walaupun hanya bersifat tambahan, tetapi ketiga terapi ini memiliki peran masing-masing. Misalnya saja dengan terapi bermain dan terapi
musik anak-anak dengan autisme ini dirangsang spontanitasnya, belajar untuk berkomunikasi dan bersosialisasi tanpa banyak paksaan.
Sedangkan terapi sensori integrasi dikhususkan bagi yang mengalami masalah dengan daya sensorik karena terdapat gangguan pada alat
indera, serabut saraf dan jaringan saraf yang mengakibatkan terganggunya penyampaian informasi ke otak.
7
Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis di Rumah Jakarta: Puspa Swara, 2003, 71.
20
6. Kendala komunikasi yang dialami penyandang autisme
Kemampuan bahasakomunikasi akan sangat mempengaruhi dalam interaksi sosial manusia sehari-hari. Bila terjadi gangguan pada
bagian ini, maka kontak yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya menjadi terbatas. Hal inilah yang dialami oleh
penyandang autisme. Kesulitan komunikasi yang mereka alami biasanya adalah sebagai
berikut: keterlambatan bicara atau tidak bicara sama sekali, kesulitan melakukan percakapan atau memulai percakapan, echolalia, sering
mengucapkan kata yang tidak memiliki arti, lebih memilih menggunakan gesture dalam berkomunikasi daripada komunikasi secara
verbal, dan kesulitan menempatkan kata ganti orang dengan tepat, serta nada bicara yang monoton seperti robot dengan mimik yang datar
8
. Kemampuan berbicara yang dimiliki oleh anak autistik sangat
bervariasi. mulai dari tidak berbicara sama sekali, menggerutu, tangisan, jeritan, suara yang garau, seperti bersenandung dan ocehan. Pada taraf
ocehan, anak dengan autisme akan mengoceh diselingi beberapa bunyi yang mirip dengan sebuah kata secara samar-samar.
Anak-anak autistik cukup sering mengulangi kata, frase ataupun kalimat yang diucapkan oleh orang lain. Echolalia ini biasanya terjadi
segera atau beberapa saat setelah seseorang mengucapkan sebuah katafrasekalimat, dan umumnya mereka menirukan dengan tepat
kata-kata dan pitch yang digunakan oleh orang lain. Kecenderungan echolalia
ini dapat sedikit menolong penyandang autisme untuk
8
Tan Tik Sioe from www.globaltalitakum.com, 4 Agustus 2010.
21
mempertahankan komunikasipercakapan meskipun mungkin mereka tidak memahami dan tidak memiliki kemampuan berbahasa yang cukup
untuk merespons dengan tepat. Menurut Kanner, kata-kata yang diucapkan tanpa arti oleh para
penyandang autisme pun muncul begitu saja, tanpa diketahui dengan jelas asal kata tersebut dari mana. Penggunaan kata-kata yang tidak
memiliki arti ini tidak hanya terjadi pada anak-anak autistik namun juga terjadi pada autisme dewasa.
Keterbatasan untuk
terlibat dalam
percakapan banyak
dipengaruhi oleh persepsi anak autistik tentang dirinya dan lawan bicaranya. Mereka memiliki persepsi yang terbalik mengenai “saya” dan
“kamu”. Hal ini menggambarkan keadaan bahwa mereka tidak
memahami konsep mengenai diri sendiri dan orang lain, dimana hal ini memegang peranan penting dalam sebuah percakapan.
9
Dalam penggunaan bahasa pun anak-anak dengan kebutuhan khusus ini berbeda dengan orang pada umumnya. Mereka hanya
menggunakan bahasa dalam situasi dan tujuan tertentu, bukan untuk membangun interaksi sosial dengan sesamanya.
B. Terapi Musik