Tujuan Penelitian Telaah Pustaka

14 atauvariable terkait penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang sebelumnya telah dipersiapkan. 19 4. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan atau status fenomena. 20 Maksudnya adalah menggambarkan bagaimana kedua mufasir menafsirkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam al- Qur‟an surat al- Kahfi ayat 66-82. 2. Metode komparatif, yaitu membandingkan persamaan dan perbedaan pandangan orang terhadap kasus, peristiwa, ide-ide seseorang atau dalam hal ini membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al- Qur‟an. 21 Terutama anatara penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam al- Qur‟an surat al-Kahfi ayat 66-82. Setelah semua data terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasikan dan di analisis sesuai dengan sub-bahasan masing-masing secara objektif. 19 Lihat Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam Jakarta: Logos, 1998, 60-61. 20 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Renika Cipta, 1993, 211. 21 Ibid., 196. 15

G. Sistematika Pembahasan

Karya ilmiah ini terdiri dari empat bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan, yang isinya mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sitematika pembahasan. Bab kedua menjelaskan tentang kisah-kisah dalam al-Qur ‟an. Di dalamnya meliputi pengertian kisah, macam-macam kisah dalam al-Qur ‟an, teknik pemaparan kisah, tujuan adanya kisah, dan karakteristik kisah dalam al- Qur‟an. Bab ketiga adalah penafsiran kisah nabi Musa dan nabi Khidir menurut Hamka dan M. Quraish Shihab. dalam baba tiga ini terdiri dari ayat dan terjemah, penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang kisah nabi Musa dan nabi Khidir dalam surat al-Kahfi ayat 66-82, sebuah analisis yang berisi tentang persamaan kedua mufasir dalam menafsirkan kisah tersebut dan perbedaaan kedua mufasir dalam menafsirkan kisah tersebut. Bab keempat merupakan penutup dan sekaligus bab terakhir yang isinya memuat kesimpulan dan saran. 16 BAB II KISAH-KISAH DALAM AL-QUR ’AN Kisah merupakan suatu metode pembelajaran yang ternyata memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menyentuh perasaan dan kejiwaan serta daya pikir seseorang. Kisah memiliki fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Islam menyadari sifat alamiah manusia yang menyenangi seni dan keindahan. Sifat alamiah tersebut mampu memberikan pengalaman emosional yang mendalam dan dapat menghilangkan kebosanan serta kejenuhan dan menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Oleh karena itu, Islam menjadikan kisah sebagai salah satu metode dalam sebuah pembelajaran. 1 Suatu peristiwa yang berkaitan dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa tersebut terselip berbagai pesan dan pelajaran yang berkaitan dengan berita orang terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan sebuah peristiwa ke dalam hati seseorang. Perlu diketahui, nasihat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak akan mampu menarik perhatian akal. Bahkan semua isinya tidak akan mudah untuk dipahami. Akan tetapi, jika nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan, maka akan terwujud dengan jelas tujuannya. Orang akan merasa senang mendengar dan 1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Logos, 1997, 97. 17 memperhatikan dengan penuh kerinduan serta rasa ingin tahu. Pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. 2

A. Pengertian Kisah

Menurut bahasa, kata kisah berasal dari bahasa arab, yaitu qas}s}as}. Kata qas }s}as} sendiri merupakan bentuk jamak dari kata qis}as} yang berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas atau cerita kisah. 3 Hal ini seperti terlihat dalam firman Allah SWT. berikut:            Dia Musa berkata , “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. 4     ..... Dan dia ibunya Musa berkata kepada saudara Musa perempuan, “Ikutilah dia Musa .” 5             ..... Sungguh, ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain Allah. 6 2 Manna „ Al-Qat}t}an, Mabah}ith fi ‘Ulum al-Qur’an t.k.t.: Maktabah Wahbah, 2000, 300. 3 Lihat Abdul Djalal, Ulumul Qur’an Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, 293-294. 4 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al- Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta: CV Darus Sunah, 2011, 302. 5 Ibid., 387. 6 Ibid., 59.