PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Neg

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran Biologi. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

Penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang dipilih secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif


(3)

Prisilia Anggun Larasati

iii

dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai N-gain rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf

kepercayaan 5% melalui program SPSS 12. Data kualitatif berupa deskripsi keterampilan berpikir kritis oleh siswa, aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (eksperimen = 68,23; kontrol = 55,23). Rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kritis semua indikator yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 43,73; kontrol = 34,54). Rata-rata persentase aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 75,96%; kontrol = 67,21%). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis oleh siswa.

Kata kunci : multimedia interaktif, model pembelajaran TPS, keterampilan berpikir kritis, sistem pencernaan.


(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024041

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 2 001 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. ………..

Sekretaris : Rini Rita Marpaung, S.Pd, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simbarwaringin, Lampung Tengah pada 1 April 1991, yang merupakan anak tunggal pasangan Bapak Ngamadi dan Ibu Parmiyanti.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Simbarwaringin (1996-2002), SMP Negeri 3 Metro (2002-2005), SMA Negeri 1 Metro (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar , Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Botani Tumbuhan Rendah dan Fisiologi

Tumbuhan. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Pakuan Ratu dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Way Kanan (tahun 2011), dan penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Trimurjo untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (tahun 2012).


(8)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT, ku

persembahkan karya kecilku ini untuk :

Yang tercinta ibu dan bapakku , yang tiada lelah mencurahkan cinta dan kasih

sayangnya, mengorbankan hidup dan perasaannya demi kebahagiaan dan cita-citaku,

mendukung dan rela melakukan segalanya untuk hidupku. Jika bukan karenamu, aku

takkan bisa seperti ini. Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku, tak tertandingi

seluruh jasamu. Terima kasih ibu, bapak, kalian adalah pelita hidupku….

Mbahku tercinta, om Bambang dan bule Santi , serta keluarga besarku yang selalu

memberikan doa, nasehat serta kasih sayang tiada berujung.

Para pendidik dan dosen yang terhormat atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah

diberikan.

Para sahabat yang selalu berada di sampingku, menyemangatiku, hingga aku dapat

menjadi pribadi yang kuat.

Seseorang yang kelak akan menjadi imamku

Almamater tercinta Universitas Lampung.


(9)

MOTTO

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut

(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah

(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(Q.S. Luqman ayat 27)

Belajarlah dari masa lalu untuk memperoleh pelajaran hari ini, dan

dari pelajaran hari ini untuk hidup yang lebih baik di masa depan.


(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024012

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang menyatakan

Prisilia Anggun Larasati NPM 0813024041


(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan berkah, kasih sayang dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)” sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi, Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai; 4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah


(12)

xii

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf tata usaha PMIPA; 7. Drs. Puryanto., selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Drs. Suroso.,

selaku guru mitra, siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1 Trimurjo, serta semua pihak di SMA Negeri 1 Trimurjo, atas kerjasama dan bimbingannya;

8. Teristimewa Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku, serta keluarga besarku yang selalu mendukungku;

9. Keluarga kecilku Anggun Yuliana, Misriyanti, dan Ria Ratna Fauziah, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, kalian adalah yang terbaik. Serta teman seperjalananku Priska Purwaning, Riska Amelia dan Tri Suwandi atas bantuan dan semangat yang tak pernah lelah diberikan. Semoga persahabatan kita ini dapat terjalin selamanya.

10. Denny Satriyawan., atas motivasi, kesabaran, dan kesetiaannya selama ini; 11. Jevri Setia Nugraha., yang telah meluangkan waktu dan idenya dalam proses

pembuatan multimedia interaktif;

12. Keluarga Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008) : Anggun Yuliana Safitri, Misriyanti, Ria Ratna Fauziah, Tri Suwandi, Dwi Susanti, Evriana Darmayanti, Eka Dewi, Rindi Antika, Eko Budiyono, M. Robidin, Hadi Wijaya, Ardi Yusuf., Yudi Trisila, Dedi Pendra, Harry Haryono, Auliana Afandi, Siti Nurhalimah, Dewi Oktaria, Beti Anggraini, Wahyu Sri Sukarsih, Yulia, Arista Seftiara, Tia Rani, Siska Meitasari, Dwi Okviyanita, Melda


(13)

xiii

Ariyanti, Three Wati, Wartini Oktarina, Deni Rinawati, Ririn Widyaningsih, Imatul Khoiriyah, Nur Hidayah, Wina Halimah, Ajeng Pratiwi, Dzul Fithria, Iska Widya, Novria Wandira, Kurnia Mayang Sari, Rina Sailifa, serta kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terima kasih atas

persahabatan yang kalian berikan;

13. Rekan-rekan KKN dan PPL (Ajeng Dian, Meyta Pritandari, Sinta Putrie, Putu Diknasari Ewa, Lukmanul Hakim, Yunita, Septi, Nur Evitasari, Marisa Putri) yang telah menghadirkan cerita baru dalam hidupku.

Akhir kata, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka Pikir ... 9

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Multimedia Interaktif ... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 18

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian ... 30

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 42

H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 44

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48


(15)

xv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN 1. Silabus ... 89

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

3. Lembar Kerja Kelompok ... 115

4. Soal Pretes dan Postes ... 219

5. Angket Tanggapan Siswa ... 6. Data Hasil Penelitian ... 231

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 244


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya ... 26

2. Kriteria skor N-gain ... 40

3. Kriteria peningkatan KBK oleh siswa ... 40

4. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa ... 43

5. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa ... 43

6. Lembar observasi aktivitas siswa ... 44

7. Kategori presentasi aktivitas siswa ... 45

8. Item pernyataan pada angket ... 46

9. Skor per soal angket ... 46

10.Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47

11.Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47

12.Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49

13.Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49

14.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50

15.Data peningkatan KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 51 16.Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 52


(17)

xvii

17.Nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 132

18.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... 133

19.Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 134

20.Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol ... 136

21.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 138

22.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 139

23.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140

24.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140

25.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 141

26.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 141

27.Hasil uji satu pihak postes ... 142

28.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 143

29.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain .... 144

30.Hasil uji satu pihak N-gain ... 144

31.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 144

32.Hasil uji Mann-Withney UN-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 145

33.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146

34.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146

35.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merekonstruksi argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 147


(18)

xviii

36.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain

pada aspek merekonstruksi argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 147 37.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menginterpretasikan

pernyataan kelas eksperimen dan kontrol ... 148 38.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain

pada aspek menginterpretasikan pernyataan kelas eksperimen dan

kontrol ... 149 39.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menggeneralisasi kelas

eksperimen dan kontrol ... 150 40.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek menggeneralisasi

kelas eksperimen dan kontrol ... 150 41.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi kelas eksperimen dan kontrol ... 151 42.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek merumuskan


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 10 2. Desain penelitian pretes-postes kelas non ekuivalen ... 30 3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. ... 53 4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui

model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 54 5. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKS

7 kelas eksperimen). ... 62 6. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKK

7 kelas kontrol). ... 63 7. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKS

7 kelas eksperimen). ... 65 8. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKK

7 kelas kontrol). ... 66 9. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKS 5 kelas

eksperimen). ... 69 10. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKK 5 kelas

kontrol). ... 69 11. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKK 7 kelas

kontrol). ... 72 12. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKS 7 kelas

eksperimen). ... 72 13. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKS 1 kelas

eksperimen). ... 75 14. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKK 1 kelas


(20)

xx

15. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk

solusi (LKS kelas eksperimen)... 78

16. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi (LKK kelas kontrol). ... 78

17. Siswa kelas eksperimen mengerjakan pretes ... 154

18. Tahap Think : siswa berpikir secara mandiri untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam LKK ... 154

19. Tahap Pair : siswa saling bertukar pikiran dan berpasangan untuk memecahkan masalah di dalam LKS ... 155

20. Tahap Share : siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 155

21. Siswa kelas eksperimen mengerjakan postes ... 156

22. Siswa kelas kontrol mengerjakan pretes ... 156

23. Siswa berkelompok melakukan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKK ... 157

24. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi ... 157


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Biologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan agar peserta didik dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi diharapkan bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari - hari serta membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006:1-2).

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ditentukan oleh keterampilan peserta didik dalam berpikir. Salah satu keterampilan berpikir yang

diperlukan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah adalah

keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran Biologi. Penting bagi peserta didik untuk menjadi


(22)

2 pemikir kritis dan mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki keterampilan berpikir kritis. Menurut Spliter (dalam Komalasari, 2010:266), keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003:3). Menurut Sadia (2008:222), dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh siswa SMP dan SMA, mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum, serta mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan, persaingan, dan ketidakpastian. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam dunia pendidikan saat ini, berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di lapangan. Masih banyak guru yang belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa tersebut juga masih ditemui di SMA Negeri 1 Trimurjo. Dalam proses pembelajaran, guru masih belum dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa


(23)

3 untuk melakukan proses berpikir kritis. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Trimurjo, guru menggunakan metode diskusi, namun metode yang dilakukan masih kurang efektif. Metode yang dilakukan kurang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran serta mencari jawaban dari permasalahan yang diberikan guru, sehingga aktivitas siswa pun sangat rendah dan keterampilan berpikir kritis siswa tidak muncul. Saat proses pembelajaran, masih banyak siswa yang pasif saat berdiskusi, misalnya tidak ada siswa yang mengemukakan pendapat, bertanya kepada teman diskusi mengenai

permasalahan diskusi, sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki, termasuk keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis siswa juga tidak tergali karena siswa hanya mencari jawaban dari buku panduan dan guru tidak menyediakan sumber lain untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Roestiyah

(2008:6) metode diskusi memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta mendapat informasi yang terbatas, serta dapat dikuasai orang-orang yang suka berbicara. Tidak munculnya keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Trimurjo juga terlihat saat siswa diberi latihan, kebanyakan siswa tidak bisa menjawab soal dengan tepat, mereka lebih memilih mencontek teman dan tidak berpikir sendiri untuk menjawab soal-soal tersebut.

Kemudian pada proses pembelajaran, guru di SMA tersebut jarang sekali menggunakan fasilitas multimedia, sementara sekolah sudah memilikinya.


(24)

4 Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam

mengoperasikan alat-alat yang tersedia serta masih minimnya fasilitas pendukung . Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how and learning to know).

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dalam pelajaran Biologi di atas perlu ditingkatkan. Untuk mewujudkan peningkatan tersebut, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam hal metode dan media yang digunakan. Salah satu inovasi dalam media pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran biologi khususnya materi pokok Sistem Pencernaan adalah multimedia interaktif. Menurut Vaughan (dalam Binanto, 2010:2), multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif.

Materi pokok Sistem Pencernaan di SMA memiliki karakteristik proses yang cukup rumit, kompleks, dan abstrak, serta tidak dapat diamati tanpa alat bantu tertentu. Kesulitan dalam mempelajari materi tersebut dapat diminimalisir dengan multimedia interaktif yang mengintegrasikan berbagai media menjadi satu dan dapat dioperasikan sendiri atau secara interaktif oleh siswa sehingga


(25)

5 materi tersebut dapat lebih mudah dipahami. Penggunaan multimedia

interaktif dalam proses pembelajaran menurut Asyhar (2011:76) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, serta dapat merangsang siswa berpikir kritis,

menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

Penelitian yang mendukung penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran telah dilakukan oleh Saprudin (2010:ii) terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin yang mengontrak mata kuliah Fisika II, semester genap tahun akademik 2009/2010 pada suatu LPTK di Bandung dan membuktikan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam

pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Untuk menampilkan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran, dapat dipadukan dengan model pembelajaran dengan langkah-langkah yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan

aktivitas belajar siswa yaitu Think-Pair-Share (TPS). TPS merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan penekanan kepada siswa untuk lebih berpikir, mendiskusikan suatu permasalahan dan berbagi. Arends (dalam Komalasari, 2010:64) menyebutkan langkah-langkah

pembelajaran yaitu berpikir (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa

menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah, kemudian berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk


(26)

6 berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan yang terakhir berbagi (sharing), guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Berdasarkan hasil penelitian Wahyu (2010:1), diketahui pembelajaran TPS mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 2 Singosari sebesar 25,47% lebih tinggi daripada strategi pembelajaran konvensional. Penelitian tentang multimedia interaktif melalui pembelajaran TPS belum pernah dilakukan di sekolah-sekolah yang ada di Trimurjo. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok sistem pencernaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa ?

2. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS menghasilkan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi daripada penggunaan media gambar melalui metode diskusi ?


(27)

7 3. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh dari penggunaan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

2. Rata - rata keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan media gambar melalui metode diskusi

3. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

D. Manfaat Penelitian


(28)

8 1. Peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang profesional.

2. Siswa, yaitu mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran materi pokok Sistem Pencernaan dengan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Guru, yaitu dapat menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai alternatif pembelajaran dalam usaha meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan siswa.

4. Sekolah, yaitu sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan kombinasi multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Multimedia interaktif yang dimaksud adalah media yang dibuat menggunakan software Adobe Flash pada materi pokok Sistem

Pencernaan yang kemudian diakses siswa dengan bantuan komputer atau laptop dari CD pembelajaran yang sudah disiapkan

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)


(29)

9 3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini

meliputi: menginterpretasikan pernyataan, merekonstruksi argumen, menggeneralisasi, mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin, keterampilan memberikan alasan, dan merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi

4. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA semester genap di SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012

5. Materi pokok yang diteliti dalam penelitian adalah Sistem Pencernaan F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam menciptakan siswa yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan logis. Keterampilan berpikir tersebut dapat menjadi penentu keterampilan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 1 Trimurjo tergolong rendah. Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis tersebut, guru harus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran. Multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif . Penggunaan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran dapat


(30)

10 meningkatkan kemampuan siswa memahami suatu konsep yang abstrak, serta dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis.

Penggunaan media saja dalam proses pembelajaran tidak akan efektif, jika tidak dipadukan dengan model pembelajaran yang menumbuhkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini terdiri dari tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing). Semua fase dalam TPS memberi siswa lebih banyak kesempatan untuk merespons, berpikir dan saling membantu. Proses pelaksanaan berpikir (thinking), dalam penelitian ini difasilitasi multimedia interaktif, sebagai sarana untuk memecahkan permasalahan.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS serta variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis materi pokok Sistem Pencernaan.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada bagan di bawah ini.

Keterangan: X = Multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Y= Keterampilan berpikir kritis

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat


(31)

11 G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. H0 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

H1 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

2. H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan media gambar melalui metode diskusi

H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada media gambar melalui metode diskusi

3. Penggunaan multimedia interaktif melalui model TPS mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model TPS pada materi pokok Sistem Pencernaan.


(32)

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Multimedia Interaktif

Sadiman (2008:7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Midun (dalam Asyhar, 2011:41) mengungkapkan bahwa media pembelajaran

memiliki manfaat, diantaranya dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

Selain itu, Sadiman (2008:17) juga mengemukakan beberapa kegunaan media pembelajaran, diantaranya yaitu :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya : a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model

b. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar


(34)

14 c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekamman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, serta

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain

3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung anatara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya

Secara umum, menurut Asyhar (2011:76), ada empat jenis media pembelajaran, yaitu :

1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, foto, dsb.


(35)

15 2. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.

3. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat

disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.

4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih

ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer. Sanjaya (2009:218) mengungkapkan, saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputerisasi dan pengolahan kata tetapi juga sebagai sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik dapat membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai media yang efektif. Menurut Asyhar

(2011:75), istilah multimedia muncul pertama kali di awal 1990 melalui media masa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising,

dan juga commercial. Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi” dan “media”. Multi berarti “banyak”, sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium.


(36)

16 Multimedia didefinisikan oleh Vaughan (dalam Binanto, 2010:2) sebagai kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif. Ada tiga jenis multimedia, yaitu : 1. Multimedia interaktif

Pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia akan dikirimkan atau ditampilkan

2. Multimedia hiperaktif

Multimedia jenis ini mempunyai suatu struktur dari elemen-elemen terkait dengan pengguna yang dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang

menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada. 3. Multimedia linear

Pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia yang disajikan dari awal hingga akhir

Beberapa model multimedia interaktif diungkapkan oleh Sanjaya (2009:221) diantaranya yaitu :

a. Model Drill : Model Drill pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang

mendekati suasana yang sebenarnya

b. Model Tutorial : Model Tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Program ini


(37)

17 juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran

c. Model Simulasi : Model Simulasi pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.

d. Model Games : Model Games, dikembangkan atas “pembelajaran yang menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Menurut Marshall (dalam Binanto, 2010:1), sistem multimedia mempunyai empat karakteristik dasar, yaitu :

1. Merupakan sistem yang dikontrol oleh komputer 2. Merupakan sebuah sistem yang terintegrasi

3. Informasi yang ditangani direpresentasikan secara digital, dan 4. Antarmuka pada media tampilan akhir biasanya bersifat interaktif Binanto (2010:3) menyatakan bahwa multimedia dapat digunakan dalam berbagai bidang. Multimedia dapat masuk dan menjadi alat bantu yang menyenangkan. Hal ini terjadi karena kekayaan elemen-elemen dan

kemudahannya digunakan dalam banyak konten yang bervariasi. Salah satu diantara bidang penggunaannya adalah di sekolah atau dalam bidang pendidikan.

Asyhar (2011:76) mengungkapkan keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya yaitu :


(38)

18 1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep

abstrak dengan lebih mudah,

2. Dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar

3. Menghemat waktu dan

4. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Namun, disamping itu, Asyhar (2011:76) menambahkan bahwa multimedia memiliki kelemahan yaitu harus didukung oleh peralatan memadai seperti LCD projector dan adanya aliran listrik.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Trianto (2010:56), pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Roger dan Johnson (dalam Muliyani, 2011:3) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur, yaitu 1) saling

ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok

Komalasari (2010:64) menyatakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru adalah Think Pair Share (TPS). Model

Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi


(39)

19 siswa. TPS bertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.

Arends (dalam Komalasari, 2010:64) mengungkapkan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Langkah-langkah TPS menurut Arends adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah. Langkah 2 : Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke


(40)

20 pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Menurut Fadholi (2009:1), model pembelajaran kooperatif TPS memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan TPS diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain

2. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok

3. Interaksi lebih mudah

4. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

5. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas

6. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas

7. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil

8. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan


(41)

21 9. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan 10.Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah

11.Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang

12.Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar

13.Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran

14.Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional

15.Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang

disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini


(42)

22 dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan

permasalahan yang diberikan oleh guru

16.Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal

Selain itu, TPS juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu : 1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas 2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas 3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat

perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang

4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 5. Lebih sedikit ide yang muncul

6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah 7. Menggantungkan pada pasangan

8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan

9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya 10.Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal 11.Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang


(43)

23 12.Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan

ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa

13.Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas

14.Jumlah kelompok yang terbentuk banyak

15.Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Dewey (dalam Komalasari, 2010:266) berpikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada suatu masalah. Ia menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan keluar tersebut, mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan

pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya. Untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses yang dinamakan berpikir.

Costa (dalam Komalasari, 2010:266) menyatakan bahwa berpikir terdiri atas kegiatan atau proses berikut : (1) menentukan hukum sebab akibat, (2) pemberian makna terhadap sesuatu yang baru, (3) mendeteksi keteraturan di


(44)

24 antara fenomena, (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi), dan (5)

menemukan ciri khas suatu fenomena.

Menurut Paul (dalam Kurniawan, 2002:13), secara Etimologis, kata ‘kritis’ berasal dari bahasa Yunani yakni “kritikos” (yang berarti mencerna penilaian) dan “kriterion” (yang berarti standar). Sehingga, kritis berarti mencerna penilaian berdasarkan standar. Jika dipadukan dengan kata ‘berpikir’, maka kita dapat mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang secara

eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang sesuai dalam rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu. Ennis (dalam Sadia, 2008:223) mendefinisikan berpikir kritis sebagai aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam

mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan. Lebih lanjut

menurut Schafersman (dalam Darsati, 2007:2) berpikir kritis adalah berpikir secara nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat

mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan


(45)

25 Spliter (dalam Komalasari, 2010:266) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Menurut Meyers (dalam Sadia, 2008:224), untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran guru melakukan strategi-strategi sebagai berikut:

1. Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum, dsb.) dan sains sebagai proses (keterampilan proses sains), seperti mengobservasi kejadian, merumuskan masalah, berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel.

2. Menyeimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction),teori belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam mengembangkan struktur mental yang baru.

3. Menciptakan diskusi kelas,Guru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan”. Ajukan pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri. Lima kunci untuk menciptakan atau mengkreasi suasana kelas yang interaktif, yaitu (1) mulai setiap pembelajaran dengan masalah atau kontroversi; (2) gunakan keheningan untuk membangkitkan refleksi; (3) atur ruang kelas untuk membangkitkan interaksi dalam


(46)

26 pembelajaran; (4) jika mungkin, perpanjang waktu pembelajaran (extend class time). Berpikir kritis akan terjadi jika siswa memiliki waktu yang tepat untuk sampai pada refleksi; dan (5) ciptakan lingkungan belajar yang nyaman.

Ennis (dalam Costa, 1985:54) mengembangkan indikator keterampilan berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

1.

Memberikan penjelasan dasar

1. Memfokuskan

pertanyaan a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan

b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin c.Menjaga pikiran terhadap

situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argumen a.Mengidentifikasi kesimpulan

b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan

c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d.Mencari persamaan dan

perbedaan

e.Mengidentifikasi dan menangani

ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari

sebuah pendapat/argumen g.Meringkas

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan

pertanyaan yang menantang

a.Mengapa?

b.Apa yang menjadi alasan utama?

c.Apa yang kamu maksud dengan?


(47)

27

Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

contoh?

e.Apa yang bukan contoh? f. Bagaiamana

mengaplikasikan kasus tersebut?

g.Apa yang menjadikan perbedaannya? h.Apa faktanya?

i. Apakah ini yang kamu katakan?

j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu? 2.

Membangun keterampilan dasar

4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

a. Keahlian

b. Mengurangi konflik interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ada

f. Mengetahui resiko g. Keterampilan

memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a. Mengurangi

praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu

antara observasi dengan laporan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam

menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas

kredibilitas kriteria 3.

Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika

b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan


(48)

28

Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a.Menggeneralisasi b.Berhipotesis 8. Membuat dan

mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut

9. Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi

Ada 3 dimensi: a. Bentuk : sinonim,

klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh

b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10 . Mengidentifikasi

asumsi a. Alasan yang tidak dinyatakan b.Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen 5.

Strategi dan taktik

11. Memutuskan suatu

tindakan a.b. Mendefisikan masalah Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan

c. Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi d. Memutuskan hal-hal yang

akan dilakukan e. Merivew

f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan

orang lain a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik

d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan


(49)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Trimurjo pada bulan April 2012

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tiga kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

Sampel tersebut adalah siswa kelas XI IPA 2 (jumlah = 31 orang) sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPA 3 (jumlah = 33 orang) sebagai kelas kontrol. Menurut Margono (2005:127) yang dimaksud cluster random sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes non ekuivalen. Dua kelompok penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara random. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan


(50)

30

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan kelas kontrol hanya diterapkan media gambar melalui metode diskusi. Kedua kelas diberi pretes dan postes yang sama kemudian hasilnya dibandingkan.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 =

Postes; X = Perlakuan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS; C = Perlakuan media gambar melalui metode diskusi

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya. penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.


(51)

31

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat multimedia interaktif yang akan di uji ahli. Dengan cara sebagai berikut :

1) Penentuan konsep multimedia interaktif dengan cara menetapkan : Tujuan pembelajaran dengan multimedia interaktif pada penelitian ini adalah siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dalam proses pencernaan makanan, menentukan penyebab penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan, serta siswa mampu merumuskan solusi yang logis bagi penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan

 Kategori multimedia yang akan digunakan berupa multimedia

interaktif dalam bentuk CD.

2) Pembuatan skenario pembelajaran dengan multimedia interaktif untuk setiap pertemuan. Uraian materi pokok pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut. Pertemuan ke :

a) Satu & Dua : Struktur, fungsi organ penyusun sistem

pencernaan dalam proses pencernaan terdiri dari berbagai peristiwa pencernaan (mekanik dan kimiawi) yang terjadi di tiap organ pencernaan mulai dari mulut hingga anus.

b) Tiga : Kelainan struktur dan atau fungsi organ

pencernaan yang menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan.


(52)

32

3) Mengumpulkan objek penyusun multimedia interaktif

Objek multimedia interaktif dikumpulkan dengan cara mengunduh dari beberapa sumber, yaitu :

Objek yang digunakan berupa gambar dan video yang dihimpun dengan cara mengunduh dari beberapa sumber, yaitu:

a) www.google.com

b) www.youtube.com yang berjudul : (1) Digestion

(2) The Liver and Pancreas

(3) Stomach Digestion

(4) The digestion process - What happens to your food as it trav

(5) Peristaltic Wave in the Gastric Antrum

(6) Small Intestine

(7) Rumiantes

c) Buku

(1) Biologi (Campbell) untuk pertemuan ke 1, 2 dan 3 (2) Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk pertemuan ke 1, 2

dan 3

(3) Histologi Dasar untuk pertemuan ke 1 & 2 4) Pembuatan multimedia interaktif

Multimedia interaktif dibuat menggunakan Adobe Flash .

a) Membuat rancangan tampilan utama pada aplikasi


(53)

33

b) Membuat seluruh desain tampilan pada aplikasi

CorelDRAW (background, tombol, dll)

c) Meng-import seluruh bahan dan desain tampilan kedalam

library Adobe Flash

d) Memberikan background (hijau) yang akan terus ditampilkan selama aplikasi dijalankan

e) Membuat judul

f) Memberikan efek animasi

g) Menyusun background putih pada tampilan petunjuk

penggunaan, membuat judul & meletakkan tombol keluar yang akan terus ditampilkan selama aplikasi dijalankan, dan meletakkan tombol next

h) Memberikan kode program (script) dan memberikan efek

animasi

i) Meletakkan gambar, meletakkan 4 pilihan fungsi organ dan

tempat peletakan fungsi organ yang benar, meletakkan tombol untuk mencari fungsi organ berikutnya, dan meletakkan tombol untuk melihat video

j) Memberikan kode program (script)

k) Melakukan langkah yang sama dengan proses di atas untuk


(54)

34

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes berupa soal uraian yang akan diuji ahli.

f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

h. Membagi siswa menjadi 15 pasang, pasangan bersifat heterogen dan dibentuk berdasarkan nilai semester ganjil pada kelas yang sama dan berdasarkan jenis kelamin.

2. Pelaksanaan Penelitian

1. Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan multimedia

interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk kelas eksperimen dan menggunakan media gambar dengan metode diskusi untuk kelas kontrol di SMA Negeri 1 Trimurjo. Penelitian ini

direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian kegiatan untuk setiap pertemuan dimuat di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a) Siswa diberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai organ penyusun sistem pencernaan


(55)

35

meliputi struktur dan fungsi organ tersebut, proses pencernaan makanan pada manusia, serta kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan

b) Siswa disajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran.

c) Siswa menerima apersepsi dengan menjawab pertanyaan

Pertemuan I&II: “Apakah makanan yang kita makan bentuknya sama dengan yang kalian keluarkan? Mengapa bisa berbeda? Kemudian, apakah makanan yang kita makan jumlahnya sama antara yang masuk dan yang keluar?”

Pertemuan III : ”Kenapa apabila kita memakan gorengan dengan banyak uka menyebabkan perut kita menjadi sakit?”

d) Siswa diberikan motivasi sesuai materi setiap pertemuan. Pertemuan I&II:Siswa menerima motivasi dengan memperoleh penjelasan sederhana mengenai proses pencernaan makanan yang terjadi dalam tubuh dan

mengungkapkan pentingnya proses pencernaan tersebut bagi tubuh kita

Pertemuan III: Siswa dijelaskan penyebab sakit perut, yaitu banyak makan cuka dapat meningkatkan produksi asam lambung. Selanjutnya guru memberikan penjelasan gangguan-gangguan yang mungkin


(56)

36

terjadi pada organ-organ yang terdapat pada sistem pencernaan manusia dan memberitahu tentang manfaat siswa mempelajari tentang gangguan pada sistem pencernaan.

2) Kegiatan inti

Kelas eksperimen

a) Siswa dikelompokkan ke dalam 16 pasangan, masing-masing

pasangan terdiri dari 2 orang siswa yang heterogen. b) Siswa mendapat informasi tentang materi yang dibahas

dengan cara disajikan multimedia interaktif. Informasi yang disampaikan sesuai dengan pembagian materi pada setiap pertemuan,

c) Siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas pada setiap pertemuan,

d) Siswa diminta untuk menggunakan waktu selama 4 menit untuk berpikir sendiri menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Guru juga menjelaskan berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir,

e) Siswa mendiskusikan dengan pasangannya apa yang telah mereka peroleh selama 5 menit. Guru menjelaskan bahwa interaksi yang terjadi selama waktu yang disediakan adalah siswa menyatukan jawaban yang diperoleh masing-masing,

f) Setiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas dengan cara mempresentasikan jawaban yang mereka peroleh. Presentasi


(57)

37

dilakukan ditempat duduk masing-masing. Guru memimpin pleno diskusi kecil dan menghentikan presentasi setelah 5 pasangan menyampaikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas, g) Siswa memperbaiki jawaban yang kurang tepat,

Kelas Kontrol

a) Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok (setiap kelompok

berjumlah 5-6 orang dan pembagian kelompok telah dilakukan sebelumnya).

b) Siswa memperoleh Lembar Kerja Kelompok (LKK)

c) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

dengan bimbingan guru.

d) Setelah LKK selesai, siswa meminta setiap kelompok mengumpulkannya.

e) Setiap kelompok melakukan presentasi LKK.

f) Siswa memperoleh penguatan dengan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

3) Penutup

Kelas Eksperimen dan kelas kontrol

a) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah berlangsung dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.

b) Siswa diberi postespada akhir pembelajaran pertemuan III berupa soal uraian yang sama dengan soal pretes.


(58)

38

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1) Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain

b)Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan siswa terhadap multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a) Pretes dan Postes

Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postesdiambil di akhir pembelajaran pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal uraian.


(59)

39

Teknik penskoran nilai pretes dan postesyaitu :

S = R x 100 N

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: mengemukakan pendapat/ide, mengajukan pertanyaan, bekerja sama dalam tim, bertukar informasi, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

c) Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif TPS dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 7 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju, dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:


(60)

40

N-gain=Spost-Spre Smax-Spre

Keterangan :

Spost = rata-rataskor postes

Spre = rata-rata skor pretes

Smax = skor maksimum

Tabel 2. Kriteria Skor N-gain

N-gain Kriteria

g > 0,7 0,3 > g > 0,7

g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah Dimodifikasi dari Hake (1999:1)

Sedangkan untuk mengukur peningkatan KBK oleh siswa digunakan rumus sebagai berikut.

Peningkatan = Nilai Postes – Nilai Pretes Tabel 3. Kriteria peningkatan KBK oleh siswa

(dimodifikasi dari Arikunto, 2010:245)

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 12, yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program

SPSS versi 12.

Poin Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(61)

41

a) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga

yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2) Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 12.

a) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b) Kriteria Uji

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05

maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka

H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 12. 1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama


(62)

42

b) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:13). 2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol. b) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:10).

G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Biologi sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa.

2) Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:

S=

N R100

Ket : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).


(63)

43

3) Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa sebagai berikut: Tabel 4. Rubrik Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Keterangan :

R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : Jumlah skor maksimum dari tes tersebut

S : Nilai yang diharapkan (dicari)

A : Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

B : Keterampilan memberikan alasan C : Merekontruksi argumen

D : Menginterpretasikan pernyataan E : Menggeneralisasi

F : Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi

Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran

4) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan

berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : Tabel 5. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa

(dimodifikasi dari Arikunto, 2010:245) No. Nama Siswa

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

A B C D E F

No.

soal soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. 1 2 3 4 5 dst. R N S Kriteria Poin Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(64)

44

H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan presentase aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu: 1) Menghitung rata–rata presentase aktivitas menggunakan rumus:

∑Xi

X = x 100 % n

Keterangan: X = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑Xi = Jumlah skor

yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002:69).

Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 dst.

Jumlah (∑Xi) Rata-rata ( )

Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:

A.Mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan

pembahasan pada materi pokok Sistem Pencernaan.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada

materi pokok Sistem Pencernaan.

B.Mengajukan pertanyaan:

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Sistem Pencernaan.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Sistem Pencernaan.


(65)

45

C. Bekerja sama dalam tim:

1. Tidak melaksanakan tugas apa pun. 2. Bekerja sendiri tanpa melibatkan teman.

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok.

D. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan Sistem Pencernaan dalam lembar kerja. 3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada lembar kerja sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan pada materi pokok Sistem Pencernaan.

E. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori persentase aktivitas siswa

D

Dimodifikasi dari Hake (1999:1)

Kategori persentase aktivitas siswa

(%) Interpretasi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

75,00 – 89,99 Tinggi

55,00 – 74,99 Sedang

30,00 – 54,99 Rendah


(1)

45

C. Bekerja sama dalam tim:

1. Tidak melaksanakan tugas apa pun. 2. Bekerja sendiri tanpa melibatkan teman.

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok. D. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan Sistem Pencernaan dalam lembar kerja. 3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada lembar kerja sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan pada materi pokok Sistem Pencernaan.

E. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori persentase aktivitas siswa

D

Dimodifikasi dari Hake (1999:1)

Kategori persentase aktivitas siswa

(%) Interpretasi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

75,00 – 89,99 Tinggi

55,00 – 74,99 Sedang

30,00 – 54,99 Rendah


(2)

I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Multimedia Interaktif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan ini berisi 7 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif.

Tabel 8. Item Pernyataan pada Angket

No. Pernyataan-pernyataan S TS

1. Saya senang mempelajari materi pokok sistem pencernaan melalui

media dan model pembelajaran yang diberikan oleh guru 2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui media

dan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Media dan model pembelajaran yang diberikan kepada saya tidak

memberi kesempatan untuk berpikir kritis. 4. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui media dan

model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 5. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses

pembelajaran yang berlangsung.

6. Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKK melalui media dan model pembelajaran diberikan oleh guru. 7. Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya melalui media

dan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut: 1) Skor angket

Tabel 9. Skor per soal angket

Skor per soal angket

1 0

Pernyataan positif S TS

Pernyataan negatif TS S

dst. … …

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).


(3)

47

2) Melakukan tabulasi data, bertujuan untuk memberikan gambaran

frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 10. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

No. Pertanyaan

Angket Jawaban Pilihan

Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 TS S

2 TS S

dst. TS S

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010:31).

3) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X S∑ S × 100%

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa. Tabel 11. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Multimedia Interaktif dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya

Sebagian kecil Tidak ada Hendro (dalam Hastriani, 2006:43)


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis oleh siswa.

2. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok Sistem Pencernaan lebih tinggi daripada media gambar melalui metode diskusi.

3. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran Sistem Pencernaan menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatiftipe TPS.

4. Sebagian besar (96.12%) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(5)

81

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat digunakan oleh guru Biologi sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan KBK oleh siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

2. Pada pembuatan multimedia interaktif selanjutnya diharapkan dapat dibuat lebih interaktif dan mampu menjelaskan materi secara keseluruhan.

3. Multimedia interaktif yang digunakan sebaiknya diberikan sebelum proses pembelajaran, agar tidak menyita waktu dalam proses pembelajaran karena banyak siswa yang belum paham dalam mengoperasikannya.

4. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, dimana terdapat banyak kelompok dibutuhkan pengawasan dan observer yang lebih banyak untuk dapat menilai aktivitas belajar siswa.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Siswa Pada

Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Ariyati, E. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa.

Jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP/article/download/194/181 (24 April 2012; 15:12 wib)

Asyhar, R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran . Gaung

Persada Press. Jakarta

BSNP. 2006 . Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA-MA.

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=103/ (09 Desember 2011; 14:30) Binanto, I. 2010. Multimedia Digital-Dasar Teori dan Pengembangannya.

ANDI. Yogyakarta

Carolina, H.S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Universitas Lampung. Lampung.

Costa, A.L. 1985. “Teaching for, of, and About Thinking”, dalam Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. ASCD . Alexandria, Virginia

Darsati, S. 2007. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas X dan XI Pada Pembelajaran Kimia Menggunakan Metoda Praktikum.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19560323198 1012-SITI_DARSATI/Makalah_Semnaskim.pdf (23 November 2011; 11:21 WIB )

Djamarah, S.B. dan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20

0 7 54

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Semester Genap

0 7 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA N 2 Gadingrejo T.P 2012/2013)

0 18 65

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Neg

0 19 70

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semeste

0 14 68

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VIII Semester GanjilSMP N 2 Abung SelatanT

1 14 61

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

3 9 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

0 5 54

ENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA N 2 Gadingrejo T.P 2012/2013)

1 7 65

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA

6 82 69