PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI
1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN
2013/2014

Oleh
Elly Astuti

Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
(Pendidikan Guru Dalam Jabatan)
Pada
Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNGBANDAR

2014

ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP
NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Oleh
ELLY ASTUTI
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru
dalam menentukan suatu metode yang efektif sebab metode pembelajaran memiliki peran yang
cukup besar dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran harus memiliki oleh setiap
guru sebagai strategi dalam mengajar sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.namun, pada kenyataannya dewasa ini masih banyak guru yang belum memahami
benar manfaat dari variasi penggunaan metode itu sendiri sehingga penggunaan metode dalam
proses pembelajaran masih sangat minim sehingga efektivitas pembelajaran di dalam kelas
masih belum optimal sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif Student

Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah pada kelas VIII.G di
SMP Negeri I Way Lima. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar sejarah siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII.G di SMP Negeri I Way Lima dan tekhnik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, kuis/tes, observasi, dan
dokumentasi. data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tekhnik
analisis data kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 69, meningkat menjadi
75,75 di siklus II dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81,02. Ketuntasan belajar siklus I
mencapai 70% (belum tuntas), naik pada siklus II menjadi 80% (tuntas) dan naik lagi pada siklus
III menjadi 90% (tuntas).

Kata kunci:

hasil belajar, Student Teams Achievement Divisions (STAD)
ii

DAFTAR ISI


Daftar Isi

Halaman

Halaman Depan …………………………………………………………….. i
Abstrak ……………………………………………………………………… ii
Halaman Judul ……………………………………………………………… iii
Halaman Persetujuan ……………………………………………………….. iv
Halaman Pengesahan ………………………………………………………... v
Halaman Pernyataan ……………………………………………………….. vi
Riwayat Hidup ……………………………………………………………… vii
Moto ……………………………………………………………………….. viii
Halaman Persembahan ……………………………………………………… ix
Sanwacana …………………………………………………………………. x
Daftar Isi ……………………………………………………………………. xi
Daftar Tabel ………………………………………………………………… xiii
Daftar Gambar ……………………………………..……………………….. xiv
Daftar Lampiran ….……………………………….………………………… xv
BAB I


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………..………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................... 7
D. Cara Pemecahan Masalah .................................................... 7
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………….. 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pembelajaran Kooperatif .........................................
B. Konsep Student Teams Achievement Divisions (STAD) ......
C. Konsep Hasil Belajar Sejarah ..............................................
D. Kerangka Pikir Dan Paradigma ……………………………
1. Kerangka Pikir …………………………………………..
2. Paradigma ……………………………………………….

xi


11
16
23
25
25
27

BAB III

BAB IV

BAB V

METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian .................................................................
B. Prosedur Penelitian …………………………………………
1. Siklus I …………………………………………………..
2. Siklus II …………………………………………………
3. Siklus III ………………………………………………..

C. Data dan Teknik Pengambilan Data ……………………..
1. Data …………………………………………………….
2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
D. Instrumen Penelitian ……………………………………….
E. Teknik Analisis Data ………………………………………
F. Tekhnik Penilaian …………………………………………

28
29
30
32
35
37
37
38
39
39
40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya SMP Negeri I Way Lima .......................
B. Hasil Penelitian ....................................................................
1. Siklus I ………………………………………………….
2. Siklus II …………………………………………………
3. Siklus III ………………………………………………..
C. Pembahasan ………………………………………………..
1. Siklus I …………………………………………………..
2. Siklus II …………………………………………………
3. Siklus III ………………………………………………..

43
44
45
48
51
53
53
55
57


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru
dalam menentukan suatu metode yang efektif sebab metode pembelajaran memiliki peran
yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran harus memiliki oleh
setiap guru sebagai strategi dalam mengajar sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan.

Menurut Roestiyah (1989:1) “Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar
secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu untuk memiliki
strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut metode
belajar “

Metode mengajar yang sering dipakai oleh guru di SMP Negeri I Way Lima cukup bervariasi
seperti diskusi kelompk dan lain sebagainya. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan mengunakan metode ini sering terdapat kendala. Saat proses pembelajaran
berlangsung hanya sebagai kecil saja siswa yang aktif dan mengerjakan tugas kelompok

2
sedangkan siswa yang lainya tidak berperan aktif bahkan melempar tangung jawab kepada
siswa lainya, Pembagian anggota kelompok yang dilakukan oleh guru tidak berdasarkan atas
kemampuan akademik siswa sehingga sering ditamukan suatu kelompok dengan anggota
yang pasif. Selain itu selama proses belajar mengajar, terkesan bahwa siswa tidak berani
bertanya kepada guru walaupun mereka tidak mengerti tentang materi yang diberikan.

Aktivitas belajar siswa di SMP Negeri I Way Lima dinilai masih relatif masih rendah. Hal ini

yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa tidak memahami materi
pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa
SMP Negeri I Way Lima.

Siswa dikatakan tuntas belajar dalam mata pelajaran IPS Terpadu khususnya bidang studi
Sejarah apabila siswa memperoleh nilai minimal 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa
(2005: 99), yang mengatakan bahwa: “Berdasarkan teori belajar tuntas maka seorang peserta
didik dipandang tuntas dalam belajar apa bila ia mampu menyelesaikan menguasai
kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan
pembelajaran”.

Pada kenyataanya banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan.
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan di SMP Negeri I Way Lima maka diperoleh
informasi bahwa mata pelajaran IPS Terpadu khususnya bidang studi Sejarah di SMP Negeri
I Way Lima masih banyak siswa yang tidak tuntas dalam belajar.

3
Siswa kelas

VIII.G sebanyak 32 siswa, terdiri dari 21 siswa laki laki dan 11 siswa


perempuan, namun masih banyak siswa yang belum tuntas dalam belajar dan harus megikuti
remedial uji blok karena memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan yaitu 65.

Merujuk pada kenyataan diatas maka diperlukan kreativitas guru dalam merencanakan
pengajaran dan menciptakan suasana yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam belajar
sehingga mencapai hasil belajar yang ptimal. Sesuai dengan pendapat Ibrahim (1996: 27),
yang menyatakan bahwa: “Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka
guru hendaknya merencanakan pegajaran yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas
belajar”.Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu perubahan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Salah satu upaya untuk mengefektifkan pembelajaran kelompok adalah dengan
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD).

Model pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar dapat membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep dan meteri pembelajaran yang sulit tetapi juga dapat membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap
sosial siswa dalam berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dalam kelompok yang berdasarkan pada pemikiran bahwa orang akan
lebih baik belajar ketika mereka belajar bersama-sama.

Sesuai dengan pendapat Slavin (1990: 11) bahwa: “ Dengan pembelajaran kooperative siswa
akan lebih mudah memahami makna pembelajaran karena siswa dapat saling membantu,

4
memperbaiki, dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap
interaksi dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa”.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe yang paling sederhana dari
pembelajaran koopratif adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam
STAD, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima
orang anggota. Setiap kelompok atau tim harus heterogen berdasarkan atas jenis kelamin
serta kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah.

Pada saat proses pembelajaran. setiap kelompok menggunakan lembar kegiatan yang telah
disiapkan oleh guru untuk menuntaskan materi pelajaran dan saling membantu satu sama lain
dalam menguasai bahan pembelajaran melalui tutorial dengan melakukan diskusi dan tanya
jawab. Para siswa belum bisa mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh
anggota kelompok dapat menyelesaikan seluruh tugas.

Untuk memastikan seluruh anggota dalam menguasai pembelajaran maka seluruh siswa
dikenakan tes individu atau kuis tentang materi yang dipelajari. Setiap siswa diberi poin
peningkatan individu yang diperoleh dari nilai kuis. Kelompok yang memperoleh poin
tertinggi dalam kuis akan memperoleh penghargaan berupa hadiah, hal ini dilakukan untuk
memotivasi siswa agar lebih aktif dan giat lagi dalam belajar.

5
Pada hakikatnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan metode belajar
kelompok, namun tidak setiap belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran
kooperatif tipe STAD, walaupun dalam kenyataannya pembelajaran kooperatif tipe STAD
terjadi dalam bentuk kelompok.

Ada sejumlah perbedaan esensial antara metode belajar kelompok yang diterapkan oleh guru
mata pelajaran IPS Sejarah dengan metode pambelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement

Divisions. Dalam metode pembelajaran kelompok terlihat guru sering

membiarkan adanya siswa yang mendominasi dan menggantungkan diri pada kelompok,
akuntabilitas individu sering diabaikan sehinga tugas-tugas yang diberikan guru hanya
dikerjakan oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lainya melepas tanggung
jawab, pembagian anggota kelompok tidak berdasarkan atas kemampuan akademik sehingga
sering ditemukan kelompok belajar yang kelompok anggotanya pasif, selama kerja kelompok
berlangsung guru kurang melakukan pemantauan dan tidak memperhatikan proses kerja
kelompok yang dilakukan siswa. Aktivitas belajar siswa terlihat masih rendah, selain itu hasil
belajar yang diperoleh siswa banyak yang memperoleh nilai dibawah standar ketuntasan
minimal (KKM).

Hal tersebut berbeda dengan elemen-elemen yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions yang lebih menekankan pada adanya sikap saling
ketergantungan positif, saling membantu dan memberikan motivasi sehingga ada intraksi
antar siswa. Adanya akuntabilitas individu yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap

6
anggota kelompok sehingga dapat saling mengetahui siapa siswa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang dapat memberi bantuan dalam belajar.

Kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
harus heterogen yang berdasarkan kemampuan akademik sehingga siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi dapat menjadi tutor sebaya dan memberikan bantuan dalam
belajar guna membantu teman-temannya yang berkemampuan akademik rendah. Pada saat
diskusi kelompok sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi,
guru harus memperhatikan secara langsung proses kerja kelompok yang terjadi selama siswa
belajar dalam kelompok belajarnya.

Untuk memperbaiki metode megajar yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS terpadu
khususnya bidang studi Sejarah di SMP Negeri 1 Way Lima dalam mengaktifkan siswa
selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa, maka salah
satu alternatifnya adalah perlu dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

7
B. Identifikasi Masalah
1. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 1 Way Lima belum optimal
2. Penggunaan metode pembelajaran di SMP Negeri I Way Lima belum bervariasi
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions belum/jarang
diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri I
Way Lima
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dapat
meningkatkan hasil belajar Sejarah pada kelas VIII.G di SMP Negeri I Way Lima?’.

D. Cara Pemecahan Masalah
Rendahnya aktivitas belajar sejarah siswa kelas VIII.G di SMP Negeri 1 Way Lima
merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar sejarah siswa. Perolehan hasil belajar
sejarah siswa yang kurang optimal disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru belum bervariasi. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tentang rendahnya aktivitas belajar Sejarah siswa yang berdampak pada hasil belajar
sejarah siswa adalah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement

Divisions yang dapat memacu siswa untuk

beraktivitas dalam belajar sejarah.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian

bekerja sama dan

8
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas
VIII.G di SMP Negeri I Way Lima setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan
model pembelajaran koopratif tipe Student Teams Achievement Divisions.

2. Kegunaan Penelitian
Bagi Guru:
1. Memberikan informasi bagi guru mengenai alternatif metode pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam pelajaran sejarah
2. Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran IPS Sejarah untuk memecahkan
permasalahan yang menyangkut tentang upaya mengaktifkan siswa dalam belajar
sejarah
3. Membantu guru dalam melaksanakan prose kegiatan belajar megajar yang efektif dan
efesien.
Bagi Siswa:
1. Membiasakan siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab
2. Meningkatkan hasil belajar sejarah siswa
3. Mengembangkan keterampilan hidup bergotong royong dalam memecahkan masalah.
4. Memudahkan siswa untuk berinteraksi antarteman dan menumbuhkan sikap saling
menghargai satu sama lain.

9
F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan dan dapat
memberikan kejelasan tentang penelitian, berikut dikemukakan beberapa batasan.
1. Hasil belajar sejarah adalah suatu nilai yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Student
Teams Achievement

Divisions pada mata pelajaran IPS Sejarah. Hasil belajar ini

tercermin dalam nilai yang diperoleh setelah siswa diberi tes formatif berupa kuis pada
setiap akhir siklus penelitian
2. Model pembelajaran adalah suatu pola mengajar yang menggambarkan proses secara
spesifik dalam pengorganisasian pengalaman belajar guna menciptakan situasi tertentu
yang menyebabkan siswa berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi perubahan
khususnya pada tingkah laku mereka.
3. Pembelajaran kooperatif adalah suatu setrategi pembelajaran dengan meggabungkan
siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan dalam belajar. Dalam hal ini siswa dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kemampuan akademik yang berbeda.
4. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions adalah strategi
pembelajaran yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif, dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil yang bersifat
heterogen. Karakteristik utama dari pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions adalah: persentasi kelas, belajar kelompok, tes atau kuis untuk mengukur
kemampuan individu, penentuan poin peningkatan individu dan kelompok, serta memberi
penghargaan bagi kelompok dengan poin tertinggi.

10
5. Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII.G berjumlah 32 orang
siswa.

6. Pokok bahasan yang akan diajarkan sebagai bahan penelitian adalah pokok bahasan
sesuai dengan materi pelajaran sejaran kelas VIII pada semester ganjil.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari
pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka belajar bersama-sama.
Siswa biasanya lebih mudah memahami konsep pembelajaran apabila ia mendapatkan
penjelasan dari gurunya. Menurut Arikunto (1986:62) adakalanya seorang siswa lebih mudah
menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan yang lain
karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya.

Dalam setting kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari satu teman keteman yang lain
diantara sesama siswa dari pada belajar dari guru (Ibrahim, 2002: 17). Sedangkan Lie
(2002:12) mengemukakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesepatan kepada
anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas tersetruktur. Dalam
sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”

12

Selain unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran
koopratif sangat berguana untuk membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan
kerjasama (Ibrahim, 2002:12). Kerjasama merupakan prinsip belajar dan mengajar yang
penting, dengan melakukan kerjasama berarti siswa saling berintraksi satu sama lain dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Rusyan (1989:155) mengemukakan bahwa “Dalam proses kelompok atau kerjasama itu
terdapat segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Setiap
individu berhubungan satu sama lain, setiap individu memberikan sumbangan pikiran, setiap
individu saling mempengaruhi, setiap individu ikut aktif, setiap individu mendapat
pembagian tugas dan setiap individu berkembang dalam hal personal-sosial-moral traitisnya”.

Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Menurut Sanjaya (2006: 240) “Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukan prestasi yang dipersyaratkan”.

13

Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:61) “Pembelajaran kooperatif
adalah sustu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun
berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah:
a. saling ketergantungan positif;
b. interaksi tatap muka;
c. akutabilitas individu,dan
d. keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau ketrampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dalam kelompok kecil dengan
tingkat kemapuan yang berbeda. Dalam hal ini siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
kelompok dan saling membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Tiap-tiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggota kelompok
masing-masing.

Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya
(2006:242) adalah:
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa untuk belajar.
Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap

14

kelompok harus heterogen, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat
saling memberi dan menerima pengalaman sehingga diharapkan setiap anggota dapat
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

2. Didasarkan pada menejemen koopratif.
Manajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, fungsi tersebut meliputi fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol. Fungsi
perencanaan pada pembelajaran kooperatif menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.
Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bekerjasama antar
setiap anggota kelompok, oleh karena itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap
anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran
yang telah ditentukan. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
3. Kemauan untuk bekerjasama.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
Oleh karena itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab
masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, siswa
yang pintar perlu membantu siswa yang kurang pintar

15

4. Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian dipraktikan melalui aktifitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa
perlu didorong untuk mau dan sanggup berintraksi dan berkomunikasi dengan anggota
tim. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berintraksi dan
berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan
pendapat, dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.

Adapun prosedur pembelajaran koopratif menurut Sanjaya (2006:246) terdiri atas empat
tahapan, yaitu:
1. Menjelaskan materi.
Tahap ini dimulai dengan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa
belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam
materi dalam pembelajaran kelompok (tim).
2. Belajar dalam kelompok.
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompok belajarnya masing-masing.
Pengelompokkan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen yang didasarkan atas
perbedaan akademik, jenis kelamin, sosial-ekonomi dan etnik. Dalam hal kemampuan
akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang kemampuan akademik
tinggi, dua orang berkemampuan akademik sedang dan satu orang berkemampuan

16

akademik rendah. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan
tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama,
membandingkan jawaban mereka, dengan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
3. Penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau
kuis dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Tes individu nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok akan
memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hal ini disebakan nilai kelompok
adalah nilai bersama dalam kelompok yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota
kelompok.
4. Pengakuan tim.
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau
pemberian panghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mempu meningkatkan prestasi
mereka.

B. Konsep Student Teams Achivemen Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Tipe dari pembelajaran kooperatif
diantaranya adalah Jigsaw, Team Games Tournamen (TGT), Group Investigation (GI),
Student Teams Achievemen Divisions (STAD), Teams Assisted Individualisation (TAI), dan
Think Pair Share (TPS). Pada setiap tipe pembelajaran kooperatif mempunyai beragam

17

karakteristik, pembedaan dalam hakikat pembelajaran, bentuk kerjasama, penilaian, peranan
dan komunikasi antar siswa serta peranan guru.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah tipe Student Teams
Achievemen Divisions (STAD). Menurut Ibrahim (2000:20) STAD merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Isjoni (2007:51) berpendapat bahwa “STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan intraksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal”.

Dalam STAD siswa dibagi kedalam beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri dari
empat sampai lima orang anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen,
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademiknya (tinggi, sedang, rendah).
Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu
untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
Secara individu atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru
untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang akan dipelajari
(Nurhadi,2004:65)

18

Isjoni (2007: 51), menjelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki
lima tahap, yaitu:

1. Tahap Penyajian Materi
Sebelum guru memulai pembelajaran, terlebih dahulu menyampaikan indikator yang
harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi dan menjelaskan kepada siswa tentang garis
besar materi yang akan dipelajari.
2. Tahap Kerja Kelompok
Dalam setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang heterogen
berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Pada tahap ini setiap siswa diberi
lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling
berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaikan agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap tes individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes individu
mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu diadakan pada setiap akhir pertemuan
kedua atau ketiga. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah
dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok . Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, kemudian digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

19

4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal
setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor
maksimal pada kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Skor
perkembangan individu tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan atas
beberapa jumlah skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu.

Langkah-langkah dalam penskoran poin peningkatan individu adalah:
-

Langkah I : (Menetapkan skor dasar)
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan nilai awal.

-

Langkah II : (Menghitung skor tes/kuis terkini)
Siswa memperoleh nilai untuk kuis pada pelajaran terkini

-

Langkah III : (Menghitung skor peningkatan/perkembangan)
Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentukan
berdasarkan apakah skor kuis terkini mereka melampaui skor dasar
dengan mengunakan ukuran skala :
- >10 poin di bawah skor dasar

= 0 poin

- 10 - 1 poin dibawah skor dasar

= 10 poin

- 10 poin diatas skor dasar

= 20 poin

- > 10 poin di atas sekor dasar

= 30 poin

Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk
memper oleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya.

20

5. Tahap pemberian penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memiliki skor atau poin tinggi.
Penghitung skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor
individu siswa dalam satu kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan banyaknya
anggota dalam kelompok.

Langkah-langkah yang akan diterapkan peneliti dalam model pembelajaran koopratif tipe
STAD adalah:
1. Pengelompokan siswa secara hetrogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis
kelamin. Siswa kelas VIII.G dikelompokkan kedalam 6 kelompok belajar. Dalam satu
kelompok terdapat 4 orang siswa yang terdiri dari satu orang berkemampuan akademik
tinggi,

dua orang siswa berkemampuan akademik sedang dan satu orang siswa

berkemampuan akademik rendah. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan
akademik ini didasarkan atas kemampuan uji blok semester ganjil tahun ajaran
2013/2014. Sepuluh orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam uji blok
dikategorikan kedalam siswa yang berkemampuan akademik tinggi dan mereka dijadikan
sebagai ketua kelompok
2. Guru menerangkan secara garis besar tentang materi yang akan dipelajari
3. Siswa dalam kelompok belajar mengajar Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk
menuntaskan materi pembelajaran. Masing-masing siswa dalam kelompok belajar
berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam memahami bahan pembelajaran.
4. Selama proses balajar dalam kelompok berlangsung, guru memantau dan memberikan
bimbingan kepada siswa dalam setiap kelompok.

21

5. Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas, siswa yang berasal
dari

kelompok

lain

diberi

kesempatan

untuk

bertanya

kepada

siswa

yang

mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
6. Guru memberikan penguatan, penyempurnaan dan menyimpulkan materi
7. Siswa merangkum hasil diskusi dari hasil presentasi
8. Kuis atau tes individu untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran
yang telah dipelajari (dilaksanakan pada setiap akhir siklus)
9. Pengharaan kelompok atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa yang didasarkan atas
poin peningkatan/perkembangan individu
Kelemahan dalam model pembelajaran koopratif tipe STAD menurut Sanjaya (2006:248)
adalah :
1. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat oleh siswa
yang memiliki kemampuan akademik rendah. Hal semacam ini akan mengakibatkan
terganggunya iklim kerjasama dalam kelompok.
2. Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif maka
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang
demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
3. Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarka
pada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru harus menyadari bahwa sebenarnya
hasil atau persentasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

22

4. Keberhasilan model pembelajaran koopratif tipe STAD dalam upaya mengembangkan
kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak
mungkin dapat tercapai hanya satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini
Selain kelemahan–kelemahan yang telah dijabarkan diatas, ada beberapa kelemahankelemahan lain dalam penerapan model pembelajaran koopratif tipe STAD yaitu:
1. Proses dalam mengkordinasikan siswa kedalam kelompok belajar di dalam kelas
seringkali memakan waktu karena siswa harus pindah dari bangku mereka dan bergabung
dengan kelompok belajarnya yang telah ditentukan guru.
2. Siswa yang tekun merasa bahwa mereka harus bekerja melebihi siswa yang malas dalam
kelompok belajar mereka. Siswa yang tekun juga merasa bahwa teman yang malas hanya
menebeng saja pada hasil jerih payah mereka.
3. Siswa yang memiliki kemampuan akademis yang rendah akan merasa minder
ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai.
4. Siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan merasa keberatan berada satu
kelompok dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah. Mereka merasa dirugikan
dan dimanfaatkan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab atas keberhasilan
teman-temanya yang berkemampuan akademis rendah.
5. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa dalam kelompok tersebut akan saling
menyalahkan satu sama lain. Namun sebaliknya, jika mereka berhasil dan memperoleh
panghargaan kelompok dari guru maka akan muncul perasaan tidak adil kerena siswa
yang pandai/rajin merasa bahwa temannya yang berkemampuan akademis rendah hanya
membonceng pada hasil kerja mereka.

23

C. Konsep Hasil Belajar Sejarah
Salah satu tugas guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dalam pelaksanaan
belajar mengajar. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menentukan nilai belajar siswa melalui
kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Dari hasil belajar diperoleh dapat diketahui
tingkat keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik.

Menurut Sudirman (dalam Djamarah, 2000: 209) pengambilan keputusan tentang hasil
belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil
tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar, sedangkan menurut Ibrahim (1996: 86),
untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi
terhadap hasil pembelajar siswa.

Hasil belajar diperoleh dari proses evaluasi hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan siswa tersebut dalam belajar
tetapi juga bisa disebabkan oleh kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Dengan kata lain,
melalui hasil belajar dapat dilihat interaksi keterkaitan keberhasilan belajar antar siswa yang
belajar dengan guru sebagai pengajar.

Dimyati (2002: 3) menyatakan “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar”.

24

Untuk meraih hasil belajar yang optimal siswa melakukan suatu usaha pencapaian terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Usaha tersebut merupakan suatu perbuatan yang mengarah pada
penyesuaian tugas-tugas belajar siswa. Menurut Ahmadi (1984: 35) hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dari suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar
siswa yang dapat dilihat pada setiap kali mengikuti tes. Sedangkan Dimyati (2002:4)
berpendapat bahwa, dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang
dalam angka rapor, angka dan ijazah atau kemampuan siswa untuk melanjutkan materi atau
pokok bahasan selanjutnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar Sejarah adalah hasil
yang telah diperoleh setelah siswa mendapat pengetahuan selama proses belajar mengajar
pada mata pelajaran IPS Sejarah yang diwujudkan dalam bentuk nilai (angka) dan diperoleh
setelah mengikuti tes atau kuis melalui pengukuran (evaluasi) belajar Sejarah siswa.

E. Kerangka Pikir dan Paradigma
1. Kerangka Pikir
Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri I
Way Lima adalah metode belajar kelompok. Namun dalam penerapannya, metode ini kurang
mampu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Pada saat proses pembelajaran berlangsung
hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar dan mengerjakan tugas kelompok, siswa
kurang memiliki tanggung jawab dalam belajar, terlihat siswa saling melempar tanggung
jawab pada teman yang mereka anggap pandai.

25

Hasil pembelajaran siswa dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang diperoleh siswa di sekolah
masih kurang optimal, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar
ketuntasan belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar sejarah siswa semakin
meningkat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran koopratif tipe
Student Team Achivement Division (STAD).

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang megedepankan kerjasama dan
interaksi antarsiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Dalam satu kelompok,
siswa saling berdiskusi satu sama lain dan saling membantu dalam memahami bahan
pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran dengan mengguanakan model pembelajaran koopratif tipe
STAD, siswa dikelompokan dalam kelompok yang heterogen berdasarkan jenis kelamin serta
kemampuan akademik siswa yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah, Dalam
satu kelompok terdiri dari empat orang anggota kelompok. Pembelajaran diawali dengan
penyampaian materi pembelajaran oleh guru, kemudian siswa dalam kelompok masingmasing berdiskusi dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompojk (LKK) yang telah disediakan
oleh guru.

Masing-masing siswa memiliki tanggung jawab agar setiap individu dalam kelompok mereka
paham akan materi yang dipelajari. Setelah dilaksanakan persentasi hasil kerja kelompok di

26

depan kelas. Setiap akhir siklus guru memberikan tes individu untuk mengukur hasil belajar
siswa dan memberi poin peningkatkan perkembangan individu dan kelompok. Kelompok
yang mendapatkan poin tinggi akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah. Pemberian
penghargaan ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa untuk berusaha lebih baik dalam
belajar.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran didominasi oleh keaktifan siswa, dalam hal ini guru berperan sebagai pengawas
sekaligus fasilitator bagi siswa. Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran akan membuat siswa mudah dan paham akan suatu konsep pambelajaran
sehingga hasil belajar yang akan dicapai pun akan baik. Secara tidak langsung aktivitas
belajar siswa sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran berlangsung akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

27

2. Paradigma

Metode Belajar Kelompok

- Hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar
sejarah
- Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa
saling melelempar tanggung jawab
- Kurang adanya kerjasama dalam kelompok
belajar mengajar

-

Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD
Pengelompokan siswa
Diskusi mengunakan
LKK
Persetasi hasil diskusi
Tes/Kuis
Penghargaan kelompok

Aktivitas Belajar Siswa

Keterangan
: Garis Kelemahan
: Garis Tindakan
: Garis Dampak

Hasil Belajar Sejarah

28

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri I Way Lima. Siswa kelas VIII.G
berjumlah 32 orang yang terdiri dari 11 orang perempuan dan 21 orang laki-laki. Dalam
penelitian ini siswa akan dibagi kedalam 8 kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang siswa
yang heterogen baik berdasarkan jenis kelamin maupun kemampuan akademis yang terdiri
dari satu orang siswa berkemampuan akademis tinggi, dan dua orang siswa berkemampuan
akademis sedang, dan satu orang siswa berkemampuan akademis rendah.

SMP Negeri I Way Lima Terletak di kawasan yang strategis, letaknya yang dekat dengan
pemukiman penduduk sekitar sangat mudah dijangkau oleh penduduk. Letak sekolah ini
sangat memungkinkan untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif. Sarana dan
prasarana sekolah yang menunjang proses belajar sangat cukup memadai. Karakteristik siswa
kelas VIII.G sangat beragam. Latar belakang ekonomi siswa di kelas tersebut rata-rata kelas
menengah kebawah. Dari segi aktivitas dan motivasi dalam belajar pun sangat beragam.

29

Sebagai siswa ada yang aktif dalam mengikuti proses belajar namun tidak sedikit pula dari
siswa yang masih pasif.

B. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap pratindakan
a. Mengambil data hasil tes siswa belum menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang akan digunakan sebagai bahan untuk pembagian siswa
dalam kelompok berdasarkan kemampuan akademik. Data yang akan diambil
adalah data hasil ujian blok pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
b. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen berdasarkan
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
c. Memberikan informasi kepada siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang akan digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran,
menjelaskan tentang pembagian tugas dan kewajiban bagi setiap anggota
kelompok dan tangung jawab setiap anggota kelompok terhadap diri dalam
kelompoknya masing-masing.

30

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas

yang

mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Tagart (Wiriaatmadja, 2005:66),
yang terdiri dari:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan/observasi
d. Refleksi
Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, Tahap-tahap dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. SIKLUS I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi
1. Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Merencanakan materi pembelajaran Sejarah yang akan diajarkan pada setiap
pertemuan sesuai dengan kompentensi dasar yang ditetapkan.
3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa sebagai
bahan untuk diskusi kelompok.
4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru
mengajar, catatan lapangan, soal tes/kuis dan angket.
5. Membuat media pembelajaran Sejarah yang akan digunakan sebagai penunjang
proses pembelajaran.
6. Mempersiapkan instrument evaluasi untuk menilai hasil belajar Sejarah siswa pada
setiap akhir siklus.

31

b. Pelaksanaan
Siklus I dilakukan selama 3 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada Siklus I adalah:
Kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
Pendahuluan (10 menit)
a. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa.
d. Memberikan motivasi agar siswa belajar bersama dalam kelompok dan bertanggung
jawab terhadap kelompok belajarnya
Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan materi secara garis besar tentang: kebijakan-kebijakan kolonial (10
menit)
b. Memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada siswa sebagai bahan untuk
diskusi kelompok
c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing (30 menit)
d. Salah satu kelompok mempersetasikan hasil kerja kelompoknya secara lisan didepan
kelas (10 menit)
e. Diskusi dan tanya jawab tentang materi yang dipelajari (10 menit)
f. Merangkum hasil persetasi

32

Penutup
a. Guru menyempurnakan dan menyimpulkan materi pelajaran.
b. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang
akan datang.
c. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kuis atau tes siklus I. Adapun tujuan dari
dilakukannya kuis/tes ini adalah untuk melihat nilai siswa setelah menggunakan model
pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sejarah
hendaknya di ikuti dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa.
c. Pengamatan/observasi
Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan dan lembar evaluasi yang nantinya
akan menjadi bahan untuk mengukur apakah terjadi peningkatan dalam hasil belajar
sejarah siswa atau tidak.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan oleh guru dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh
selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan maupun
kelemahan ataupun kesalahan yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya.
2. SIKLUS II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi

33

1. Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Merencanakan materi pembelajaran Sejarah yang akan diajarkan pada setiap
pertemuan sesuai dengan kompentensi dasar yang ditetapkan.
3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa sebagai
bahan untuk diskusi kelompok.
4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru
mengajar, catatan lapangan, soal tes/kuis dan angket.
5. Membuat media pembelajaran Sejarah yang akan digunakan sebagai penunjang
proses pembelajaran.
6. Mempersiapkan instrument evaluasi untuk menilai hasil belajar Sejarah siswa pada
setiap akhir siklus.
b. Pelaksanaan
Siklus II dilakukan selama 3 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada siklus II
adalah: Pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial di
berbagai daerah. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pendahuluan (10 menit)
a. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa.
d. Memberikan motivasi agar siswa belajar bersama dalam kelompok dan bertanggung
jawab terhadap kelompok belajarnya

34

Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan materi secara garis besar tentang : pengaruh yang ditimbulkan oleh
kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial di berbagai daerah (10 menit)
b. Memberikan Lebar Kerja Kelompok (LKK) kepada siswa sebagai bahan untuk
diskusi kelompok
c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing (30 menit)
d. Salah satu kelompok mempersetasikan hasil kerja kelompoknya secara lisan didepan
kelas (10 menit)
e. Diskusi dan Tanya jawab tentang materi yang dipelajari (10 menit)
f. Merangkum hasil persetasi
Penutup
a. Guru menyempurnakan dan menyimpulkan materi pelajaran.
b. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang
akan datang.
c. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kuis atau tes siklus II. Adapun tujuan dari
dilakukannya kuis/tes ini adalah untuk melihat nilai siswa setelah menggunakan model
pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sejarah
hendaknya di ikuti dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa.
c. Pengamatan/ Observasi
Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan dan lembar evaluasi yang nantinya

35

akan menjadi bahan untuk mengukur apakah terjadi peningkatan dalam hasil belajar
sejarah siswa atau tidak.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan oleh guru dengan cara menganalisis data-data

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 16 69

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 60

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V SDN 2 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 74

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DALAM BELAJAR IPS (SEJARAH) SISWA KELAS VII.1 DI SMP NEGERI I GISTING TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 13 85

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER I MATA PELAJARAN IPS TERPADU SMP NEGERI 1 BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 45 177

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KALIBAWANG

1 1 6

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

0 0 8