PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

Oleh

ALIF ROSYIDAH

Pembelajaran IPA di kelas V A SD Negeri 06 Metro Barat belum optimal. Guru belum menggunakan model pembelajaran dengan sistem kerja kelompok kepada siswa secara maksimal. Sehingga aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung masih kurang. Selain itu hasil belajar siswa juga belum memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru, dan dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus diawali dengan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, observasi, dan kemudian melakukan refleksi. Data diperoleh dengan melakukan observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan dengan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis kulitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya rata-rata persentase aktivitas siswa, pada siklus 1 aktivitas siswa dalam kategori “kurang aktif” meningkat menjadi kategori “aktif” pada siklus 2. Demikian pula hasil belajar siswa pada siklus 1 persentase ketuntasan siswa sebesar 56,67% meningkat menjadi 80% pada akhir siklus 2.

Kata Kunci: model Cooperative Learning, tipe Student Teams Achievement Division (STAD), aktivitas belajar, dan hasil belajar IPA


(2)

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang dapat membantu seseorang memperoleh pengetahuan untuk mengembangkan potensi diri. Pendidikan dapat diwujudkan dalam pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Seperti yang disebutkan dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan, intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.

Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Baik buruknya suatu peradaban kelak, sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan saat ini. Kualitas pendidikan sendiri dipengaruhi oleh bagaimana pembelajaran dilaksanakan. Semakin baik pembelajaran dilakukan, maka akan semakin baik pula kualitas pendidikan tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat dijadikan bekal untuk menghadapi masa yang akan datang adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi masa yang akan datang.


(4)

Hasil penelitian awal di lapangan, ditemukan bahwa pembelajaran IPA dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit dan menjadi masalah bagi peserta didik. Tidak hanya bagi peserta didik saja, dalam melaksanakan pembelajaran IPA buku paket masih mendominasi peran guru. Karena guru belum berani berinovasi untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajarannya, maka minat untuk pembelajaran IPA pun masih rendah dan berpengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain hal tersebut, guru masih mengandalkan metode ceramah sehingga pembelajaran belum berpusat pada siswa. Siswa belum dimaksimalkan untuk belajar secara berkelompok. Demikian pula dengan pembelajaran IPA di kelas V A SD Negeri 06 Metro Barat.

Pada sekolah dasar tersebut, sebagian guru belum secara maksimal menggunakan sistem kerja kelompok dengan Model Cooperative Learning tipe STAD kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Bahkan tidak sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan temannya, memain-mainkan sesuatu, mengganggu temannya, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan keinginannya sendiri.

Tidak hanya pada aktivitas siswa, hasil belajar yang dicapai siswa pun pada umumnya belum memuaskan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal


(5)

(KKM) yaitu sebesar 65, nilai yang diperoleh dari ulangan siswa pada mata pelajaran IPA rata-ratanya belum mencapai standar ketuntasan yaitu sebanyak 18 orang dari 30 orang atau sebesar 60% mendapat nilai <65. Sebanyak 12 orang atau sebesar 40% mendapat nilai >65. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar dalam pembelajaran IPA siswa kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat belum memuaskan. Sebab, sebanyak 60% siswa belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 65.

Sesuai dengan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA pada siswa kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat masih cenderung berpusat pada guru. Padahal sebaiknya guru menciptakan suasana kelas yang memancing siswa untuk lebih aktif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.Menurut Trianto (2009: 8) sangat penting untuk guru memahami karakteristik materi, siswa, dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Diharapkan pembelajaran siswa dapat lebih aktif, inovatif, dan konstruktif sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat

Berdasarkah hal tesebut, perlu diadakannya perbaikan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih baik dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Agar dapat tercipta pembelajaran yang maksimal untuk meningkatkan kreativitas dan aktivitas peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah Model Cooperative Learning.


(6)

Menurut Solihatin & Raharjo (2007: 4) Cooperative Learning adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Salah satu tipe dalam Cooperative Learning adalah tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Slavin (Nurasma, 2008: 50) STAD adalah:

Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Diharapkan dengan penggunaan Model Cooperative tipe STAD ini, aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut Hendy (2009) STAD memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan kreativitas siswa, serta dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Amurwani tahun 2009 dan Teddy pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada aspek aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan Model Cooperative Learning tipe STAD.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division(STAD) Dalam Pembelajaran IPA


(7)

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung masih belum maksimal

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih belum memuaskan 3. Sebagian guru belum menggunakan dengan maksimal Model Cooperative

Learning tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. 4. Model pembelajaran yang digunakan guru belum memancing siswa aktif

dalam pembelajaran.

5. Banyak siswa yang belum mencapai KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah.

6. Pembelajaran masih didominasi oleh guru

7. Guru belum secara maksimal dalam menggunakan sistem kerja kelompok 8. Pada saat proses pembelajaran guru masih cenderung menggunakan

metode ceramah

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat?


(8)

2. Bagaimanakah menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat.

2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPA kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi siswa

Siswa dapat menjadi lebih kreatif dan berinisiatif dalam memecahkan masalah terutama pada pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). 2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk guru guna menambah dan mengembangkan model-model pembelajaran terutama Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).


(9)

3. Bagi SD Negeri 06 Metro Barat

Dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPA dengan tepat guna meningkatkan kualitas pendidikan dan efektifitas pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penggunaan Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran.

5. Bagi Keilmuan Ke PGSD-an

Dapat menambah variasi belajar untuk guru guna digunakan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam bidang ke SD-an.


(10)

(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan pengalaman maupun latihan. Semakin banyak seseorang belajar, maka pengetahuan yang didapat akan semakin banyak pula. Menurut Budiningsih (2005: 58) belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari. Oleh sebab itu orang-orang yang aktif akan memiliki banyak pengetahuan yang dibentuk.

Hal tersebut didukung juga oleh pendapat Susilana (Hernawan, dkk., 2007: 2) bahwa belajar dapat diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan melalui pengalaman. Selain itu, Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (menkontruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimiliki.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan pengalaman yang sudah dimilikinya untuk memperoleh pengetahuan yang baru.


(12)

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam pembelajaran, siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan materi ajar, maupun tidak berkaitan dengan materi ajar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa tersebut biasa kita sebut dengan aktivitas belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurahman (2006), bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik jasmani maupun kegiatan rohani yang mengandung keberhasilan belajar. Kemudian menurut Sardiman (2008: 10) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Sehingga dalam aktivitas belajar seluruh kegiatan siswa saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan mendukung keberhasilan belajar. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kunandar mengenai aktivitas siswa. Kunandar (2010: 277) menjelaskan bahwa:

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa yang baik fisik maupun mental yaitu berupa sikap, pikiran, dan perhatian yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin aktif siswa, maka akan semakin berpengaruh terhadap hasil belajar dari siswa tersebut.

3. Pengertian Hasil Belajar

Setelah mengalami proses belajar, seseorang akan mendapatkan hasil atau dampak dari proses belajar tersebut. Hasil belajar tersebut dapat mengubah pola pikir dan menambah


(13)

pengetahuan dari orang tersebut. Menurut Suprijono (2011: 5) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Pendapat Suprijono tersebut diperkuat oleh pendapat dari Sudjana. Menurut Sudjana (Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Jika menurut Suprijono dan Sudjana hasil belajar dapat berupa perbuatan, nilai, dan pengertian yang didapat dengan menggunakan alat pengukuran. Menjelaskan mengenai cangkupan dari hasil belajar secara mendetail.

Menurut Bloom (Suprijono, 2011: 6) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), coprehesion (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Jadi hasil belajar adalah suatu akibat yang terjadi dari proses belajar mengajar yang dapat diukur dan didalamnya mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa, dan yang tidak mengerti menjadi paham. Hasil belajar yang baik, dipengaruhi juga oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

B. Model Pembelajaran

Dalam melaksanakan suatu pembelajaran, seorang guru perlu mempergunakan model pembelajaran yang sesuai untuk mengoptimalkan pembelajaran tersebut. Menurut Suprijono


(14)

(2011: 45-46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas, yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.

Sedangkan menurut Joice dan Weil (Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Pada dasarnya model pembelajaran dibuat untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran didalam kelas. Begitu juga pendapat yang dikemukakan oleh Arends. Menurut Arends (Suprijono, 2011: 46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendoman yang dibuat secara konseptual guna menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Model pembelajaran terdiri dari berbagai macam misalnya : 1) Model pembelajaran Inquiry, yaitu model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak bergantung pada guru, tetapi lebih banyak belajar sendiri; 2) Role Playing yaitu, model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa; 3) Pembelajaran Kontekstual yaitu, model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa; 4) Cooperative Learning,


(15)

yaitu model pembelajaran yang menekankan pada sistem kerja kelompok. Salah satu model pelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah Model Cooperative Learning.

1. Model Pembelajaran CooperativeLearning

Seperti yang telah disebutkan bahwa model pembelajaran sendiri terdiri dari bermacam-macam, salah satunya adalah Model Cooperative Learning. Dijelaskan oleh Depdiknas (Komalasari, 2010: 62) bahwa Cooperative Learning adalah pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Slavin (Solihatin & Raharjo, 2007: 4) mengemukakan bahwa:

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Depdiknas dan Slavin Model Cooperatve Learning merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah, begitu juga dengan Isjoni yang memiliki konsep dan pemahaman yang sama. Menurut Isjoni (2007: 16),

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Pendapat Isjoni tersebut diperkuat oleh pendapat dari ahli lain yaitu Djahiri (Isjoni, 2007: 19) yang menyebutkan bahwa Cooperative Learning sebagai pembelajaran kelompok


(16)

kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan cara memecahkan suatu masalah secara berkelompok. Dalam setiap kelompok terdiri dari siswa-siswa yang heterogen dan saling membantu.

2. Tujuan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model Cooperative Learning memiliki beberapa tujuan, menurut Jhonson & Jhonson (Trianto, 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Selain Jhonson & Jhonson, Ibrahim (Isjoni, 2009: 27) juga berpendapat bahwa Model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam Cooperative Learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, Cooperative Learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain Model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.


(17)

Tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Jadi, tujuan Model Cooperative Learning adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan akademik maupun non akademik siswa dalam berkelompok. Sehingga siswa dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan anggota kelompoknya.

3. Prinsip-prisip Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Slavin (Trianto, 2009: 61) terdapat tiga prinsip utama Cooperative Learning, yaitu:

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Berdasarkan pendapat Slavin di atas dapat diketahui bahwa prinsip Model Cooperative Learning adalah memberikan penghargaan kelompok untuk memicu tumbuhnya tanggung jawab individual, sehingga terjadi kerjasama kelompok yang baik.

4. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Model pembelajaran Cooperative Learning terdiri dari berbagai macam tipe. Salah satu tipe dalam Model Cooperative Learning adalah tipe STAD. Slavin (Nurasma, 2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah:


(18)

Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Pendapat tersebut didukung oleh Trianto. Menurut Trianto (2009:68),

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Pendapat di atas menyebutkan bahwa STAD adalah pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok kecil dengan kemampuan akademik yang berbeda. Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa STAD adalah:

Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Student Teams Achievement Division (STAD) adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok dalam satu kelas. Dan setiap kelompok beranggotakan siswa yang heterogen. Tiap-tiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab individu untuk membantu kelompoknya dalam memecahkan masalah.

5. Komponen Utama STAD

Dalam STAD, terdapat beberapa komponen yang semuanya menjadi bagian utama dalam pembelajaran Cooperative Learning tipeSTAD. Menurut Slavin (2009 : 143) terdapat lima komponen utama dalam STAD, yaitu :


(19)

a. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar terfokus pada unit STAD.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah praktik tim, siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

d. Skor kemajuan individual

Skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

Skor kuis poin kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin dia tas skor awal 20 Lebih dari 10 pion di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Ada tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan berdasarkan rata-rata skor tim, yaitu:

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

15 Tim Baik

16 Tim Sangat Baik


(20)

Berdasarkan pendapat di atas, apabila komponen-komponen tersebut dapat dijalankan dengan baik dalam pembelajaran, maka akan tercipta pembelajaran yang baik, dan mampu menciptakan suasana kelas yang aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD

Menurut Trianto (2009: 71) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Fase 1, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran terebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Fase 2, menyajikan/menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

c. Fase 3, mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d. Fase 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Fase 5, evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase 6, memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


(21)

Berdasarkan pendapat Trianto di atas, jika langkah-langkah tersebut dijalankan dengan benar, maka pembelajaran akan berjalan dengan baik. Sehingga keaktifan dan akademik siswa dapat dimaksimalkan.

7. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD sendiri memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan.Menurut Hendy (2009) model Cooperative Learning tipe STAD memiliki kelemahan dan kelebihan, yaitu:

Kelebihan

a. Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar b. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

c. Dapat meningkatkan kreativitas siswa

d. Dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain e. Dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan

f. Dapat mengidentifikasi perasaannya juga perasaan siswa lain

g. Dapat meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti

Kelemahan

a. Sarana dan fasilitias yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap

b. Pembelajaran memerlukan banyak waktu

8. Keterkaitan antara Model Cooperative Learning tipe STAD dengan Aktivitas dan Hasil Belajar

Model pembelajaran biasanya digunakan oleh guru dengan tujuan untuk mempermudah proses belajar mengajar. Sehingga dalam pembelajaran siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru.


(22)

Isjoni (2007: 51) mengemukakan bahwa Cooperative Learning tipe STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Slavin (2009: 45-46) mengemukakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Okebokula (1985 dan 1986) menunjukan bahwa Model Cooperative Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kajian atas STAD telah mengimplementasikan model ini dan telah dilakukan diseluruh Amerika, Israel, dan Nigeria. Pengaruh STAD secara konsisten terlihat posistif dalam semua pelajaran, dengan hasil yang mengejutkan. Metode ini terbukti positif diterapkan pada siswa-siswa yang lebih tua dan lebih muda, dan pada para siswa-siswa di sekolah-sekolah dengan tipe yang berbeda. 10 dari 29 evaluasi terhadap STAD dilakukan oleh para pengembangnya di universitas Jhon Hopkins. 20 dari 29 kajian STAD (69%) menemukan pengaruh positif yang signifikan, dan tidak ada yang negatif.

C. Pembelajaran IPA SD

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Sutrisno,dkk (2007: 1.19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi mengemukakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Dalam pelaksanaannya, Piaget (Sutrisno, dkk, 2007: 3.4) menyarankan agar pembelajaran disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan intelektual siswa.


(23)

Namun demikian, tidak berarti siswa tidak lagi menghadapi masalah bila pembelajarannya telah sesuai dengan tahap perkembangan intelegensinya, karena paling tidak ada empat faktor yang berpengaruh pada perkembangan itu, yaitu proses menuju kedewasaan, interaksi sosial, pengalaman hidup dan ketidakseimbangan kognitif.

Sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa Clough dan Wood-Robinson (Sutrisno, dkk, 2007: 3.9) menyarankan agar pembelajaran diawali dengan menggali gagasan siswa dan mempergunakan gagasan tersebut sebagai batu pijakan selanjutnya.

Jadi berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu suatu ilmu berupa fakta, konsep, dan prinsip yang mempelajari dan mendalami pengetahuan tentang alam disekitar. Dalam pelaksanaannya pembelajaran IPA pada masa sekarang tidak hanya menekankan pada siswa mengetahui materi yang disampaikan oleh guru. Tetapi juga sejauh mana siswa memahami dan memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Untuk itu, guru harus lebih kreatif dan inovatif agar siswa lebih mudah dalam memahami pembelajaran mengenai IPA itu sendiri. Dan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, siswa menjadi tolak ukur bagaimana guru harus mengembangkan pembelajaran itu sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi ajar.

2. Tujuan Pembelajaran IPA

PERMENDIKNAS No 22 Tahun 2006 mengenai standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.


(24)

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, maka perlu diadakan pembelajaran IPA yang baik. Agar anak mampu memahami dan menerapkan IPA dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat digunakan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SD Negeri 06 Metro Barat.”


(25)

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK). Menurut Wardhani, dkk., (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Arikunto (2006: 58) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian, Tindakan, Kelas. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian berupa tindakan di dalam kelas yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa.

A. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 06 Metro Barat yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Kelurahan Ganjar Agung 14/II, Kecamatan Metro Barat Kota Metro.


(27)

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2012. Kegiatan penelitian dimulai dari tahap persiapan (penyusunan proposal PTK, seminar proposal, penyusunan pemetaan, silabus, RPP, lembar kerja siswa dan instrument penelitian) sampai tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan.

B. Subjek penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

1. Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan siswa dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe STAD menggunakan lembar panduan observasi

2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa setelah menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD pada siswa kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat.

3. Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa gambar atau foto pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(28)

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

b. Tes formatif, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang diajarkan. E. Teknik Analisis Data

1. Analisis kualitatif

Data yang diperoleh yaitu berupa data aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dianalisis untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hasil analisis kemudian dikategorikan berdasarkan nilai yang diperoleh.

a. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus: NA = x100%

Keterangan:

NA = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan


(29)

100 = bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2008: 102).

Tabel 1. Rentang nilai aktivitas siswa. No Rentang Nilai Kategori

1. ≥75% Siswa Aktif

2. 59,5% - <75% Cukup 3. <59,5% Kurang Sumber: Memes (Sayuti, 2010: 17)

b. Nilai kinerja guru diperoleh dengan menggunakan rumus:

Nilai= 100

Tabel 2. Kategori kinerja guru

No Rentang Nilai Kategori 1 91-100 Baik Sekali

2 76-90 Baik

3 61-75 Cukup

4 ≤ 60 Kurang Baik

Sumber: Sowiyah (2010) 2. Analisis kuantitatif

Digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan guru. Hasil analisis kemudian dikategorikan berdasarkan nilai yang diperoleh. Nilai hasil belajar tiap siswa diperoleh dengan rumus:

NH = x100 Keterangan:

NH = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa


(30)

% SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan

100 = bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2008: 102).

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

=S S 100

Tabel 3. Nilai ketuntasan belajar siswa

No Rentang Nilai Kategori

1. ≥80% Sangat Tinggi

2. 60% - 79% Tinggi

3. 40% - 59% Sedang

4. 20% - 39% Rendah

5. <20% Sangat Rendah

Sumber: Aqib, dkk (2009:41).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang terdiri dari beberapa siklus dan dilakukan oleh guru di kelas secara kolaboratif, partisipatif, dan refleksi mandiri bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Wardhani (2007: 2.4) bahwa prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA di kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).


(31)

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD ini terdiri atas beberapa siklus yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.


(32)

Adapun alur siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Wardhani (2007:2.4)

a. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yang terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada setiap akhir siklus diadakan akan diadakan test formatif untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.

b. Siklus I

1) Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang berdasarkan atas Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses yaitu

Perencanaan I

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan I

Pengamatan I Perencanaan II

Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II Pengamatan II


(33)

perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Oleh sebab itu dalam siklus I, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan.

b) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD.

c) Menyusun instrumen penelitian, pemetanaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. e) Membuat alat tes untuk setiap siklus.

f) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

g) Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu guru dan peneliti sebagai observer secara bersama-sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.


(34)

2) Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA dengan materi pembelajaran “penguapan dalam daur air” menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas dan media yang akan digunakan.

2. Mengecek kehadiran siswa, dengan memanggil satu persatu siswa yang ada di kelas.

3. Apersepsi diberikan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Guru bertanya kepada siswa untuk memancing siswa agar lebih siap dalam menerima materi.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

5. Siswa diminta untuk mengerjakan soal secara individual untuk mengetahui skor awal siswa

6. Guru memotivasi siswa untuk belajar dengan menyampaikan pemberian hadiah pada kelompok terbaik

Kegiatan Inti Eksplorasi

1. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang dipelajari


(35)

3. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

4. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada tiap-tiap kelompok. 5. Siswa mengerjakan lembar diskusi dengan melakukan praktik

langsung dengan menggunakan media yang sudah dibagikan.

6. Guru membimbing dan membantu siswa dalam melakukan diskusi jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

Elaborasi

1. Siswa berdiskusi bersama dengan kelompoknya untuk membuat laporan pengamatan.

2. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

3. Kelompok yang lain menyimak dan mengajukan pertanyaan serta memberi tanggapan terhadap hasil pekerjaan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas.

Konfirmasi

1. Siswa bersama dengan guru membahas kembali secara umum hasil diskusi yang telah dikerjakan oleh kelompok-kelompok yang ada di dalam kelas.

2. Siswa mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan untuk dilakukan penilaian oleh guru.

3. Siswa dibagikan lembar Post Test untuk dikerjakan secara individu. 4. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai oleh guru.


(36)

5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti yang telah diajarkan.

Kegiatan Akhir

1. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Guru memberikan penguatan kepada siswa bahwa belajar itu tidak harus dari buku, tetapi juga bisa dari benda-benda yang ada di lingkungan sekitar kita.

3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk dikerjakan dirumah.

3) Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa saat kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga mencatat hasil belajar siswa berupa penilaian tes yang sudah dilakukan pada akhir pembelajaran. Tidak hanya keaktifan dan hasil belajar siswa saja yang diteliti oleh peneliti, tetapi juga kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati berdasarkan pada lembar observasi.


(37)

4) Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa siswa meliputi aspek siswa dalam kelompok, partisipasi siswa, motiivasi dan semangat, interaksi sesama siswa, dan interaksi dengan guru pada pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Selain itu, dianalisis pula kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua.

c. Siklus II

Pada siklus II ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I setelah diadakan refleksi. Kelebihan pada pembelajaran siklus I masih dipertahankan, sebaliknya kelemahan pada pembelajaran siklus I diperbaiki pada siklus II ini. Adapun pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang melalui kolaborasi dengan guru kelas untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan berdasarkan atas Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses. Oleh sebab itu dalam siklus II, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD berdasarkan refleksi pada siklus 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(38)

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan.

b) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD.

c) Menyusun instrumen penelitian, pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

e) Membuat alat tes untuk setiap siklus.

f) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

g) Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu guru dan peneliti sebagai observer secara bersama-sama yang dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD pada siklus II, dengan materi pembelajaran “daur air” sesuai perencanaan yang telah disusun berdasarkan atas hasil refleksi sebagai berikut:


(39)

Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas dan media yang akan digunakan. 2. Mengecek kehadiran siswa

3. Apersepsi diberikan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Guru bertanya kepada siswa untuk memancing siswa agar lebih siap dalam menerima materi.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

5. Guru memotivasi siswa untuk belajar dengan menyampaikan pemberian hadiah untuk kelompok terbaik

Kegiatan Inti Eksplorasi

1. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang dipelajari

2. Siswa menyimak dan merespon penjelasan dari guru.

3. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

4. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada tiap-tiap kelompok. 5. Siswa mengerjakan lembar diskusi dengan melakukan praktik

langsung dengan menggunakan media yang sudah dibagikan. 6. Guru membimbing dan membantu siswa dalam melakukan diskusi


(40)

Elaborasi

1. Siswa berdiskusi bersama dengan kelompoknya untuk membuat laporan pengamatan.

2. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

3. Kelompok yang lain menyimak dan mengajukan pertanyaan serta memberi tanggapan terhadap hasil pekerjaan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas.

Konfirmasi

1. Siswa bersama dengan guru membahas kembali secara umum hasil diskusi yang telah dikerjakan oleh kelompok-kelompok yang ada di dalam kelas.

2. Siswa mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan untuk dilakukan penilaian oleh guru.

3. Siswa dibagikan lembar Post Test untuk dikerjakan secara individu. 4. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai oleh guru. 5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti yang telah diajarkan. Kegiatan Akhir

1. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.


(41)

2. Guru memberikan penguatan kepada siswa bahwa belajar itu tidak harus dari buku, tetapi juga bisa dari benda-benda yang ada di lingkungan sekitar kita.

3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk dikerjakan dirumah.

3) Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Peneliti juga mencatat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui penilaian yang telah dilakukan. Selain siswa, aktivitas kinerja guru juga diamati oleh peneliti. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati sesuai dengan lembar observasi.

4) Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa dan hasil kerja siswa. Analisis kinerja siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD. Analisis hasil kerja siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan pembanding dengan siklus I. Kemudian menarik kesimpulan atas pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD.


(42)

G. Kriteria Keberhasilan

Penelitian dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisioan (STAD) dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat” dikatakan berhasil dengan kriteria sebagai berikut:

1. Meningkatnya nilai kinerja guru dalam setiap siklus.

2. Meningkatnya nilai persentase aktivitas siswa dalam setiap siklus.

3. Meningkatnya persentase kentutasan belajar siswa dalam setiap siklus hingga mencapai minimal 75% dengan KKM sebesar 65.


(43)

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada pembelajaran IPA siswa kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan Model Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dilihat dengan meningkatnya rerata aktivitas siswa pada setiap siklus. Pada siklus 1 aktivitas siswa termasuk dalam kategori “Kurang”, kemudian meningkat pada siklus 2 menjadi kategori “aktif”.

2. Penggunaan Model Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dilihat dengan meningkatnya persentase ketuntasan siswa. Pada siklus 1 persentase siswa tuntas termasuk dalam kategori “sedang”, kemudian mengalami peningkatan pada siklus 2 menjadi kategori “sangat tinggi”.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka sesuai dengan hipotesis yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Cooperative Learning tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Saran


(45)

Diharapkan guru menjelaskan terlebih dahulu mengenai cara menggunakan alat praktikum kepada siswa. Sehingga siswa mengetahui cara menggunakan dan menghemat waktu dalam mempersiapkan praktikum. Terutama pada pembelajaran yang menggunakan terutama Model Cooperative Learning tipe STAD.

2. Kepala Sekolah

Agar lebih membiasakan guru untuk menggunakan model kerja kelompok dalam pembelajaran. terutama Model Cooperative Learning tipe STAD Sehingga siswa terbiasa untuk bekerjasama.

3. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Dapat menjadi masukan dengan Model Cooperative Learning tipe STAD sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.


(46)

(47)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPESTUDENTTEAMSACHIEVEMENTDIVISIONS(STAD)DALAMPEMBELAJARAN

IPA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAKELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh

ALIF ROSYIDAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

(49)

PENGGUNAAN MODEL

TIPESTUDENTTEAMSACHIEVEMENTDIVISIONS

UNTUK MENINGKATKAN

SISWAKELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

Sebagai S

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

STUDENTTEAMSACHIEVEMENTDIVISIONS(STAD)DALAMPEMBELAJARAN

IPA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAKELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

Oleh

ALIF ROSYIDAH Skripsi

Salah Satu Syaratuntuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012

PEMBELAJARAN HASIL BELAJAR


(50)

(51)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 30

2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa ... 73

3. Grafik Rekapitulasi Kinerja Guru ... 75

4. Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Siswa ... 79

5. SD Negeri 06 Metro Barat Kota Metro... 147

6. Guru pada proses pembelajaran ... 147

7. Siswa melakukan eksperimen dan diskusi tentang proses penguapan ... 148

8. Siswa melakukan eksperimen dan diskusi tentang proses presipitasi ... 148

9. Siswa melakukan eksperimen dan diskusi tentang proses kondensasi... 149


(52)

(53)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN………. ix BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... 6 D. Tujuan Penelitan ... 6 E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Belajar ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Belajar ... 8 2. Pengertian Aktivitas Belajar ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengertian Hasil Belajar... Error! Bookmark not defined. B. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

1. Model Pembelajaran Cooperative LearningError! Bookmark not defined.

2. Tujuan Model Pembelajaran Cooperative LearningError! Bookmark not

defined.

3. Prinsip-prisip Pembelajaran Cooperative LearningError! Bookmark not defined. 4. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) . Error! Bookmark not defined.

5. Komponen Utama STAD ... Error! Bookmark not defined.

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD ... Error! Bookmark not defined.

7. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD ... Error! Bookmark not defined.

8. Keterkaitan antara Model Cooperative Learning tipe STAD dengan Aktivitas dan Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembelajaran IPA SD ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pembelajaran IPA ... Error! Bookmark not defined.


(54)

D. Hipotesis Tindakan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Setting Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Subjek penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Analisis kualitatif ... Error! Bookmark not defined. 2. Analisis kuantitatif ... Error! Bookmark not defined. F. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Kriteria Keberhasilan ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Profil SD Negeri 06 Metro Barat ... Error! Bookmark not defined. B. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Deskripsi Awal ... Error! Bookmark not defined. 2. Refleksi Awal ... Error! Bookmark not defined. 3. Persiapan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Siklus I ... Error! Bookmark not defined. 2. Siklus II ... 60 3. Rekapitulasi Siklus 1 dan Siklus 2Error! Bookmark not defined. a. Aktivitas Siswa ... Error! Bookmark not defined.

b. Kinerja Guru ... Error! Bookmark not defined. c. Hasil Belajar Siswa ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan ... 80

1. Aktivitas Siswa ... 80 2. Kinerja Guru ... Error! Bookmark not defined. 3. Hasil Belajar Siswa ... Error! Bookmark not defined.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA………. 84 LAMPIRAN………... 87


(55)

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 2006. Peningkatan dan Penguasaan Konsep Materi Pokok Usaha dan Energi

dengan Pendekatan Konstruktivisme. (Skripsi).Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Amurwani, Novie. 2009. Cooperative Learning Model STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Pulowetan 2 Kecamatan Jatikalen Kabupaten

Nganjuk.http://elearning.unesa.ac.id/ myblog/alim-sumarno//. Diakses pada 20 Januari

2012@ 14.30 WIB.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Rama Widya, Bandung.

Budiningsih, C asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Hendy. 2009. Perbandingan Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif.

http://hendygoblog.blogspot.com.Diakses pada 10 Februari 2012 @ 15.00 WIB. Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta, Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika

Aditama,Bandung.

Kunandar. 2010. Layanan Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. PT. Rajawali Pers, Jakarta.

. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.Rajawali Press,Yogyakarta. Nurasma.2008. Model Pembelajaran Kooperatif. UNP, Padang


(57)

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya, Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press,Jakarta.

Sayuti, Rumi.2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen

Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN O3 VariaAgung Tahun Pelajaran 2009/2010.

(Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slavin, Robert, E. 2010. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktek. Alih Bahasa Lita. Nusa Media, Bandung.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. PT Bumi Aksara, Jakarta. Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas Dirjen

Dikti,Jakarta.

Tady. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA melalui Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten

Sijunjung. http://tady09’sblog.wordpress. com. Diakses pada 22 Januari 2012 @7.18

WIB

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22

mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas,

Jakarta.

. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41

mengenai Standar Peoses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas,


(58)

. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah\. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(59)

(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1991 di desa Purworejo, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah. sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Supadin dan Ibu Siti Nur Hayati.

Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri 1 Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kotagajah Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah, lulus pada tahun 2005. Tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 1 Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung


(61)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rentang nilai aktivitas siswa ... 27

2. Kategori kinerja guru ... 27

3. Nilaiketuntasanbelajarsiswa ... 28

4. Rekapitulasi aktivitas siswa siklus 1 pertemuan 1 ... 50

5. Rekapitulasi aktivitas siswa siklus 1 pertemuan 2 ... 51

6. Kinerja guru siklus 1 pertemuan 1 ... 53

7. Kinerja guru siklus 1 pertemuan 2 ... 55

8. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus 1 ... 57

9. Rekapitulasi aktivitas siswa siklus 2 pertemuan 1 ... 64

10.Rekapitulasi aktivitas siswa siklus 2 pertemuan 2 ... 65

11.Kinerja guru siklus 2 pertemuan 1 ... 67

12.Kinerja guru siklus 2 pertemuan 2 ... 69

13.Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus 2 ... 70

14.Rekapitulasi persentase aktivitas siswa ... 73

15.Rekapitulasi kinerja guru ... 75

16.Rekapitulasi hasil belajar siswa ... 76


(62)

(63)

MOTTO

Ilmuitulebihbaikdaripadaharta.Ilmuakanmenjagaengkaudanengkaumenjagaharta.

Ilmuitupenghukum (hakim) sedangkanhartaterhukum.Kalauhartaituakanberkurang

apabiladibelanjakan, tetapiilmuakanbertambahapabiladibelanjakan.


(64)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim kupersembahkan karya sederhana ini untuk

 Ayahanda dan ibunda tercinta Bapak Supadin dan Ibu Siti Nur Hayati. yang selalu ada untuk memberikan doa, kasih sayang, semangat dan bimbingan kepadaku.

 Adikku tersayang Ana Nur Amanah yang selalu memberiku semangat


(65)

(66)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Penggunaan Model

Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran

IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat” dengan baik.

Penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang

telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan dan kemudahan terhadap perkembangan program studi PGSD.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung, yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) Universitas Lampung.

5. Ibu Drs. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro Universitas Lampung, yang


(67)

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,

membimbing dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M. Pd., selaku pembahas yang telah banyak memberikan saran dan

masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Bapak Drs. Kojat Sudiatmadja, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah membantu

dan memberikan saran dalam pengajuan judul skripsi.

10.Bapak Jamalludin S. Pd I., selaku kepala SD Negeri 06 Metro Barat yang telah membantu

dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Ibu Nety Ernawati MD, S. Pd SD., selaku guru pamong yang telah membantu dalam

melaksanakan penelitian.

12.Ibu Ripyati S. Pd SD., selaku teman sejawat yang telah membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

13.Bapak/Ibu Dosen dan Staf PGSD UPP Metro Universitas Lampung.

14.Keluarga besar yang telah memberikan banyak motivasi dan dorongan kepada penulis.

15.Rendy Hermawan yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

16.Teman dan orang-orang tercinta yang telah memberikan banyak bantuan dan menjadi teman

dalam suka dan duka.

17.Siswa dan siswi kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat, yang telah berpartisipasi selama

penelitian berlangsung.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dan balasan dari Allah SWT, dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.


(68)

Bandar Lampung, November 2012 Penulis


(69)

(1)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim kupersembahkan karya sederhana ini untuk

 Ayahanda dan ibunda tercinta Bapak Supadin dan Ibu Siti Nur Hayati. yang selalu ada untuk memberikan doa, kasih sayang, semangat dan bimbingan kepadaku.

 Adikku tersayang Ana Nur Amanah yang selalu memberiku semangat  Nenekku tercinta Sukanah yang menjadi motivasi dan inspirasiku.


(2)

(3)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat” dengan baik.

Penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan dan kemudahan terhadap perkembangan program studi PGSD.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta. 4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) Universitas Lampung.

5. Ibu Drs. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro Universitas Lampung, yang memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(4)

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,

membimbing dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M. Pd., selaku pembahas yang telah banyak memberikan saran dan

masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Bapak Drs. Kojat Sudiatmadja, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan saran dalam pengajuan judul skripsi.

10. Bapak Jamalludin S. Pd I., selaku kepala SD Negeri 06 Metro Barat yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. Ibu Nety Ernawati MD, S. Pd SD., selaku guru pamong yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

12. Ibu Ripyati S. Pd SD., selaku teman sejawat yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

13. Bapak/Ibu Dosen dan Staf PGSD UPP Metro Universitas Lampung.

14. Keluarga besar yang telah memberikan banyak motivasi dan dorongan kepada penulis. 15. Rendy Hermawan yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada penulis. 16. Teman dan orang-orang tercinta yang telah memberikan banyak bantuan dan menjadi teman

dalam suka dan duka.

17. Siswa dan siswi kelas VA SD Negeri 06 Metro Barat, yang telah berpartisipasi selama penelitian berlangsung.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dan balasan dari Allah SWT, dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.


(5)

Bandar Lampung, November 2012 Penulis


(6)

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 5 79

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 1 38