Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

Berdasarkan uji multikolinearitas dengan metode VIF, nilai VIF 10, artinya bahwa semua variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, sehingga tidak membiaskan interpretasi hasil analisis regresi.

4. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas Duwi Priyatno, 2013:55. Pada penelitian ini akan dilakukan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser, yaitu mengkorelasikan nilai absolute residual dengan masing-masing variabel independen. Jika signifikansi pada uji t kurang dari 0,05, maka pada model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedasititas dengan Glejser adalah sebagai berikut: Tabel 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser Variabel Sign. Nilai Kritis Keterangan X 1 0,608 0,05 Homoskedastisitas X 2 0,374 0,05 Homoskedastisitas X 3 0,052 0,05 Homoskedastisitas X 4 0,825 0,05 Homoskedastisitas Lampiran 11, Hal. 113. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser terlihat bahwa nilai probabilitas 0,05. Hal ini berarti model yang diestimasi bebas dari heterokedastisitas.

5. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson ,di mana dalam pengambilan keputusan dengan melihat berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat angka ketentuannya pada tabel Durbin Waston. Nilai Durbin-Watson dW harus dihitung terlebih dahulu, setelah itu diperbandingkan dengan nilai batas atas dU dan nilai batas bawah dL untuk berbagai nilai n jumlah sampel dan k jumlah variabel bebas yang ada di dalam tabel Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut: a. dW dL, berarti ada autokorelasi positif + b. dL ≤ dW ≤ dU, tidak dapat disimpulkan c. dU dW 4 – dL, berarti tidak terjadi autokorelasi d. 4-dU dW 4 – dL, tidak dapat disimpulkan e. dW 4- dL, berarti ada autokorelasi negatif - Dari hasil regresi diperoleh nilai D-W statistic sebesar 1,866. Dengan n =105, k = 4, dan taraf nyata α 5, maka nilai dL = 1,592, dU = 1,758, sehingga 4-dU = 4-1,758 = 2,242 dan 4-dL = 4- 1,592 = 2,408. Tabel 15. Hasil Uji Autokorelasi Tingkat Autokorelasi DW Jenis Autokorelasi 4 – DW.L DW 4 Ada Autokorelasi negatif 4 – DW.U DW 4-DW.L Tanpa kesimpulan 1,758 1,866 2,242 Tidak Ada Autokorelasi DW.L DW DW.U Tanpa Kesimpulan 0 DW DW.L Ada Autokorelasi positif Lampiran 12, Hal. 115. Dapat dilihat dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,866, di mana berada di daerah penerimaan Ho. Hal ini berarti model yang diestimasi tidak terjadi autokorelasi.

D. Pengujian Hipotesis

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana pada hipotesis satu sampai dengan empat dan analisis regresi linier berganda untuk hipotesis kelima. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel pos-pos luar biasa, labarugi, kompleksitas operasi perusahaan, dan juga ukuran perusahaan terhadap audit delay secara parsial menggunakan analisis regresi sederhana, sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan menggunakan analisis regresi berganda.Kedua teknik analisis ini menggunakan bantuan komputer SPSS, berikut hasil uji hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti.

1. Pengujian Analisis Regresi Sederhana