Faktor Penghambat dalam Pengembangan Profesionalisme Guru

OSIS. Artinya, guru-guru pada mata pelajaran yang di-UN-kan tidak terlibat dalam bimbingan siswa, baik di ekstra maupun untuk perlombaan.

3. Faktor Penghambat dalam Pengembangan Profesionalisme Guru

Program pengembangan di MTs Nurul Ummah sebenarnya telah ditetapkan dalam program kerja madrasah setiap pergantian tahun pelajaran. Hanya saja, pelaksanaan program tersebut kurang direncanakan secara matang dan tidak diikuti dengan peninjauan segi manfaat program tersebut terhadap proses belajar mengajar. Bahkan, terdapat program pengembangan yang ditujukan pada guru tidak dilaksanakan. ”Madrasah sampai saat ini kurang dalam program kegiatan ilmiah bagi guru. Hal ini dapat dilihat dari ketiadaan pelaksanaan pelatihan di madrasah, ketidakadaan perpustakaan khusus guru, dan kesejahteraan yang masih kurang....” Az, GBInd; 26 Juli 2010; 09.40 – 11.00 Guru dalam program pengembangan kurang diberi pengarahan, dukungan, maupun uang transport. Program pengembangan yang pernah terlaksana jika dilakukan oleh yayasan atau dari pihak luar, seperti dari pemerintah atau dari sekolah lain. Ada yang dari MTs Nurul Ummah dan ada juga yang dari diri sendiri, kalau misalnya itu pelatihannya diadakan oleh MGMP se-MTs Yogyakarta misalkan seperti itu biasanya biayanya dari MTs Nurul Ummah. Terus kalau misalnya pelatihannya itu satu Nurul Ummah itu satu yayasan biasanya dari yayasan itu yang mengadakan untuk pemberdayaan guru-guru di sini. Tapi kalau untuk tugas dari MTs Nurul Ummah sendiri, itu ada dari biaya MTs Nurul Ummah, tapi juga sebagiannya dari biaya saya sendiri. Tapi itu juga tawaran dari pihak sekolah, ini ada pelatihan. Biasanya seperti itu juga gantian dengan guru-guru yang lain dan kebetulan karena saya paling junior jadi Cuma mengikuti pelatihan disini saja. Kalau untuk pelatihan MGMP biasanya yang lebih senior yang mengikuti tapi saya pernah juga mengikuti di SMP 8 itu untuk pembuatan modul. Tasb; GMtk; Jumat, 23 Juli 2010; 10.00 – 11.00 Hal tersebut menunjukkan bahwa MTs Nurul Ummah secara internal belum melaksanakan kegiatan yang konkret program pengembangan, seperti pelatihan guru untuk guru di MTs Nurul Ummah sendiri. Program pengembangan yang aktif dan berjalan di MTs Nurul Ummah adalah keikutsertaan dalam program pengembangan dari pihak luar, yaitu undangan partisipasi peserta. Hal tersebut dapat digolongkan sebagai program pengembangan, walaupun bukan sebagai penyelenggara. Tentunya, kegiatan pengembangan propfesionalitas tersebut harus dikaji dan dievaluasi agar berdaya guna bagi mutu madrasah. Hanya saja, peran kepala madrasah belum nampak. Kepala madrasah jarang melakukan monitoring maupun evaluasi terhadap pelaksanaan program pengembangan tersebut, sehingga terkesan bahwa program pengembangan hanya digunakan sebagai syarat bagi guru untuk menambah wawasan pengetahuan tanpa dikaji ulang tentang manfaat program tersebut bagi pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini terungkap dari wawancara pada setiap guru. Salah satunya sebagai berikut. “Belum ada evaluasi, tetapi lebih kepada sesama teman satu mata pelajaran. Itu pun hanya berbentuk kritik dan saran. ..” FY, GBIng; Sabtu, 17 Juli 2010; 12.00 – 13.00 Kendala keuangan madrasah sering kali menjadi alasan, jika program pengembangan untuk guru tidak dilaksanakan. Hal ini diakui oleh kepala madrasah. Kami belum pernah mengadakan diklat untuk guru di madrasah karena kendala waktu dan anggaran. Sw, Kamad; Rabu, 04 Agustus 2010; 09.00 – 10.00. Program pengembangan hanya menanti sumbangan atau bantuan dari pihak luar, tetapi bukan dilakukan secara kerja sama. Bantuan pengembangan ini umumnya dari pemerintah. Kerja sama dari sekolah lain tetap saja dari pemerintah karena berbentuk MGMP. Kalau Universitas belum ada. Tapi biasanya dengan Diknas dan sekolah-sekolah lain. Sw, Kamad; Rabu, 04 Agustus 2010; 09.00 – 10.00. Sementara itu, jumlah siswa di MTs Nurul Ummah masih sedikit. Keterbatasan jumlah siswa ini disebabkan oleh keterikatan siswa yang masuk ke MTs Nurul Ummah untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah dan harus bertempat tinggal di asrama. Tidak heran, bila siswa MTs Nurul Ummah didominasi oleh siswa yang berasal dari luar lingkungan masyarakat madrasah. Artinya, siswa yang masuk ke MTs Nurul Ummah adalah siswa yang benar-benar ingin menjadi santri di Pondok Pesantren. Sedikitnya jumlah siswa tentunya diikuti dengan pengurangan terhadap jumlah kelas dan akan berdampak pada penerimaan atau pendapatan madrasah. Di samping itu, pemenuhan sarana dan prasarana selalu diutamakan, terutama pemenuhan fasilitas dan gedung. Faktor inilah yang menjadi penyebab bahwa keterbatasan dana menjadi salah satu penyebab program pengembangan profesionalisme guru menjadi kurang terlaksana secara optimal. Jumlah keseluruhan siswa di MTs Nurul Ummah untuk Tahun Pelajaran 20092010 sebanyak 105 siswa. Kondisi jumlah siswa tersebut tentunya berdampak pada penerimaan pendapatan yang diterima madrasah. Jumlah anggaran pendapatan madrasah yang sedikit, tentunya akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan operasional di MTs Nurul Ummah. Begitupula pelaksanaan program pengembangan profesionalisme di madrasah juga akan mengalami kendala. Madrasah dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui program pengembangan dalam rangka untuk tetap mempertahankan kualitas pendidikan di MTs Nurul Ummah. Di sisi lain, madrasah harus dituntut untuk memenuhi kebutuhan operasional dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang sifatnya primer. Sebagaimana sekolah lain setingkat SMPMTs, MTs Nurul Ummah mendapatkan BOS Biaya Operasional Pendidikan. Akan tetapi, BOS tidak bisa digunakan untuk kepentingan lain, kecuali hanya untuk kepentingan peserta didik. Jadi, BOS tidak dapat digunakan untuk pembiayaan peningkatan mutu yang berhubungan dengan guru, apalagi untuk menambah penerimaan guru tiap bulannya. Dalam perjalanannya, alokasi penggunaan dana yang dianggarkan untuk peningkatan kualitas terkadang ditujukan pada peningkatan kuantitas dengan penyediaan gedung dan fasilitas. Karena mutu pendidikan tidak hanya dilihat pada mutu guru, staf pendidikan, dan sarana pembelajaran, tetapi juga pada mutu gedung dan lingkungan madrasah yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini tampak pada ungkapan kepala madrasah. “Kami belum pernah mengadakan diklat untuk guru di madrasah karena kendala waktu dan anggaran.” Sw, kamad; Rabu, 04 Agustus 2010; 09.00 – 10.00 Para guru mendapatkan “kesejahteraan” yang rendah dan masih menerapkan manajemen “li-Allah-I Ta’ala”. Penerapan manajemen “li-Allah-I Ta’ala” ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap profesionalisme masih kurang, di samping karena memang kondisi kemampuan kelembagaan madrasah dari aspek finansial masih lemah. Jika dilihat dari data kepegawaian, status guru di MTs Nurul Ummah 100 adalah guru swasta yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu tetap yayasan dan guru tidak tetap yayasan. Penghargaan kedua klasifikasi guru terhadap kinerjanya perjam adalah berkisar Rp 2.000,00-4.000,00. Dokumentasi MTs Nurul Ummah TP 20092010. Pengembangan profesionalisme guru di MTs Nurul Ummah juga mengalami hambatan dari guru sendiri. Kurangnya minat dan dukungan dari guru yang ada untuk mengikuti program pengembangan terlihat dari keikutsertaan mereka dalam pertemuan ilmiah dan usaha mereka dalam pengembangan profesi dalam bentuk karya, sebagaimana telah di sampaikan. Diakui bahwa ada sebagian besar guru terlihat kurang berminat terhadap pengembangan profesionalisme. Hal ini bergantung dari persepsi dari masing-masing guru.

C. Pembahasan Data Penelitian