Upaya Madrasah dalam Pengembangan Profesionalisme

amalan utama, 2 akhlak sebagai media untuk menerima ilmu Allah, dan 3 akhlak sebagai sarana mencapai kemanfaatan ilmu. Burhanudin, 2001: 42

2. Upaya Madrasah dalam Pengembangan Profesionalisme

Pengembangan profesionalisme guru merupakan salah satu bentuk program pengembangan yang ditujukan pada guru. Guru adalah sumber daya manusia dalam penentu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ada di MTs Nurul Ummah. Untuk itu, guru sebagai unsur penting dalam kualitas pendidikan harus dikelola agar tujuan pendidikan tercapai. Di sinilah perlu dan pentingnya manajemen pengembangan profesionalisme yang ditujukan kepada guru tersebut. Perlu berarti pengembangan profesionalisme harus dilakukan oleh pengelola madrasah. Penting artinya pengembangan profesionalisme tersebut bermanfaat dan berarti. Hasil penelitian mengenai pengembangan profesionalisme guru pada mata pelajaran yang di-UN-kan mencakup aspek pengembangan profesionalisme yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang meliputi dorongan untuk meningkatkan melalui studi, dorongan dalam keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah, peningkatan pengetahuan melalui penambahan koleksi buku, pembinaan guru melalui supervisi, dan pembinaan guru melalui penugasan. a. Motivasi Peningkatan Keahlian melalui Studi Menempuh studi merupakan kegiatan dalam upaya peningkatan profesionalisme tenaga akademik di MTs Nurul Ummah melalui pengurangan guru yang underqualified dan mismatch salah kamar. Studi dimaksudkan agar guru benar-benar profesional dalam menjalankan tugas dengan mengetahui dan memahami dunia kependidikan dan keguruan. Hanya saja, usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui studi masih sebatas memberikan motivasi dan pencarian informasi, belum pada bantuan dari asfek finansial, karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Dampak dari ketiadaan bantuan dari asfek finansial ini menyebabkan guru silih berganti di MTs Nurul Ummah dan sebagai “batu loncatan” untuk mencari pekerjaan lain. Tidak heran, jika pada waktu pendaftaran CPNS, sebagian besar guru di madrasah ini ikut mendaftar. Artinya, bila ternyata diterima sebagai PNS, mereka akan meninggalkan MTs Nurul Ummah sebagai tenaga pengajar, kecuali jika mereka sebagai PNS DPK atau Guru Bantu untuk madrasah swasta di MTs Nurul Ummah. Tidak mengherankan juga, guru akan meninggalkan tugas mengajar di MTs Nurul Ummah, jika ada yang memberikan penghargaan yang lebih di tempat lain. b. Motivasi Keikutsertaan dalam Pertemuan Ilmiah dan Pengembangan Profesi Pertemuan ilmiah terbagi menjadi 2 pola, yaitu penyelenggaraan di dalam madrasah dan pemeransertaan di luar madrasah. Untuk pola pertama, yaitu penyelenggaran pertemuan ilmiah di dalam madrasah secara internal yang bisa berbentuk pelatihan guru, MTs Nurul Ummah belum pernah melaksanakannya. Program kerja dan beserta anggaran biayanya telah tertulis di program kerja pengelola. Hanya saja, pelaksanaan pelatihan guru sering ditiadakan karena dana digunakan untuk pembiayaan yang lain, seperti pembangunan gedung. Hal ini menunjukkan bahwa program pengembangan profesionalisme guru dianggap tidak terlalu penting oleh manajemen madrasah dan bisa diabaikan. Untuk pola kedua, yaitu keikutsertaan pertemuan ilmiah di luar madrasah, pihak manajemen madrasah memberi kemudahan dan motivasi dengan memfasilitasi dengan menyampaikan informasi dan memberikan uang transport atau uang pendaftaran pertemuan ilmiah sebagai stimulan. Uraian tersebut memberikan pemahaman bahwa manajemen madrasah berusaha untuk meningkatkan profesionalisme guru-gurunya dengan dorongan untuk mengikuti pertemuan ilmiah disertai stimulan uang transport atau biaya pendaftaran. Selanjutnya, program pengembangan profesi dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru mata pelajaran UN pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi, bantuan biaya dalam pembuatan modul, dan bantuan dana dalam karya tulis Penelitian Tindakan Kelas PTK. Dari ketiga program tersebut, 2 program yang terlaksana, yaitu pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi dan bantuan biaya dalam pembuatan modul. Untuk pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi, telah diberikan kepada 2 orang guru, yaitu guru bahasa Indonesia karena berhasil dalam pembuatan sumber belajar yang dilaksanakan oleh Departemen Agama RI dan guru mata pelajaran bahasa Inggris karena telah membuat karya dalam bentuk buku. Hal ini telah dijelaskan dalam upaya guru dalam meningkatkan kompetensi profesional melalui pengembangan profesi. Untuk bantuan biaya dalam pembuatan modul, diberikan pada 2 orang guru, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia karena kedua guru mata pelajaran UN ini telah membuat modul sebagai pegangan siswa dalam menghadapi UN. c. Peningkatan Pengetahuan melalui Penambahan Koleksi Buku Penambahan koleksi buku untuk guru dilakukan pada tiap awal tahun pelajaran, terkadang juga dapat dilakukan pada awal tiap semester yang berupa buku referensi guru dan buku pelajaran pokok. Kedua buku sebagai bentuk penambahan koleksi buku berkisar pada buku bahan ajar guru dan penunjangnya dalam melaksanakan tugas. Jika melihat dari program kerja pengelola madrasah, kegiatan ini sudah cukup berhasil. Artinya, pada awal tahun pelajaran atau awal semester, guru diberikan kedua kategori buku tersebut. Akan tetapi, bila disandingkan dengan pengembangan profesionalisme guru, kegiatan tersebut belumlah cukup. Di samping buku-buku sebagai bahan ajar dan penunjangnya, juga dibutuhkan buku-buku lain sebagai bahan bacaan guru untuk menambah wawasan mereka. Oleh karenanya, madrasah harus menyediakan ruang perpustakaan guru dengan kelengkapan koleksi bukunya. Artinya, madrasah harus berupaya untuk membuat perpustakaan khusus untuk para guru. Uraian tersebut menunjukkan bahwa penambahan koleksi buku yang dimaksudkan di sini dalam konteks yang terjadi di MTs Nurul Ummah adalah pembelian buku paket bagi guru sebagai buku pegangan ketika proses pembelajaran. d. Pembinaan Guru melalui Supervisi Supervisi yang dimaksudkan di sini adalah supervisi yang lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar kondisi tugas yang dikerjakan guru diketahui kekurangannya untuk dapat diberi tahu bagian yang perlu diperbaiki, bukan semata-mata mencari kesalahan guru. Suharsimi-Arikunto, 2004: 2 Dengan demikian, pemanfaatan hasil supervisi terhadap guru ini adalah memberikan saran-saran perbaikan dan memberikan penyelesaian masalah yang ditemui oleh guru. Kecenderungan yang terjadi di MTs Nurul Ummah adalah supervisi kekeluargaan. Artinya, bila terjadi suatu permasalahan yang terjadi pada guru, diselesaikan dengan keakraban, tanpa terjadwal, terencana, dan tanpa didokumentasikan. Model supervisi ini dikategorikan supervisi tidak langsung. Guru tidak merasa dibina dan diberi pengarahan oleh kepala madrasah. Ini segi positif dari supervisi tidak langsung. e. Pembinaan Guru melalui Penugasan Bentuk penugasan guru mata pelajaran yang di-UN-kan, yaitu penugasan di kepanitiaan dan bimbingan terhadap siswa. Penugasan ini bertujuan untuk membentuk etos kerja yang positif tumbuh sejalan dengan ragam kegiatan yang ada. Bentuk penugasan kepanitiaan tersebut bernilai positif bagi guru, karena dapat menumbuhkan suasana kekeluargaan dan kekerabatan antarguru serta menambah peningkatan kesadaran tanggung jawab tugas. Selain itu, para guru dapat pengalaman dalam berorganisasi. Hal ini cukup berjalan dengan baik di MTs Nurul Ummah. Beberapa guru mata pelajaran yang di-UN-kan telah mendapat tugas dari madrasah di kepanitiaan. Bentuk penugasan bimbingan terhadap siswa juga bernilai positif bagi guru. Hanya saja, bimbingan siswa ini lebih banyak diserahkan kepada pembina OSIS dan guru ekstrakurikuler. Akibatnya, guru kurang diberi kesempatan dalam bimbingan terhadap siswa.

3. Faktor Penghambat dalam Pengembangan Profesionalisme Guru