Group dan Ungroup Zoom dan Hand Tool 3 Sejarah Iklan

shape merupakan warna isian dari sebuah shape. Stroke Stroke tidak memiliki garis karena stroke itu sendiri adalah garis. dengan adanya stroke style, bentuk stroke bisa di ubah menjadi beberapa pilihan. cara mengubah stroke style: Seleksi terlebih dahulu stroke obyek yang ada, kemudian pilih stroke style di bagian property inspoector. setting default stroke style adalah solid ketika membuat sebuah shape, secara otomatis terbentuk fill dan stroke. namun fill dan stroke ini bisa dipisahkan. cobalah klik 1x daerah fill, maka kita hanya menseleksi fill nya saja. untuk menseleksi kedua nya, klik 2x daerah fill. untuk menseleksi stroke nya saja, klik 1x pada stroke. untuk memisahkan fill dan stroke, seleksi fill atau stroke, lalu dragtarik. untuk melepas seleksi, klik daerah luarworkspacestage yang tidak ada objek. dan perlu diingat, pemberian warna stroke dan fill memiliki cara yang berbeda. untuk memberi warna garis atau stroke, gunakanlah ink bottle Tool S untuk member warna fill, gunakanlah Paint bucket Tool K apabila shape sudah berisi warna dan ingin mengubahnya, pilih selection Tool V seleksi fill atau stroke yang akan di ubah warna nya, selanjutnya pada Tool Color, kita bisa menggunakan stroke color untuk mewarnai garis dan fill color untuk mewarnai daerah isian warna.

3. Group dan Ungroup

Universitas Sumatera Utara Cobalah buat 2 bentuk lingkaran atau kotak yang jaraknya berjauhan, kemudian seleksi 1 objek di antaranya lalu pindahkan tepat di atas objek yang lain menimpa, lalu pisahkan. yang terjadi adalah obejk yang tertimpa menjadi rusak. untuk menghindari hal ini, gunakanlah grup dengan cara seleksi terlebih dahulu objek yang akan di grup, lalu tekan menu ModifyGrup atau gunakan shortcut CTRL+G. untuk memecah grup, gunakan ungroup dengan cara pilih menu ModifyUngroup atau dengan shortcut CTRL+SHIFT+G. perlu di ingat, objek yang sudah digrup tidak dapat diubah warnanya secara langsung seperti biasa. jika ingin mengubah warna objek, bisa di lakukan dengan cara masuk ke dalam grup dengan cara klik 2 kali grupnya, lalu ubah warna nya. atau dengan cara mengungroup terlebih dahulu objek tersebut.

4. Zoom dan Hand Tool

Zoom tool gambar kaca pembesar, shortcut Z berfungsi untuk memperbesar dan memperkecil tampilan objek-objek yang ada di stage. klik zoom tool, lalu klik pada stage untuk zoom-in, untuk zoom-out tahan tombol Alt, lalu klik. adapun cara alternatif selain zoom tool adalah CTRL + dan CTRL - hand Tool gambar tangan, shortcut H berfungsi sebagai penggeser tampilan stage. adapun cara alternatif dengan cara menahan tombol spasi.

2. 3 Sejarah Iklan

Universitas Sumatera Utara Iklan adalah fenomena kontemporer abad 20, namun cikal bakal periklanan sesungguhnya sudah ada sejak berabad-abad lalu. periklanan dalam arti sederhana diawali ketika orang mulai hidup pada kelompok-kelompok kecil dan mencoba mempengaruhi orang lain untuk membeli barang komoditas sehari-hari. selanjutnya periklanan semakin meluas berkat pengembangan teknologi mesin cetak di Eropa pada tahun 1455 dan gelombang Revolusi Industri pada abad 18 yang mempercepat akses bsnis dan memperluas pasar industri. Dalam masyarakat modern, iklan diartikan sebagai salah satu bentuk informasi terbaru kepada konsumen mengenai berbagai komoditas dan dorongan-dorongan kebutuhan tertentu yang bertujuan untuk menjaga tingkat produksi Konig; dalam Schudson, 1986:196. William F Arens 1999:7 mendefinisikan iklan sebagai struktur informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif, entang aneka produk barang, jasa dan gagasan oleh sponsor yang teridentifikasi melalui berbagai macam media. Frank Jefkins dalam bukunya Advertising 1997 mengelompokkan ragam iklan menjadi tujuh kategori, yakni iklan konsumen, iklan bisnis ke bisnis atau iklan antarbisnis, iklan perdagangan, iklan eceran, iklan keuangan, iklan langsung, dan iklan lowongan kerja. Dunia periklanan mengalami perkembangan pesat setelah besinergi dengan teknologi Sepanjang abad 20, periklanan muncul pada lima media utama yaitu; suratkabar, majalah, radio, televisi, dan media outdoor billboard-sebagian orang menyebutnya reklame. meski kelima media ini tetap bisa menjangkau jumlah besar orang, namun saat ini lebih banyak pilihan tersedia. pada tahun 1920-an, radio sebagai wahana iklan semakin menguat dan memunculkan para pengiklan melalui siaran radio. Universitas Sumatera Utara puncak booming iklan di radio terjadi pada tahun 1926, ketika RCA membeli jaringan radio seperti ATT, termasuk WEAF di New Jersey dan mendirikan perusahaan Siaran Nasional. munculnya radio jaringan menciptakan iklan yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan di seluruh negara bagian secara simultan. Pada masa perang dunia II, televisi muncul sebagai wahana untuk menyampaikan iklan, khususnya setelah pendirian jaringan televisi nasional di Amerika pada tahun 1948. televisi dengan cepat menjadi media baru yang menyaingi media lain sebagai alat bagi pengiklan dengan skala nasional. kombinasi dari suara dan pandangan memberi warna bagi para pengiklan untuk menarik minat jutaan penonton televisi dengan cara yang dramatis. Perkembangan selama satu dekade terakhir yang paling revolusioner adalah iklan lewat teknologi internet dan mobile mobile adverstising. salah satu aspek yang paling menarik dari internet dan mobile adalah kemampuan interaktifnya. iklan interaktif memungkinkan respon langsung dari pelanggan terhadap iklan yang disampaikan. fenomena ini melahirkan integrated marketing communication IMC yang mendukung penggunaan semua saluran komunikasi kepada pengiklan. dengan kata lain, IMC merupakan praktik dari integrasi semua alat komunikasi. Periklanan di Indonesia: dari Masa ke Masa Menurut Bondan Winarno dalam buku ‖Rumah Iklan”, sejarah periklanan di Indonesia lahir seiring sejarah kelahiran suratkabar. koran pertama milik Belanda Bataviaasche Nouvelles, saat terbit sebagian besar isinya adalah iklan tentang perdagangan, pelelangan, dan pengumuman resmi pemerintah Hindia Belanda. iklan Universitas Sumatera Utara suratkabar waktu itu umumnya menampilkan produk-produk yang dikonsumsi masyarakat kelas atas. sebuah toko PD provisien en drunken = kebutuhan makan dan minum misalnya, mengumumkan lewat suratkabar tentang kedatangan kapal dari Negeri Belanda yang membawa mentega dan keju stok baru. cerutu dan bir juga merupakan komoditas impor pada masa itu, dan sering diiklankan di suratkabar Winarno 2008: 10. Pada masa itu perusahaan periklanan terbesar adalah Aneta. Aneta bahkan sempat mendatangkan tiga orang tenaga spesialis periklanan dari Belanda. mereka adalah F. Van Bemmel, Is van Mens, dan Cor van Deutekom yang didatangakan atas sponsor BPM Bataafsche Petroleum Maatsschappij, perusahaan minyak terbesar saat itu dan General Motors yang perlu mempromosikan produk-produk mereka Winarno, 2008: 10. Menurut Winarno 2008: 11-12, etnis Tionghoa yang terlibat dalam bisnis media cetak di Indonesia juga mengembangkan bidang periklanan. Yap Goan Ho misalnya, seorang yang bertahun-tahun bekerja sebagai copywriter di perusahaan periklanan dan suratkabar De Locomotief Semarang, akhirnya mendirikan perusahaan sendiri di Jakarta. perusahaaannya dikontrak secara khusus oleh suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang, dengan tujuan untuk mendatangkan iklan bagi suratkabar. orang-orang pribumi juga turut mewarnai perkembangan industri periklanan di tanah air, seperti R. M Tirto Adisoerjo Medan Prijaji, Tjokroaminoto Sinar Djawa, M. Sostrosijoto Medan Moeslimin, Abdoel Moeis Neratja, Hendromartono Mardi Hoetomo, S. Soemodihardjo Economic Blad, dan lain-lain. Setelah merdeka, dasawarsa tahun 1970-an merupakan kebangkitan periklanan modern Indonesia setelah sekian lama ditelan oleh gejolak politik yang melumpuhkan berbagai Universitas Sumatera Utara sektor ekonomi. pada masa itu perusahaan-perusahaan multinasional masuk Indonesia memanfaatkan kebijakan baru di bidang penanaman modal asing. maraknya produk- produk yang diluncurkan ke pasar oleh industri bermodal asing ini membuka peluang bagi dunia periklanan untuk beroperasi. demikian juga media-media untuk beriklan semakin marak. InterVista adalah salah satu perusahaan periklanan yang cukup berperan penting dalam sejarah periklanan Indonesia. pendirinya, Wicaksono Nuradi, dianggap sebagai perintis periklanan di tanah air. ia mendirikan InterVista pada tahun 1963. selain Intervista, matari yang didirikan oleh Ken Sudarto pada tahun 1971 dan masih sukses hingga saat ini juga merupakan legenda biro iklan lokal yang lahir bertepatan dengan booming di sektor periklanan tahun 70-an dan mengilhami berdirinya perusahaan periklanan lainnya, baik yang murni lokal, maupun yang berbentuk perusahaan multinasional. Dari sisi teknologi, dasawarsa 1970-an, merupakan periode transisi dari teknologi cetak tinggi press printing menjadi teknologi cetak offset. dengan sistem cetak tinggi yang memakai media timah, materi iklan cetak juga berbentuk plat timah yang ditempelkan pada sebidang papan kayu. di masa itu, plat ini dikenal dengan nama ―klise‖. saat era transisi antara teknologi cetak dengan offset, sempat muncul pula teknologi pengganti media timah dengan palstik nilon. teknologi ini disebut nyloprint. tetapi demam offset agaknya membuat nyloprint tidak bertahan lama Winarno, 2008: 42. kemunculan teknologi offset mengubah cara penyiapan materi iklan, tetapi cara pembuatan artwork masih tetap asma, sampai era komputer menggantikannya pada akhir Universitas Sumatera Utara tahun 1980-an. hadirnya komputer dengan segala kecanggihan dan kemudahan membuat dunia periklanan semakin berkembang karena mampu bersinergi dengan teknologi. Pada dasawarsa 1970-an, sangat terasa kemitraan yang sangat kental antara perusahaan periklanan dan media cetak. bagi suratkabar, iklan adalah ujung tombak bagi kelangsungan hidup. keterlibatan surat kabar sebagai agen publikasi sangat terkait dengan kebutuhan riil berupa pendapatan income untuk menutup biaya produksi. salah satu indikator ini adalah kenyataan bahwa 60 –70 pendapatan media diorientasikan berasal dari iklan Rahayu, 2001: 78. orientasi ini disebabkan jumlah pendapatan iklan jumlahnya jauh lebih besar bila dibandingkan hasil penjualan oplah surat kabar. pendapatan iklan yang besar otomatis akan membantu menutup biaya produksi dan menyebabkan harga berlangganan menjadi lebih murah Yusuf, 2001: 145 Sebelumnya iklan di televisi dalam hal ini TVRI sempat menjadi primadona selain suratkabar, namun dengan kematian iklan televisi pada tahun 1981 yang ditandai dengan penghe ntian ‖Manasuka Siaran Niaga‖ , giliran radio menuai hasilnya. Tahun 1981-1988 adalah zaman keemasan radio swasta memperoleh iklan sampai akhirnya pada tahun 1988 RCTI membuka ruang bagi kelahiran televisi swasta lain yang sangat berpengaruh pada peta periklanan di Indonesia. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, berbarengan dengan berbagai krisis yang terjadi di tanah air, terjadi deregulasi pada dunia pertelevisian dengan munculnya SK menpen No. 2861999 dan izin frekuensi dari Direktorat jenderal Pos dan Telekomunikasi. dari kebijakan ini, televisi swasta terus bermunculan disusul berdirinya televisi-televisi daerah. meski televisi daerah belum mamapu memperoleh banyak Universitas Sumatera Utara pengiklan, namun televisi-televisi besar yang waktu itu disebut televisi swasta nasional benar-benar mengeruk kue iklan dalam jumlah yang sangat besar dibanding media lain. Selain itu, pada tahun 1994, masyarakat juga mulai mengenal media televisi kabel dengan diawalinya layanan Indovision. Indovision menyewa frekuensi di C-band untuk transponder dan sistem broadcasting dari satelit PALAPA C-2. kemudian, Indovision meluncurkan sendiri satelit INDOSTAR-1 yang kemudian berganti nama menjadi CAKRAWARTA-1. satelit inilah yang membuat kemampuan migrasi dari sistem analog ke sistem digital. Dalam perkemangan berikutnya, Indovisian sebagai penyedia layanan televisi kabel mendapat pesaing, yaitu Kabelvision 1999 dan Astro 2006.

2. 4. Kesehatan Masyarakat