Keterkaitan Desentralisasi Fiskal . . . Sebayang: 63 - 69 64
2. Perumusan Masalah
Secara umum diyakini bahwa desentralisasi fiskal akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pendapat ini dilandasi oleh pandangan yang menya- takan kebutuhan masyarakat daerah terhadap
pendidikan dan barang publik pada umumnya akan terpenuhi dengan lebih baik dibandingkan bila
langsung diatur oleh pemerintah pusat.
Namun kecenderungan kearah tersebut tidak nampak karena hingga saat ini sebagian besar
Pemerintahan Daerah Pemda dan DPRD Kota dan Kabupaten di Indonesia merespon desentralisasi
fiskal dengan menggenjot kenaikan PAD melalui pajak dan retribusi tanpa diimbangi peningkatan
efektifitas pengeluaran APBD. Langkah kebijakan semacam ini dapat berpengaruh buruk di tingkat
daerah serta kesejahteraan masyarakatnya. Bagi sebagian besar propinsi, masalah diatas merupakan
agenda pokok yang perlu segera ditangani, salah satunya adalah jumlah penduduk miskin mengalami
peningkatan selama krisis ekonomi.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi kapasitas fiskal daerah dengan adanya desentralisasi fiskal sebagai
political process
. 2.
Mengukur hubungan antara kapasitas fiskal yang dimilik daerah dengan tingkat kemiskinan.
METODE PENELITIAN
a. Kapasitas Fiskal
Kapasitas fiskal diukur dengan rasio PAD terha- dap Belanja Rutin di masing-masing propinsi.
Atau:
Rutin Belanja
PAD Fiskal
Kapasitas =
b. Analisis Model Regresi
Mengukur hubungan kapasitas fiskal sebagai variabel dependen dengan variabel-variabel inde-
pendennya. Dengan menggunakan data panel.
LANDASAN TEORI 1. Desentralisasi Fiskal
Istilah desentralisasi fiskal memberikan penger- tian adanya pemisahan yang semakin tegas dan
jelas dalam urusan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemisahan
dimaksud bisa tercermin pada kedua sisi anggaran; penerimaan dan pengeluaran. Di sisi penerimaan,
daerah akan memiliki kewenangan yang lebih besar dalam
tax policy
. Menurut Undang-Undang no.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam konteks kegiatan ini, pengertian kewenangan daerah propinsi dan kabupatenkota
mengacu pada UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
bahwa: Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan
dalam skala provinsi yang meliputi: aPerencanaan dan pengendalian pembangunan; b Perencanaan,
pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat; d Penyediaan sarana dan prasarana umum; e Penanganan bidang kesehatan; f
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; g Penanggulangan masa-
lah sosial lintas kabupatenkota; hPelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; iFasilitasi
pengembangan koperasi, usaha kecil, dan mene- ngah termasuk lintas kabupatenkota; j Pengen-
dalian lingkungan hidup; k Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; l Pelayanan
kependudukan, dan catatan sipil; m Pelayanan administrasi umum pemerintahan; n Pelayanan
administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota; o Penyelenggaraan pelayanan
dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 65
kabupatenkota; p Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam desen- tralisasi fiskal adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas Fiskal PAD, PDRB
2. Kebutuhan Fiskal Pengeluaran RutinPemba-
ngunan dan Penyediaan barang publik
2. Kebijakan Fiskal dan Kapasitas Fiskal