Almira Anissofira , 2013 Penentuan Struktur Patahan Di Lapangan Panas Bumi “X” Dengan Menggunakan Metode Relokasi
Relatif Kasus Gempa Mikro Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. Single Event Determination SED
Tahapan pertama dalam penentuan hiposenter gempa mikro adalah metode Single Event Determination SED. Dalam metode SED ini penulis menggunakan
software perangkat lunak Seisplus. Pada tahapan SED, hal yang harus dilakukan pada RAW data gempa mikro adalah melakukan picking data. Dalam hal ini
software Seisplus sebenarnya dapat melakukan autopicking, tetapi kualitas picking yang dihasilkan dari autopicking tidak terlalu baik dan akurat. Saat
autopicking, program menganggap dalam satu RAW data hanya terdapat satu kejadian gempa, padahal di lain hal, dalam satu RAW data bisa saja terdapat
beberapa event gempa yang bisa ditrimming potong menjadi beberapa gempa mikro, maka dari itu penulis melakukan manual data picking dalam hal ini.
a. Picking data
Tahapan dalam picking data diantaranya, trimming event, picking penentuan jenis gelombang, dan penentuan pembobotan picking. Tahapan
pertama adalah trimming event yaitu, proses pemotongan durasi waktu sinyal dari masing masing file event. Tujuannya agar seluruh sinyal yang telah dipilih
dari semua stasiun dapat dipotong durasinya sesuai durasi gempanya kemudian dapat dilakukan analisis sinyal berdasarkan durasi gempa, juga mempermudah
saat melakukan manual picking. Dalam proses ini, pemilihan sinyal masih sangat subjektif, yaitu berdasarkan bentuk yang menyerupai sinyal
mikroseismik Geotech Instrument, 2003. Tahapan selanjutnya adalah picking jenis gelombang gempa. Dalam
tahapan ini waveform gempa yang sudah di trimming harus ditentukan arrival time waktu tiba gelombang P dan arrival time gelombang S nya. Pada
program Seisplus untuk picking arrival time gelombang P dilakukan pada komponen vertikal v sedangkan untuk gelombang S dilakukan pada
komponen horizontal northing n atau easting e. Arrival time gelombang P lebih mudah diketahui dibanding gelombang S
dikarenakan gelombang P muncul pertama kali dan terlihat jelas ketika
Almira Anissofira , 2013 Penentuan Struktur Patahan Di Lapangan Panas Bumi “X” Dengan Menggunakan Metode Relokasi
Relatif Kasus Gempa Mikro Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
munculnya fluktuasi gelombang dengan amplitudo yang besar dibanding gelombang noise. Lain halnya dengan gelombang S, kedatangan gelombang S
lumayan sulit diidentifikasi karena fluktuasi amplitudo dari gelombang S tidak signifikan seperti gelombang P, diperlukan ketelitian yang lebih besar saat
menentukan picking waktu kedatangan gelombang S. Sedangkan untuk menentukan coda akhir dari gelombang event gempa mikro yaitu dengan
melihat satuan count peak pada display, bila satuan count peak amplitudo nya semakin mengecil dan hampir sama dengan amplitudo sebelum datangnya
gelombang P, hal itu menandakan event gempa mikro sudah berakhir. Tahapan terakhir adalah menentukan tingkat pembobotan dalam picking,
hal ini dibutuhkan untuk memberikan hasil yang memiliki nilai keyakinan tinggi dalam menentukan waktu kedatangan gelombang, dalam program
Seisplus terdapat rentang pembobotan dari 0 sampai 4. Nilai 0 merupakan nilai pembobotan tertinggi sedangkan 4 adalah nilai pembobotan terendah.
Gambar 3.7 Contoh pick windows gempa mikro pada program Seisplus Sumber:
PT. PGE.
Almira Anissofira , 2013 Penentuan Struktur Patahan Di Lapangan Panas Bumi “X” Dengan Menggunakan Metode Relokasi
Relatif Kasus Gempa Mikro Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
b. Lokasi Hiposenter SED