Interpretasi Peta Topografi Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

11

1.5.2. Interpretasi Peta Topografi

Interpretasi peta merupakan kegiatan melihat dan mengamati sebuah peta dan mencari penjelasan terhadap pola dari objek tersebut Muehrcke, 1978. Interpretasi peta topografi lebih menekankan pada pengamatan terhadap garis kontur untuk menafsirkan medan atau konfigurasi relief dan kelerengan suatu daerah. Beberapa konfigurasi lereng dapat terlihat melalui interpretasi ekspresi topografi, seperti lereng datar, landai, agak miring, miring, terjal, dan amat terjal. Data topografi penting karena terdapat keterkaitan terhadap proses gerak massa ataupun longsorlahan yang bekerja pada sebidang lahan dengan kelerengan tertentu Suharjo, 1996. Data peta topografi dapat memberikan informasi tentang relief atau kelerengan dari garis konturnya. Melalui ekspresi topografi, peneliti melakukan interpretasi terhadap pola dan bentuk garis kontur untuk dilakukan identifikasi longsorlahan. Peta topografi menyediakan atau memberikan informasi tentang komponen lereng. Komponen lereng yang digunakan untuk mengidentifikasi longsorlahan adalah kemiringan, panjang, bentuk, dan ketinggian Cooke and Doornkamp, 1994; Suprapto, 1998; Van Zuidam, 1979; Dackombe and Gardiner, 1983. Peta topografi juga menunjukkan adanya kekerasan batuan, struktur, dan proses yang mungkin terjadi pada daerah di peta tersebut Noor, 2006. Unsur terpenting dari interpretasi peta topografi untuk identifikasi longsorlahan adalah memperhatikan bentuk dan pola kontur. B entuk kontur “u”, atau bentuk “v”, bentuk “o” dan bentuk “n” menunjukkan konfigurasi daerah yaitu relief atau kelerengan berupa daerah lembah, perbukitan, atau pegunungan Aamli Kam, 2006; Department of The Army, 2001. Pola kontur rapat dan tidak rapat atau renggangjarang menunjukkan kemiringan, panjang, dan ketinggian daerah. Selain itu pola kontur juga menunjukkan kekerasan batuan. Pola kontur rapat menujukkan batuan keras, dan pola kontur renggangjarang menunjukkan batuan lunak atau lepas. Pola kontur yang menutup atau melingkar diantara pola kontur lainnya menunjukkan puncak bukit dan menunjukkan batuan yang lebih keras dari batuan sekitarnya Noor, 2006. 12 Menurut Rogers 2004 berbagai kombinasi yang digunakan sebagai indikator ekspresi topografi untuk mengidentifikasi tipe atau jenis longsorlahan, sebagai berikut. 1. Divergent contours, kontur dimana terdapat kurva lereng atas dan kurva lereng bawah kontur berbentuk “n” dan kontur berbentuk “u” yang menunjukkan anomali atau penyimpangan garis kontur. 2. Crenulated contours, kontur yang menunjukkan pola gelombang atau lekukan pada kurva lereng atas maupun kurva lereng bawah. 3. Arcuate headscarp evacuation areas, kontur berbentuk kurva lengkung pada batas bukit dari longsorlahan yang dibentuk karena terjadi penghilangan atau perpindahan material longsoran ke lereng bawah. 4. Isolated topographic benches, kontur dengan kurva lengkung atas bentuk kontur “n” yang menunjukkan rotasiputaran bidang luncur slump pada permukaan lereng atas. 5. Extended topographic ridges or isolated topographic knobs, kontur yang menunjukkan terjadi gerakan perpindahan geser yang menarik massa material punggung bukit ke lereng bawah. 6. Sudden up- or down-slope turns in hillside contours, kontur dimana lereng bukit bergerak turun. Sering disebabkan oleh gerakan lereng bawah dari bagian yang terisolasi atau terjadi pemisahan dari lereng bukit. 7. Stepped topography, kontur yang menunjukkan penurunan lereng retrogressive slump atau sebaran lateral lereng lateral spreading dengan periode yang berulang. 8. Fan profiles, kontur yang berbentuk kipas, seperti kenampakan geomorfologi berupa kipas aluvial, yang kemungkinan besar adalah endapan cuping depositional lobes dapat berupa aliran runtuhan debris flows , aliran tanah earth flows , atau sebaran lateral lateral spreads . Pemetaan longsorlahan dilakukan dengan metode interpretasi ekspresi topografi secara visual yang dipertajam menggunakan metode visualisasi topografi 3D dengan membangun data topografi garis kontur menjadi bentuk TIN serta didasari local knowledge yaitu pengetahuanpemahaman terhadap 13 longsorlahan. Konfigurasi permukaan lerengkelerengan seperti punggung bukit, pelana, cekungan, tebing dan lembah aliran sungai dapat direpresentasikan secara akurat Zeiler, 1999, sehingga upaya pengidentifikasian longsorlahan diperjelas dengan menggunakan TIN. Gambar 1.7 Anomali topografi digunakan dalam identifikasi longsor Rogers, 2004 Gambar 1.8 Anomali topografi terkait dengan landsliding. Gambar menunjukkan slide translasi translational slide yang besar dengan earth flows yang lebih kecil dan slumps pada massa longsor slide mass Rogers, 2004 14

1.5.3. Longsorlahan