19 Gambar 1.10 Jenis-jenis peregerakan longsorlahan Varnes, 1978 dalam USGS, 2004
1.5.4. Penelitian Sebelumnya
Rogers and Doyle 2004 melakukan penelitian dengan tujuan utama adalah untuk menguji validitas tata topografi
topographic protocols
dalam mengidentifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di zona seismik
New Madrid, Missouri dan Arkansas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada identifikasi awal daerah yang terduga terjadi longsoran
menggunakan protokol topografi berdasarkan ekspresi topografi, pemeriksaan foto udara, survei lapangan dan penampang geofisik. Pemetaan menggunakan
kunci drainase
dan topografi
untuk mengenali
karakteristik situs
anomalipenyimpangan khas dari garis kontur terhadap berbagai bentuk longsorlahan, diantaranya
lateral spreads
,
slump-earthflows
,
translational block
20
slides
,
shallow retrogressive slump complexes
, and
theater-head slump-flow complexes
. Foto udara digunakan sebagai informasi kajian terhadap batuan dasar, struktur batuan, dan pemetaan tingkat kejadian longsorlahan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa peta topografi dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk pemetaan bahaya longsorlahan. Bentuk yang paling umum dari ekspresi topografi
yaitu: kontur divergen
divergent contours
, lekukan kurva kontur
crenulated contours
, bentuk kurva lengkung pada batas bukit
arcuate headscarp evacuation areas
, bentuk kontur “n” yang terisolasi
isolated topographic benches
, punggung bukit yang terisolasi
extended topographic ridges or isolated topographic knobs
, lereng bukit bergerak turun
sudden up- or down-slope turn in hillside contours
, pergeseranperpindahan pola
stepped topography
, dan profil kipas
fan profiles
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa longsorlahan yang telah dipetakan
terjadi akibat pengaruh guncangan tanah yang intensif terkait dengan peristiwa gempa bumi tahun 1811
– 1812 di New Madrid. Sebanyak 254 terjadi longsorlahan di LaGrange, pulau Stubbs, Helena, antara lain: 98 jenis
longsorlahan
slumps
atau
retrogressive slump complexes
; 66
block slide
; 52
earth flows
; 20
theater-head erosion complexes
; dan teridentifikasi 18
lateral spreads
. Angka yang tinggi ditunjukkan pada jenis longsorlahan slumps yang
dimungkinkan oleh faktor karakteristik material yang homogen pada Crowley’s Ridge. Jenis
rotational slumps
juga menunjukkan bentuk material yang homogen. Longsoran paling tinggi terjadi pada Villey Ridge yang ditunjukkan dengan
kebenarankenyataan bahwa di lokasi tersebut jauh lebih dekat terhadap episenter gempa tahun 1811
– 1812 serta di lokasi tersebut pernah terjadi guncangan tanah yang kerasbesar.
Fernandes et al 2004 melakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan kerawananbahaya longsorlahan serta untuk mengetahui indeks
potensi longsorlahan menggunakan kontrol topografi dengan pemodelan spasial dan pembuktian lapangan dengan lokasi kajian di daerah cekunganlembah sungai
wilayah Quitite dan Papagaio di Meksiko, daerah aliran di sisi Barat pegunungan tinggi Tijuca
The Tijuca Massif
dengan luas wilayah sekitar 2,13 - 2,22 km
2
dan
21
wilayah tersebut hampir sebanyak 100 kejadian longsorlahan telah dipetakan tahun 1996. Metode yang digunakan adalah pemetaan kejadian longsorlahan dan
pemetaan lapangan menggunakan DEM
digital elevation model
, menyelidiki karakteristik topografi lereng, bentuk lereng perbukitan, pertambahan area akibat
kejadian longsorlahan sebelumnya, dan arah hadap lereng, serta menggunakan datapeta vegetasi yang dioverlay dengan peta bekaskejadian longsorlahan
sebelumnya. Kajian kerentanan longsorlahan menggunakan model SHALSTAB model matematis deterministik untuk menentukan kerentanan relatif terhadap
longsorlahan serta kondiktivitas hidrolik tanah yang memiliki peranan penting terhadap longsorlahan terutama pada daerah perbukitan tropis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan indeks potensi longsorlahan pada empat karakteristik topografi yang dikaji lereng,
bentuk lereng berbukit, pertambahan area, dan arah hadap lereng membuktikanmemperlihatkan bahwa lereng dengan sudutkemiringan antara
18,6º - 37,0º berfrekuensi besar terjadi longsorlahan di daerah cekunganlembah sungai wilayah Quitite dan Papagaio. Indeks potensi longsorlahan juga
bertambahmeningkat ketika kemiringan lereng pada batas kemiringan 37,1º - 55,5º. Bentuk lereng berbukit menunjukkan peran utama dalam kontrol distribusi
longsorlahan di kedua lembah sungai tersebut. Meskipun bentuk lereng cembung adalah berfrekuensi besar, indeks potensi lahan pada bentuk lereng cekung tiga
kali lebih besar daripada bentuk lereng selain cekung. Lokasi topografi dengan pertambahan area yang tinggi, meskipun memiliki frekuensi yang rendah di
cekunganlembah sungainya 1 – 4 tetapi menunjukkan nilai indeks potensi
lahan tertinggi karena faktor kejadian longsorlahan sebelumnya. Arah hadap lereng menunjukkan peninggalan yang kuat dari struktur batuan, sekitar 70
lereng bukit di daerah cekunganlembah sungai Quitite dan Papagaio menghadap ke arah Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Nampak jelas bahwa pada lembah
sungainya, struktur batuan yang bekerja memiliki peranan yang sangat penting dalam pengendaliankontrol arah hadap lereng. Hasil model SHALSTAB
menunjukkan nilai perbandingan lokasi tidak stabil lereng dengan lokasi aktual
22
longsorlahan pada lembah sungai tersebut, dimana dipicu oleh badai hujan hebatbesar pada Februari 1996.
Kuswaji 2012 melakukan penelitian bertujuan: mengetahui karakteristik bentuklahan kejadian longsorlahan di pegunungan Kulonprogo, menganalisis
secara komprehensif antara bentuklahan dan tanah dengan kejadian longsorlahan di pegunungan Kulonprogo, menyusun tipologi pedogeomorfik wilayah rawan
longsorlahan di pegunungan Kulonprogo berdasarkan karakteristik bentuklahan dan tanahnya. Metode yang digunakan adalah metode survei, perolehan data
secara sampling dengan analisis gabungan kualitatif dan kuantitatif. Kejadian longsorlahan yag ada dikaji secara geomorfik dan pedologis untuk mengetahui
tipologi pedogeomorfik kejadian longsorlahan mendatang. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposif
purposive sampling
. Variabel yang diamati, diukur, dan dikaji meliputi variabel geomorfik bentuklahan, variabel
antropogenik, dan variabel pedologis perkembangan tanah yang menjadi faktor kejadian longsorlahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik bentuklahan pada kejadian longsorlahan di Pegunungan Kulonprogo dikelompokkan menjadi enam
kelompok, yaitu Perbukitan Denudasional, Lereng Atas Perbukitan Denudasional, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional, Perbukitan Struktural, Lereng Atas
Perbukitan Struktural, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural. Tingkat perkembangan tanah awal
initial
, sedang
juvenile
, dan lanjut
venile
dikelompokkan menjadi tiga jenis tanah
great group soil
: Troportents, Eutropepts, dan Hapludalfs. Tingkat kerawanan longsorlahan dikelompokkan
menjadi tiga: rendah, sedang, tinggi. Tipologi pedogeomorfik kejadian longsorlahan dikelompokkan menjadi tujuh: Perbukitan Denudasional Troporhent
dengan tingkat kerawanan longsorlahan sedang, Perbukitan Denudasional Hapludalf dengan tingkat kerawan longsorlahan sedang, Lereng Atas Perbukitan
Denudasional Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan tinggi, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional Troportent dengan tingkat kerawanan longsorlahan
rendah, Perbukitan Struktural Troportent dengan tingkat kerawanan longsor sedang, Lereng Atas Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan
23
longsorlahan tinggi, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan ringan. Perbandingan penelitian sebelumnya
dapat dilihat pada Tabel 1.4.
1.6. Kerangka Penelitian