Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Penelitian

5 longsorlahan. Lereng berbentuk cekung diperkirakan rawan terjadi longsorlahan karena air hujan mudah untuk jatuhmasuk ke dalam tanah dengan bidang cekung, yang lebih cepat mengalami jenuh air dan menimbulkan gerakan geser di sekitar sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah. Gerakan geser pada lereng cekung dapat tergolong jenis longsoran rotasi rotational slide atau slump karena dicirikan dengan permukaan pecah dengan bidang cekung melengkung ke atas Varnes, 1978 dalam USGS, 2004. Lereng curam dapat diperkirakan rawan terjadi debris flow karena aliran air permukaan yang kuat oleh curah hujan tinggi yang dapat mengikis dan memindahkan material tanah yang gembur atau batuan dengan cepat karena bidang kecuraman lereng Varnes, 1978 dalam USGS, 2004. Bentuk lereng curamterjal juga dapat menunjukkan terjadinya longsorlahan jatuhan, seperti tebing oleh adanya gravitasi, pelapukan dapat melepaskan gerakan material massa tanah dan batubatuan. Atas dasar karakteristik atau konfigurasi lereng yang dicerminkan oleh garis kontur sebagai pendekatan kajian longsorlahan, maka dituangkan penulisan berjudul: Analisis Ekspresi Topografi untuk Pemetaan Longsorlahan di Wilayah Kabupaten Kulonprogo.

1.2. Perumusan Masalah

Pemetaan longsorlahan dapat dilakukan menggunakan ekspresi topografi. Ekspresi topografi merupakan kesan kenampakan permukaan bumi berupa konfigurasi relief dan kelerengan melalui pola dan bentuk kontur pada peta topografi. Interpretasi digunakan sebagai metode dalam pemetaan longsorlahan dan digunakan metode visualisasi topografi 3D melalui TIN. Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan berikut. 1. Bagaimanakah identifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di daerah penelitian? 2. Bagaimanakah pemetaan longsorlahan melalui pendekatan interpretasi ekspresi topografi di daerah penelitian? 6 3. Bagaimanakah pemetaan longsorlahan melalui pendekatan interpretasi ekspresi topografi dipertajam dengan visualisasi topografi 3D dan pengetahuan kebencanaan lokal? 4. Bagaimanakah akurasi hasil pemetaan berdasarkan kedua metode tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengidentifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di daerah penelitian; 2. memetakan longsorlahan dengan interpretasi ekspresi topografi di daerah penelitian; 3. memetakan longsorlahan dengan visualisasi topografi 3D dan pengetahuan kebencanaan lokal; dan 4. menguji tingkat ketelitian hasil pemetaan dengan membandingkan kesesuaian secara keseluruhan melalui survei lapangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat ilmiah dan praktis, yaitu: 1. penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang keilmuan dan tambahan pustaka khususnya mengenai pemetaan longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi dari peta topografi; 2. membuat peta atau memetakan longsorlahan melalui interpretasi peta topografi ekspresi topografi sebagai bahan monitoring longsorlahan saat ini dan masa mendatang guna berkontribusi dalam manajemen bencana.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1.5.1. Peta Topografi

Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut yang diekspresikan melalui garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian yang sama Noor, 2011. Konfigurasi relief berupa bukit hill , lembah valley , punggung bukit ridge , 7 pelana saddle , cekungan depression , alur sungai draw , taji spur , tebing cliff , bahkan pemotongan dan pengisian daerah cut and fill dapat ditafsirkan melalui interpretasi garis kontur Department of The Army, 2001. Bukit pada garis kontur dicirikan dengan bentuk lingkaran konsentris. Bagian dalam lingkaran tertutup terkecil menunjukkan puncak bukit. Lembah dicirikan dengan garis ko ntur berbentuk “u” atau berbentuk “v”. Ujung tertutup dari bentuk kontur tersebut menunjukkan hulu atau daerah tinggi. Punggung bukit dicirikan dengan garis kontur berbentuk “u” atau berbentuk “v” yang lebar dengan pola yang seragam atau teratur. Pelana merupakan dataran tinggi diantara dua bukit yang dicirikan oleh adanya dua garis kontur yang berbentuk membulat atau lingkaran konsentris. Cekungan dicirikan oleh garis kontur tertutup yang memiliki tanda centang menghadap ke arah bawah tempat yang rendah. Alur sungai dicirikan dengan garis kontur berbentuk “n” menghadap ke atas atau menunjuk ke daerah tinggi dan tampak seperti jari yang panjang atau ranting karena berjumlah lebih dari satu. Taji dicirikan dengan garis kontur yang hampir sama dengan punggun g bukit, berbentuk “u” atau berbentuk “v” dengan pola seragam dan teratur. Tebing dicirikan oleh garis kontur dimana beberapa garis kontur tampak menjadi satu garis atau saling menyentuh dan berdekatan garis kontur satu dengan kontur lain. Pada cut and fill , pemotongan adalah daerah tinggi seperti punggung bukit yang dipotong oleh jalan seperti jalan kereta api, dicirikan dengan tanda centang di sepanjang alur garis kontur. Pengisian adalah daerah rendah yang dilalui oleh jalan, dimana daerah yang lebih rendah dari jalan diisi dengan material tanah atau batuan agar sejajar dengan permukaan jalan, dicirikan dengan tanda centang pada alur garis kontur menghadap ke luar Department of The Army, 2001. Konfigurasi relief dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut. 8 Gambar 1.2 Konfigurasi relief pada peta topografi Department of The Army, 2001 Selain relief, garis kontur dapat menunjukkan jenis atau bentuk lereng, yaitu lereng landai seragam gentle , lereng curam steep , lereng cembung convex , dan lereng cekung concave Aamli Kam, 2006; Department of The Army, 2001 . Lereng landai dicirikan dengan garis kontur berbentuk “u” yang seragam dan tampak lembut serta pola kontur yang tidak rapat sedang. Lereng curam dicirikan oleh garis kontur yang sangat rapat. Lereng cembung dicirikan dengan pola yang sangat rapat pada kaki lereng, dan pada atas lereng memiliki pola renggang. Sebaliknya pada lereng cekung sangat rapat garis konturnya pada atas lereng dan lebih renggang pada kaki lereng atau lereng bawah Department of The Army, 2001. Pola dan bentuk garis kontur pada topografi yang mencerminkan konfigurasi relief dan lereng menunjukkan kesan kenampakan permukaan bumi yang merupakan ekspresi topografi. 1. BUKIT 4. PELANA 7. TAJI 10. PENGISIAN 2. LEMBAH 5. CEKUNGAN 8. TEBING 3. PUNGGUNG BUKIT 6. ALUR SUNGAI 9. PEMOTONGAN 9 . Gambar 1.3 Lereng cembung dan lereng cekung Aamli Kam, 2006 Gambar 1.4 Lereng landai dan lereng curam Aamli Kam, 2006 10 Gambar 1.5 Bentuk lembah “v” dan bentuk lembah “u” Aamli Kam, 2006 Gambar 1.6 Bukit dan jurang Aamli Kam, 2006 11

1.5.2. Interpretasi Peta Topografi

Interpretasi peta merupakan kegiatan melihat dan mengamati sebuah peta dan mencari penjelasan terhadap pola dari objek tersebut Muehrcke, 1978. Interpretasi peta topografi lebih menekankan pada pengamatan terhadap garis kontur untuk menafsirkan medan atau konfigurasi relief dan kelerengan suatu daerah. Beberapa konfigurasi lereng dapat terlihat melalui interpretasi ekspresi topografi, seperti lereng datar, landai, agak miring, miring, terjal, dan amat terjal. Data topografi penting karena terdapat keterkaitan terhadap proses gerak massa ataupun longsorlahan yang bekerja pada sebidang lahan dengan kelerengan tertentu Suharjo, 1996. Data peta topografi dapat memberikan informasi tentang relief atau kelerengan dari garis konturnya. Melalui ekspresi topografi, peneliti melakukan interpretasi terhadap pola dan bentuk garis kontur untuk dilakukan identifikasi longsorlahan. Peta topografi menyediakan atau memberikan informasi tentang komponen lereng. Komponen lereng yang digunakan untuk mengidentifikasi longsorlahan adalah kemiringan, panjang, bentuk, dan ketinggian Cooke and Doornkamp, 1994; Suprapto, 1998; Van Zuidam, 1979; Dackombe and Gardiner, 1983. Peta topografi juga menunjukkan adanya kekerasan batuan, struktur, dan proses yang mungkin terjadi pada daerah di peta tersebut Noor, 2006. Unsur terpenting dari interpretasi peta topografi untuk identifikasi longsorlahan adalah memperhatikan bentuk dan pola kontur. B entuk kontur “u”, atau bentuk “v”, bentuk “o” dan bentuk “n” menunjukkan konfigurasi daerah yaitu relief atau kelerengan berupa daerah lembah, perbukitan, atau pegunungan Aamli Kam, 2006; Department of The Army, 2001. Pola kontur rapat dan tidak rapat atau renggangjarang menunjukkan kemiringan, panjang, dan ketinggian daerah. Selain itu pola kontur juga menunjukkan kekerasan batuan. Pola kontur rapat menujukkan batuan keras, dan pola kontur renggangjarang menunjukkan batuan lunak atau lepas. Pola kontur yang menutup atau melingkar diantara pola kontur lainnya menunjukkan puncak bukit dan menunjukkan batuan yang lebih keras dari batuan sekitarnya Noor, 2006. 12 Menurut Rogers 2004 berbagai kombinasi yang digunakan sebagai indikator ekspresi topografi untuk mengidentifikasi tipe atau jenis longsorlahan, sebagai berikut. 1. Divergent contours, kontur dimana terdapat kurva lereng atas dan kurva lereng bawah kontur berbentuk “n” dan kontur berbentuk “u” yang menunjukkan anomali atau penyimpangan garis kontur. 2. Crenulated contours, kontur yang menunjukkan pola gelombang atau lekukan pada kurva lereng atas maupun kurva lereng bawah. 3. Arcuate headscarp evacuation areas, kontur berbentuk kurva lengkung pada batas bukit dari longsorlahan yang dibentuk karena terjadi penghilangan atau perpindahan material longsoran ke lereng bawah. 4. Isolated topographic benches, kontur dengan kurva lengkung atas bentuk kontur “n” yang menunjukkan rotasiputaran bidang luncur slump pada permukaan lereng atas. 5. Extended topographic ridges or isolated topographic knobs, kontur yang menunjukkan terjadi gerakan perpindahan geser yang menarik massa material punggung bukit ke lereng bawah. 6. Sudden up- or down-slope turns in hillside contours, kontur dimana lereng bukit bergerak turun. Sering disebabkan oleh gerakan lereng bawah dari bagian yang terisolasi atau terjadi pemisahan dari lereng bukit. 7. Stepped topography, kontur yang menunjukkan penurunan lereng retrogressive slump atau sebaran lateral lereng lateral spreading dengan periode yang berulang. 8. Fan profiles, kontur yang berbentuk kipas, seperti kenampakan geomorfologi berupa kipas aluvial, yang kemungkinan besar adalah endapan cuping depositional lobes dapat berupa aliran runtuhan debris flows , aliran tanah earth flows , atau sebaran lateral lateral spreads . Pemetaan longsorlahan dilakukan dengan metode interpretasi ekspresi topografi secara visual yang dipertajam menggunakan metode visualisasi topografi 3D dengan membangun data topografi garis kontur menjadi bentuk TIN serta didasari local knowledge yaitu pengetahuanpemahaman terhadap 13 longsorlahan. Konfigurasi permukaan lerengkelerengan seperti punggung bukit, pelana, cekungan, tebing dan lembah aliran sungai dapat direpresentasikan secara akurat Zeiler, 1999, sehingga upaya pengidentifikasian longsorlahan diperjelas dengan menggunakan TIN. Gambar 1.7 Anomali topografi digunakan dalam identifikasi longsor Rogers, 2004 Gambar 1.8 Anomali topografi terkait dengan landsliding. Gambar menunjukkan slide translasi translational slide yang besar dengan earth flows yang lebih kecil dan slumps pada massa longsor slide mass Rogers, 2004 14

1.5.3. Longsorlahan

Landslide Longsorlahan mendeskripsikan berbagai proses yang menghasilkan pergerakan ke luar dan ke bawah terlepas dari material pembentuk lereng berupa batuan, tanah, atau kombinasinya. Material dapat bergerak dengan jatuhan, robohan, longsoran, sebaran, atau aliran Varnes, 1978 dalam USGS, 2004. Gambar 1.9 berikut menunjukkan ilustrasi grafis dari longsorlahan, disertai penjelasan istilah dari kenampakan longsorlahan. Gambar 1.9 Jenis longsorlahan slump-earth flow , dan penamaan bagian-bagiannya Varnes, 1978 dalam USGS, 2004 Crown merupakan mahkota berupa material yang terletak di bagian tertinggi gawir utama. Crown cracks menunjukkan retakan pada mahkota dari material penyusun lereng seperti kekar. Main scarp merupakan lereng curam utama pada bidang kontak antara material bergerak dengan gawir besar. Head menunjukkan bagian sepanjang batas atas antara material bergerak dengan gawir besar. Minor scarp merupakan lereng curam minor dari material bergerak. Surface of rupture menujukkan rekahan permukaan pada bidang longsor. Main body merupakan tubuh utama pelongsoran. Toe of surface of rupture adalah bagian kaki yang mengalami rekahan permukaan pada bidang peluncuran. Surface of separation merupakan pemisahan permukaan berupa garis perpotongan antara bagian terbawah bidang longsor dengan permukaan lereng. Foot menunjukkan 15 material longsor pada permukaan lereng. Transverse cracks merupakan retakan melintang dari material longsor. Transverse ridge berupa punggungan melintang dari material longsor. Radial cracks merupakan susunan jari-jari yang melingkar dari material longsor, dan toe menujukkan jari-jari kaki dari material longsor sejauh material tersebut bergerak. Berbagai jenis longsorlahan dapat dibedakan oleh jenis material yang terlibat dan mekanisme pergerakan. Sistem klasifikasi pergerakan berdasarkan parameter jenis material ditunjukkan Tabel 1.3 berikut. Jenis Pergerakan Jenis Material Batuan dasar Teknika Tanah Berbukit kasar Berbutir halus Jatuhan Jatuhan batu Jatuhan bahan rombakan Jatuhan tanah Robohan Robohan batu Robohan bahan rombakan Robohan tanah Longsoran Rotasi Nendatan batu Nendatan bahan rombakan Nendatan tanah Translasi Longsoran blok batu Longsoran blok bahan rombahan Longsoran blok tanah Longsoran batu Longsoran bahan rombakan Longsoran tanah Sebaran Lateral Sebaran batu Sebaran bahan rombakan Sebaran tanah Aliran Aliran batu rayapan dalam Aliran bahan rombakan Aliran tanah Majemuk Kompleks Gabungan dua atau lebih jenis pergerakan Sumber: Varnes 1978, dalam USGS 2004 Meskipun longsorlahan sangat terkait pada daerah pegunungan, longsorlahan dapat terjadi di daerah dengan relief rendah. Longsorlahan yang terjadi di daerah relief rendah sebagai wujud aktivitas cut and fill jalan dan penggalian bangunan, aktivitas gerakan sungai, longsorlahan sebaran lateral, runtuhan dari tumpukan limbah tambang khususnya batubara, dan berbagai lereng terkait aktivitas galian tambang dan tambang terbuka. Jenis-jenis longsorlahan paling umum menurut Varnes 1978, dalam USGS, 2004 dijelaskan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 1.10. 16 1. Longsoran Longsoran slides merupakan gerakan penurunan lereng dari tanah atau massa batuan sebagai perlapisan struktur batuan pada permukaan yang terpecah atau zona regangan geser yang kuat. Longsoran dicirikan dengan adanya permukaan geser yang jelas, pergerakan massa pada hubungan antara tanah atau batuan yang mendasarinya. Dua jenis utama dari longsoran, yaitu: longsoran rotasi dan longsoran translasi. Longsoran rotasi rotational slide merupakan longsoran dimana permukaan pecah dengan bidang cekung melengkung ke atas dan gerakan geser berotasi sekitar sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah dan melintang terhadap longsoran Gambar 1.10.A. Longsoran translasi translational slide merupakan massa bergerak geser disepanjang bidang permukaan dengan sedikit rotasi atau mundur miring Gambar 1.10.B. Terdapat longsoran blok block slide merupakan longsoran translasi dimana massa batuan bergerak dengan terdiri dari satu unit atau beberapa unit terkait yang bergerak menuruni lereng sebagai massa relatif koheren Gambar 1.10.C. 2. Jatuhan Jatuhan falls merupakan gerakan pelepasan tanah atau batuan dari permukaan yang curam atau tebing, dimana gerakan perpindahan sedikit atau tidak terjadi yang kemudian material turun melalui udara dengan jatuh, berguling, dan memantul. Jatuhan sangat dipengaruhi gravitasi, pelapukan mekanis, dan tekanan air pori. Jatuhan menunjukkan gerakan mendadak dengan massa berupa material geologi, seperti batu dan batuan besar, yang terlepas dari lereng curam atau tebing Gambar 1.10.D. 3. Robohan Robohan topples merupakan gerakan rotasi maju keluar dari kemiringan massa tanah atau batuan dengan perpindahan massa di sekitar titik atau sumbu bawah pusat gravitasi Gambar 1.10.E. 4. Aliran Aliran flows merupakan gerakan turbulen massa cair yang berat, baik air atau udara sebagai fluida pori misalnya seperti tanah padat basah atau tanah pasir 17 kering. Ada gradasi dari aliran ke longsoran tergantung pada kadar air dan pergerakan. Ada lima kategori dasar jenis longsor aliran flow , antara lain: a. aliran runtuhan debris flow , adalah bentuk gerakan massa yang cepat dimana kombinasi tanah lepas, batuan, bahan organik, udara, dan air mengalami perpaduan material sebagai cairan yang mengalir menuruni lereng Gambar 1.10.F. Aliran runtuhan 50 berupa material halus. Aliran runtuhan umumnya disebabkan oleh aliran air permukaan yang kuat, karena berat curah hujan atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan memindahkan tanah yang gembur atau batuan di lereng curam. Aliran runtuhan umumnya juga memindahkan dari jenis longsorlahan lain yang terjadi pada lereng yang curam, jenuh air, dan sebagian besar terdiri dari lumpur dan material berupa pasir. Sumber daerah aliran runtuhan sering berkaitan dengan selokan yang curam, dan aliran runtuhan biasanya ditandai dengan adanya kipas runtuhan yang menempati pada bibir selokan. Kebakaran yang menggunduli lereng vegetasi mengakibatkan lereng menjadi sangat rentan terhadap aliran runtuhan. b. longsoran runtuhan debris avalanche , adalah gerakan material tanah, batuan atau es yang sangat cepat Gambar 1.10.G. c. aliran tanah earthflow , memiliki karakteristik berbentuk jam pasir Gambar 1.10.H. Material lereng mencair dan bergerak, membentuk mangkuk atau depresi di kepala permukaan lereng. Alirannya memanjang dan biasanya terjadi pada material halus atau tanah liat dan batuan di lereng sedang dan dalam kondisi jenuh air. Namun, juga mungkin pada aliran kering dengan material granular atau berupa butiran-butiran kecil. d. semburanaliran lumpur mudflow , adalah aliran tanah yang terdiri dari material yang cukup basah mengalir cepat dan mengandung setidaknya 50 pasir, debu, dan tanah liat berukuran partikel. Aliran lumpur mudflow dan aliran runtuhan debris flow umumnya disebut sebagai mudslide . e. rayapan creep , adalah gerakan terasa lambat, stabil, turun dari lereng- pembentuk tanah atau batuan. Gerakan disebabkan oleh tekanan yang cukup memotong atau meretakkan material permukaan lereng yang menghasilkan pergeseran deformasi, namun terlalu kecil untuk menghasilkan aktivitas gesernya. 18 Pada umumnya ada tiga jenis longsor rayapan: 1 musiman, dimana gerakan dalam kedalaman tanah dipengaruhi oleh perubahan musim, kelembaban tanah dan suhu tanah; 2 terus menerus, dimana tekanan geser terus menerus melebihi kekuatan material; dan 3 progresif, dimana lereng yang mencapai titik kerusakan sebagai gerakan massa dari jenis longsor lain. Rayapan ditunjukkan dengan adanya batang pohon yang melengkung atau miring, pagar atau dinding penahan bengkok, tiang atau pagar miring, dan ombakan kecil berupa getaran dari tanah atau pegunungan Gambar 1.10.I. 5. Sebaran Lateral Sebaran lateral lateral spreads merupakan gerakan perluasan tanah kohesif atau massa batuan yang terkombinasi dengan turunnya massa yang patah menjadi material lembut yang mendasarinya Gambar 1.10.J. Rekahan permukaan tidak menunjukkan permukaan yang geser secara kuat. Sebaran dapat diakibatkan dari amblesan tanah liquefaction atau aliran dan tekanan dari material lunak. Longsor ini biasanya dipicu oleh tanah yang bergerak cepat, seperti selama gempa bumi, juga karena kegiatan yang ditimbulkan oleh manusia. Ketika material yang koheren, baik batuan dasar atau tanah, bertumpu pada material-material yang lunak, unit atas permukaan terjadi perpecahan material dan meluas, tanah mengalami surut, terjadi translasi, rotasi, dan mengalami hancuran tanah. Sebaran lateral dalam material dengan butiran halus di lereng dangkal biasanya progresif. Longsoran terjadi tiba-tiba di area kecil dan menyebar dengan cepat. Seringkali awal terjadinya adalah kemerosotan, namun dalam beberapa material gerakan terjadi tanpa alasan yang jelas. Kombinasi dari dua atau lebih dari jenis longsoran tersebut dikenal sebagai longsorlahan yang kompleks. 19 Gambar 1.10 Jenis-jenis peregerakan longsorlahan Varnes, 1978 dalam USGS, 2004

1.5.4. Penelitian Sebelumnya

Rogers and Doyle 2004 melakukan penelitian dengan tujuan utama adalah untuk menguji validitas tata topografi topographic protocols dalam mengidentifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di zona seismik New Madrid, Missouri dan Arkansas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada identifikasi awal daerah yang terduga terjadi longsoran menggunakan protokol topografi berdasarkan ekspresi topografi, pemeriksaan foto udara, survei lapangan dan penampang geofisik. Pemetaan menggunakan kunci drainase dan topografi untuk mengenali karakteristik situs anomalipenyimpangan khas dari garis kontur terhadap berbagai bentuk longsorlahan, diantaranya lateral spreads , slump-earthflows , translational block 20 slides , shallow retrogressive slump complexes , and theater-head slump-flow complexes . Foto udara digunakan sebagai informasi kajian terhadap batuan dasar, struktur batuan, dan pemetaan tingkat kejadian longsorlahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa peta topografi dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk pemetaan bahaya longsorlahan. Bentuk yang paling umum dari ekspresi topografi yaitu: kontur divergen divergent contours , lekukan kurva kontur crenulated contours , bentuk kurva lengkung pada batas bukit arcuate headscarp evacuation areas , bentuk kontur “n” yang terisolasi isolated topographic benches , punggung bukit yang terisolasi extended topographic ridges or isolated topographic knobs , lereng bukit bergerak turun sudden up- or down-slope turn in hillside contours , pergeseranperpindahan pola stepped topography , dan profil kipas fan profiles . Hasil penelitian menunjukkan bahwa longsorlahan yang telah dipetakan terjadi akibat pengaruh guncangan tanah yang intensif terkait dengan peristiwa gempa bumi tahun 1811 – 1812 di New Madrid. Sebanyak 254 terjadi longsorlahan di LaGrange, pulau Stubbs, Helena, antara lain: 98 jenis longsorlahan slumps atau retrogressive slump complexes ; 66 block slide ; 52 earth flows ; 20 theater-head erosion complexes ; dan teridentifikasi 18 lateral spreads . Angka yang tinggi ditunjukkan pada jenis longsorlahan slumps yang dimungkinkan oleh faktor karakteristik material yang homogen pada Crowley’s Ridge. Jenis rotational slumps juga menunjukkan bentuk material yang homogen. Longsoran paling tinggi terjadi pada Villey Ridge yang ditunjukkan dengan kebenarankenyataan bahwa di lokasi tersebut jauh lebih dekat terhadap episenter gempa tahun 1811 – 1812 serta di lokasi tersebut pernah terjadi guncangan tanah yang kerasbesar. Fernandes et al 2004 melakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan kerawananbahaya longsorlahan serta untuk mengetahui indeks potensi longsorlahan menggunakan kontrol topografi dengan pemodelan spasial dan pembuktian lapangan dengan lokasi kajian di daerah cekunganlembah sungai wilayah Quitite dan Papagaio di Meksiko, daerah aliran di sisi Barat pegunungan tinggi Tijuca The Tijuca Massif dengan luas wilayah sekitar 2,13 - 2,22 km 2 dan 21 wilayah tersebut hampir sebanyak 100 kejadian longsorlahan telah dipetakan tahun 1996. Metode yang digunakan adalah pemetaan kejadian longsorlahan dan pemetaan lapangan menggunakan DEM digital elevation model , menyelidiki karakteristik topografi lereng, bentuk lereng perbukitan, pertambahan area akibat kejadian longsorlahan sebelumnya, dan arah hadap lereng, serta menggunakan datapeta vegetasi yang dioverlay dengan peta bekaskejadian longsorlahan sebelumnya. Kajian kerentanan longsorlahan menggunakan model SHALSTAB model matematis deterministik untuk menentukan kerentanan relatif terhadap longsorlahan serta kondiktivitas hidrolik tanah yang memiliki peranan penting terhadap longsorlahan terutama pada daerah perbukitan tropis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan indeks potensi longsorlahan pada empat karakteristik topografi yang dikaji lereng, bentuk lereng berbukit, pertambahan area, dan arah hadap lereng membuktikanmemperlihatkan bahwa lereng dengan sudutkemiringan antara 18,6º - 37,0º berfrekuensi besar terjadi longsorlahan di daerah cekunganlembah sungai wilayah Quitite dan Papagaio. Indeks potensi longsorlahan juga bertambahmeningkat ketika kemiringan lereng pada batas kemiringan 37,1º - 55,5º. Bentuk lereng berbukit menunjukkan peran utama dalam kontrol distribusi longsorlahan di kedua lembah sungai tersebut. Meskipun bentuk lereng cembung adalah berfrekuensi besar, indeks potensi lahan pada bentuk lereng cekung tiga kali lebih besar daripada bentuk lereng selain cekung. Lokasi topografi dengan pertambahan area yang tinggi, meskipun memiliki frekuensi yang rendah di cekunganlembah sungainya 1 – 4 tetapi menunjukkan nilai indeks potensi lahan tertinggi karena faktor kejadian longsorlahan sebelumnya. Arah hadap lereng menunjukkan peninggalan yang kuat dari struktur batuan, sekitar 70 lereng bukit di daerah cekunganlembah sungai Quitite dan Papagaio menghadap ke arah Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Nampak jelas bahwa pada lembah sungainya, struktur batuan yang bekerja memiliki peranan yang sangat penting dalam pengendaliankontrol arah hadap lereng. Hasil model SHALSTAB menunjukkan nilai perbandingan lokasi tidak stabil lereng dengan lokasi aktual 22 longsorlahan pada lembah sungai tersebut, dimana dipicu oleh badai hujan hebatbesar pada Februari 1996. Kuswaji 2012 melakukan penelitian bertujuan: mengetahui karakteristik bentuklahan kejadian longsorlahan di pegunungan Kulonprogo, menganalisis secara komprehensif antara bentuklahan dan tanah dengan kejadian longsorlahan di pegunungan Kulonprogo, menyusun tipologi pedogeomorfik wilayah rawan longsorlahan di pegunungan Kulonprogo berdasarkan karakteristik bentuklahan dan tanahnya. Metode yang digunakan adalah metode survei, perolehan data secara sampling dengan analisis gabungan kualitatif dan kuantitatif. Kejadian longsorlahan yag ada dikaji secara geomorfik dan pedologis untuk mengetahui tipologi pedogeomorfik kejadian longsorlahan mendatang. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposif purposive sampling . Variabel yang diamati, diukur, dan dikaji meliputi variabel geomorfik bentuklahan, variabel antropogenik, dan variabel pedologis perkembangan tanah yang menjadi faktor kejadian longsorlahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik bentuklahan pada kejadian longsorlahan di Pegunungan Kulonprogo dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu Perbukitan Denudasional, Lereng Atas Perbukitan Denudasional, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional, Perbukitan Struktural, Lereng Atas Perbukitan Struktural, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural. Tingkat perkembangan tanah awal initial , sedang juvenile , dan lanjut venile dikelompokkan menjadi tiga jenis tanah great group soil : Troportents, Eutropepts, dan Hapludalfs. Tingkat kerawanan longsorlahan dikelompokkan menjadi tiga: rendah, sedang, tinggi. Tipologi pedogeomorfik kejadian longsorlahan dikelompokkan menjadi tujuh: Perbukitan Denudasional Troporhent dengan tingkat kerawanan longsorlahan sedang, Perbukitan Denudasional Hapludalf dengan tingkat kerawan longsorlahan sedang, Lereng Atas Perbukitan Denudasional Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan tinggi, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional Troportent dengan tingkat kerawanan longsorlahan rendah, Perbukitan Struktural Troportent dengan tingkat kerawanan longsor sedang, Lereng Atas Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan 23 longsorlahan tinggi, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan ringan. Perbandingan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.4.

1.6. Kerangka Penelitian

Peta topografi menyajikan unsur alami dan unsur buatan manusia yang merepresentasikan kondisi fisik permukaan bumi. Informasi terpenting dari peta topografi adalah terdapat garis kontur yang menunjukkan konfigurasi relief dan kelerengan daerah. Kesan kenampakan dari lereng kemiringan, panjang, dan bentuk pada garis kontur menunjukkan ekspresi topografi. Ekspresi topografi dapat digunakan untuk pemetaan longsorlahan melalui interpretasi bentuk dan pola garis kontur. Daerah longsorlahan ditunjukkan oleh penyimpangan garis kontur dari bentuk “n” menjadi “u” atau “v” dan sebaliknya. Pada daerah pelongsoran dicirikan oleh bentuk kontur “n” dan rapat menunjukkan lereng yang curam, sedangkan daerah timbunan material pelongsoran ditunjukkan oleh bentuk kontur “u” dan renggang. Pola kontur di daerah longsorlahan juga dapat digunakan untuk memperkirakan panjang dan kemiringan lereng. Daerah rawan longsorlahan biasanya terdapat di daerah perbukitan atau pegunungan yang curam. Daerah yang curam dicirikan oleh garis kontur yang rapat, pola kontur rapat menjadi indikator untuk interpretasi lereng. Lereng atas merupakan titik rawan longsorlahan yang dicirikan oleh bentuk kontur setelah “o” di bawah puncak bukit di bawah garis kontur “o”. Lereng kaki yang berbentuk cekung juga merupakan titik rawan longsorlahan yang dicirikan oleh bentuk kontur “n” atau bentuk “u” terbalik dengan posisi ketinggian dari atas ditunjukkan melalui interval kontur Ci, juga dengan pola garis kontur pada kaki lereng cekung lebih renggang dan semakin ke atas garis kontur semakin rapat. 24 Tabel 1.4 Perbandingan Penelitian Peneliti dan Penelitian Sebelumnya Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Rogers and Doyle, 2004 Pemetaan Kemungkinan Longsorlahan dari pengaruh Seismik di bukit Benton dan punggung bukit Crowley, zona 24ctual24 New Madrid, Kansas dan Missouri 1. Menguji validitas tata topografi topographic protocols dalam mengidentifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi di zona seismik New Madrid, Missouri dan Arkansas Survei Longsorlahan yang telah dipetakan terjadi sebanyak 254 terjadi longsorlahan di LaGrange, pulau Stubbs, Helena, antara lain: 98 jenis longsorlahan slumps atau retrogressive slump complexes; 66 block slide; 52 earth flows; 20 theater-head erosion complexes; dan teridentifikasi 18 lateral spreads. Fernandes et al, 2004 Kontrol Topografi terhadap Longsorlahan di wilayah Rio De Janeiro: Pemodelan dan Pembuktian Lapangan 1. Memetakan kerawanan bahaya longsor 2. Mengetahui indeks potensi longsor menggunakan kontrol topografi dengan pemodelan spasial dan pembuktian lapangan dengan lokasi kajian di daerah cekunganlembah sungai wilayah Quitite dan Papagaio di Meksiko Survei Distribusi frekuensi dan indeks potensi longsorlahan pada empat karakteristik topografi yang dikaji lereng, bentuk lereng berbukit, pertambahan area, dan arah hadap lereng membuktikanmemperlihatkan bahwa lereng dengan sudutkemiringan antara 18,6º - 37,0º berfrekuensi besar terjadi longsorlahan di daerah cekunganlembah sungai wilayah Quitite dan Papagaio. Model SHALSTAB menunjukkan nilai perbandingan lokasi tidak stabil lereng dengan lokasi aktual longsorlahan pada lembah sungai tersebut, dimana dipicu oleh badai hujan hebatbesar pada Februari 1996. Kuswaji, 2012 Tipologi Pedogeomorfik Kejadian Longsorlahan di Pegunungan Kulonprogo 2. Mengetahui karakteristik bentuklahan kejadian longsorlahan di daerah penelitian. Survei Karakteristik bentuklahan pada kejadian longsorlahan di Pegunungan Kulonprogo dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu Perbukitan Denudasional, Lereng Atas 25 Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia 3. Menganalisis secara komprehensif antara bentuklahan dan tanah dengan kejadian longsorlahan di daerah penelitian. 4. Menyusun tipologi pedogeomorfik wilayah rawan longsorlahan di daerah penelitian berdasarkan karakteristik bentuklahan dan tanahnya. Perbukitan Denudasional, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional, Perbukitan Struktural, Lereng Atas Perbukitan Struktural, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural. Tingkat perkembangan tanah awal, sedang, dan lanjut dikelompokkan menjadi tiga jenis tanah great group soil : Troportents, Eutropepts, dan Hapludalfs. Tingkat kerawanan longsorlahan dikelompokkan menjadi tiga: rendah, sedang, tinggi. Tipologi pedogeomorfik kejadian longsorlahan dikelompokkan menjadi tujuh: Perbukitan Denudasional Troporhent dengan tingkat kerawanan longsorlahan sedang, Perbukitan Denudasional Hapludalf dengan tingkat kerawan longsorlahan sedang, Lereng Atas Perbukitan Denudasional Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan tinggi, Lereng Kaki Perbukitan Denudasional Troportent dengan tingkat kerawanan longsorlahan rendah, Perbukitan Struktural Troportent dengan tingkat kerawanan longsor sedang, Lereng Atas Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan tinggi, dan Lereng Kaki Perbukitan Struktural Eutropept dengan tingkat kerawanan longsorlahan ringan. 26 Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Al Wahidy, 2012 Ekspresi Topografi untuk Pemetaan Longsorlahan di wilayah Kabupaten Kulonprogo 1. Menyusun kunci identifikasi longsorlahan berdasarkan ekspresi topografi. 2. Memetakan longsorlahan dengan interpretasi ekspresi topografi. 3. Memetakan longsorlahan dengan visualisasi topografi 3D dan pengetahuan kebencanaan lokal. 4. Menguji tingkat ketelitian hasil pemetaan dengan membandingkan kesesuaian secara keseluruhan melalui survei lapangan. Survei Kejadian longsorlahan di lapangan paling banyak ditemukan di Kecamatan Kokap sebanyak 4 titik yaitu di Desa Hargomulyo dengan kemiringan lereng 65, Desa Hargotirto dengan kemiringan lereng 90, dan di Desa Kalirejo dengan kemiringan lereng 65 dan kemiringan lereng 30. Empat titik kejadian longsorlahan tersebut merupakan bukti kebenaran dari analisis ekspresi topografi dan TIN. Jenis longsorlahan dapat diketahui satu tipe longsornya berupa longsorlahan jenis rotational slump di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh, dari ekspresi kontur divergen yang ditunjukkan dengan kunci interpretasi ekspresi topografi yaitu daerah pelongsoran dicirikan oleh bentuk kontur “n” dan rapat, sedangkan daerah timbunan material pelongsoran ditunjukkan oleh bentuk kontur “u” dan renggang. 27 Pemetaan longsorlahan semakin diperjelas atau dipertajam dengan metode visualisasi topografi 3D melalui pemodelan spasial kontur menjadi 3D dalam bentuk TIN Triangulated Irregular Network menggunakan SIG. Longsorlahan dari metode interpretasi maupun metode visualisasi topografi 3D menunjukkan longsorlahan eksisting, yaitu longsorlahan yang sudah terjadi di masa lampau dari kondisi aktual lereng mengalami longsorlahan. Lereng menjadi pendekatan utama sekaligus variabel terhadap kejadian longsorlahan. Konfigurasi lereng dari peta topografi merupakan ekspresi topografi untuk memetakan atau mengetahui bahaya longsorlahan yang dicerminkan melalui garis kontur. Identifikasi longsorlahan menggunakan metode visualisasi topografi 3D melalui pemodelan TIN sangat membantu dalam mengetahui konfigurasi lereng. Bentuk lereng cembung, lereng cekung, lereng landai seragam, bentuk depresi lereng, panjang lereng dan ketinggian lereng dapat diketahui secara jelas yang dapat memudahkan dalam pengidentifikasian.

1.7. Metode Penelitian