Tujuan Penulisan Sebagian besar usahatani di Indonesia merupakan usahatani kecil, antara lain

dalam mencoba, dengan informasi yang terbatas, untuk mencapai tujuan- tujuannya. Sedangkan menurut Bachtiar Rifai, usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal, yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Istilah usahatani lebih tepat digunakan pada pertanian rakyat. Pada pertanian rakyat dengan sifat rumah tangga tertutup, bukan keuntungan yang menjadi tujuan utama, tetapi pemenuhan keluarga yang menjadi tujuan produksi Soharjo dan Patong, 1973. Manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan bantuan manusia dan sumber-sumber daya yang lain. Manajemen dikonsepsikan sebagai daya upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui pemanfaatan yang efektif atas sumberdaya yang tersedia serta dikenal dengan konsep 6 M, yaitu Money uang, markets pasar, material bahan, machinery mesin, methods metode, dan man manusia. Konsep manajemen lainnya adalah manajemen sebagai sederetan fungsi. Fungsi manajemen dilukiskan sebagai 5P, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Dua fungsi lain yang dapat ditambahkan adalah pengkomunikasian dan pemotivasian. Fungsi-fungsi manajemen tersebut dilukiskan sebagai sebuah roda, di mana 5P merupakan jari-jari yang menghubungkan manajer dengan tujuan dan hasil yang dicari. Roda menggambarkan perlunya memandang manajemen sebagai satu kesatuan, yang masing-masing fungsinya terikat pada keterkaitan antar fungsi yang selaras dan tumpang tindih satu sama lain, masing-masing fungsi diperlukan sebagaimana jari-jari diperlukan pada sebuah roda. Motivasi sebagai pemutar atau pengatur kecepatan untuk menjalankan fungsi manajemen. Motivasi menimbulkan gerakan sehingga roda dapat bergerak maju atau mundur. Komunikasi sangat penting dalam roda manajemen, sebab tanpa komunikasi yang baik maka roda manjemen segera mulai goyang dan mendesit. Jika perhatian tidak diberikan cukup cepat maka seluruh roda tampaknya akan pecah Downey dan Steven, 1992. Manajemen usahatani pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam usahatani. Berhasil tidaknya usahatani tergantung pada efektif tidaknya pemanfaatan sumberdaya usahatani oleh manajer. Agar tujuan usahatani dapat dicapai secara efektif dan efisien maka kegiatan usahatani harus diatur dengan baik. Manajemen dalam usahatani berbeda dengan manajemen dalam industri pada umumnya. Dalam usahatani, tidak dapat dibedakan secara jelas antara pekerjaan manajer dengan pekerja lainnya. Mengingat usahatani di Indonesia umumnya usahatani kecil maka manajer melakukan pekerjaan dalam usahatani beserta keluarganya tanpa ada spesialisasi pekerjaan. Hal ini menggambarkan terdapat peran ganda seorang manajer dalam usahatani, yaitu sebagai pemilik, sebagai manajer, sebagai pekerja dalam usahataninya. Dalam sebagian besar usahatani, fungsi manajer yang utama adalah pengambilan keputusan dalam situasi lingkungan yang tidak pasti dan penuh risiko, karena usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Hal ini mengharuskan manajer usahatani meninjau ulang keputusan-keputusannya. Kini paradigma pertanian telah diubah dari peningkatan produksi dan produktivitas menjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteran petani serta mewujudkan usahatani berkelanjutan perlu dilakukan: 1 Pengelolaan tanaman terpadu ICM, 2 Pengelolaan hara terpadu INM; 3 Pengelolaan hama terpadu IPM, dan 4 Pengelolaan air terpadu IMM. Implementasi kegiatan-kegiatan tersebut tetap berpegang pada tiga pilar dalam pembangunan pertanian, yaitu dimensi ekonomi, dimensi, sosial, dan dimensi lingkungan.

3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980-an. Konsep ini sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup. Konsep pertama dirumuskan dalam Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia Mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu “Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mewujudkan kebutuhan mereka”. Pembangunan berkelanjutan termasuk pertanian berkelanjutan yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial. Artinya keberlanjutan usaha ekonomi profit, keberlanjutan kehidupan sosial manusia people, dan keberlanjutan ekologi alam planet, atau pilar Triple-P seperti pada Gambar 1 Munasinghe,1993. Gambar 1. Triple P Pembangunan Berkelanjutan Munasinghe, 1993 Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi ini ialah tingkat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah termasuk laba, serta stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi material manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis termasuk tercegahnya konflik sosial, preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator- indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Hal ini meliputi terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis sumberdaya genetik, sumberdaya tanah, air dan agroklimat, kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur resilience dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial-budaya maupun kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit misalnya terjadinya konflik sosial dan prevalensi kemiskinan akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumberdaya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan misalnya kelangkaan tanah dan air dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial. Visi pembangunan pertanian berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan sustainable agriculture menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global, termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistem pertanian menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia. Keberhasilan pembanguan pertanian terletak pada keberlanjutan pembangunan pertanian itu sendiri, yaitu terwujudnya sistem pertanian berdaya