pemikiran ketika mempertimbangkan hal-hal yang berbahaya dalam melakukan usahatani.
2. Risiko Harga
Risiko harga berawal dari semua faktor yang mendorong ke arah pergeseran yang tak dapat diramalkan dalam permintaan dan persediaan input dan
output. Walaupun pergeseran permintaan dirancang melalui promosi produk untuk kepentingan produsen, pada umumnya sangat sulit untuk meramalkan dengan
ketepatan berapa besar suatu pergeseran akan terjadi. Contoh yang lain, yaitu sumber risiko harga adalah ketika suatu teknologi
digunakan untuk meningkatkan produk kemudian tercapai peningkatan produksi dan menyebabkan persediaan produk melimpah. Hal ini biasanya mengakibatkan
harga produk turun.
3. Risiko kelembagaan
Tindakan pemerintah dapat juga mempengaruhi risiko harga. Sebagai contoh, perjanjian dagang, fiskal dan tindakan keuangan, tarif, jatah impor, dan
lain-lain dapat mempunyai efek tidak langsung pada harga jual yang diterima petani dan harga beli yang harus dibayar petani.
Di samping itu ada format risiko kelembagaan yang lain, yaitu undang- undang tentang kewajiban pada petani bisa berubah dan tak dapat diramalkan.
Sebagai contoh, peraturan pengendalian polusi mempunyai efek substansil pada kelangsungan hidup unit intensifikasi ternak secara ekonomis.
4. Risiko keuangan
Risiko keuangan bersumber sebagian besar dari ketidakpastian penerimaan petani. Hal ini berhubungan erat dengan kewajiban keuangan bagi petani yang
meminjam uang. Risiko ini adalah berkaitan dengan tingkat bunga tidak-pasti dan ketersediaan pinjaman tidak-pasti. Karena itu, petani harus meningkatkan
ketrampilannya dalam mengelola keuangan sehingga dapat menekan risiko keuangan berdasarkan pengalaman deregulasi yang pernah dialami Indonesia.
8.4 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dua pendekatan dasar, yaitu 1 Pengendalian risiko risk control dan 2 Pembiayaanpembelanjaan risiko
risk financing. Pembiayaan risiko terhadap proses produksi pertanian belum dapat dilakukan karena hingga saat ini perusahaan asuransi masih sulit dalam
menghitung kemungkinan kerugian yang akan dialami usahatani di Indonesia. Pengendalian risiko yang dapat dilakukan oleh petani antara lain 1
diversifikasi horizontal, vertikal, maupun regional, 2 Pengadaan kontrak di muka forward contracting. Pengadaan kontrak di muka adalah proses
pembuatan persetujuan antara penjual dengan pembeli dengan tujuan untuk meniadakan risiko fluktuasi harga, baik bagi produsen maupun pembeli.
8.5 Metode Penanganan Risiko dan Ketidakpastian
Semakin besar variasi penerimaan yang mungkin diperoleh, semakin tinggi risiko yang mungkin terjadi. Sebaliknya, semakin rendah variasi
penerimaan yang mungkin diperoleh, maka semakin rendah pula risiko yang mungkin terjadi. Risiko dalam usul investasi dapat diukur dengan pendekatan
kuantitatif sebagai berikut. 1. Analisis statistik, dengan menghitung standar deviasi dari distribusi
probabilitas cash flow. 2. Analisis sensitivitas, yaitu teknik untuk menilai dampak berbagai perubahan
dalam masing-masing variabel terhadap hasil yang mungkin terjadi, misalnya akibat perubahan market size, market share, dan sebagainya.
Metode lain untuk mengambil keputusan bisnis dalam keadaan tidak pasti, petani dapat menggunakan alternatif strategi seperti yang dikembangkan oleh
Downey dan Steven 1992, yaitu 1. Wald – strategi maksimal-minimal maksimin,
2. Hurwicz – strategi alfa, 3. Savage – strategi ketidakberuntungan minimal-maksimal minimaks, atau
4. LaPlace atau Bayesian – strategi probabilitas berimbang. Misalnya, petani telah menggariskan tiga kemungkinan perluasan usahatani,
yang disebut tindakan A1, A2, dan A3. Dalam proses perencanaan, pihak manajemen usahatani petani telah menetapkan target laba untuk setiap tindakan
pada keadaan perekonomian yang berbeda. Keadaan perekonomian diperkirakan