Manfaat Pengelolaan Tanaman Terpadu

mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba heterotrof pengguna bahan organik maupun bakteri autotrof, dan bakteri aerob maupun anaerob. Mikroba adalah bioreaktor mesin biologis yang berperanan penting dalam siklus dan tranformasi berbagai senyawaunsur dan menghasilkan berbagai produk. Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang diberikan ke pertanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik buatan. Dibandingkan dengan pupuk anorganik maka pupuk organik memiliki karakteristik: 1 kandungan hara relatif rendah; 2 kelarutannya lambat; 3 kandungan haranya lengkap makro dan mikro; 4 warnanya tidak menentu, dan 5 bersumber dari sisa tanamantumbuhan, hewan, sampah organik rumah tangga, limbah organik pabrik, limbah peternakan, dan tanaman khusus penghasil bahan organik. Strategi pengelolaan lahan dalam sistem pertanian ekologis, antara lain: 1 menjaga keseimbangan input dan output; 2 meningkatkan dan mempertahankan kesuburan fisik tanah secara berkesinambungan melalui pemanfaatan pupuk organikpupuk biologis secara konstan; 3 meningkatkan dan mempertahankan kesuburan biologis serta mempertahankan dominasi mikroba yang menguntungkan dalam tanahrhizosfer, 4 mengoptimalkan manajemen produksi terutama yang berkaitan dengan pergiliran tanaman sehingga daur dan pemanfaatan hara berjalan optimal; 5 mengoptimalkan pemanfaatan berbagai organismemikroba yang berperan dalam penyediaan hara bagi tanaman; 6 mengendalikan organisme pengganggu dan meminimalkan beban pada agroekosistem; 7 mengoptimalkan peranan sumberdaya manusia sebagai dinamisator, aktivator, organisator, dan operator dalam pengelolaan produksilahan. Budidaya tanaman dapat menggunakan input organik yang berasal limbah ternak dan tanaman yang telah mendapat sentuhan teknologi yaitu berupa pupuk dan pestisida organik. Limbah tanaman jerami dengan sentuhan teknologi dijadikan pakan ternak yang berkualitas. Bahan baku yang diproses menjadi input organik berasal dari lingkungan sekitar petani peternak dan dikerjakan oleh petani peternak anggota kelompok tani ternak, maka input organik yang dihasilkan harganya lebih rendah daripada harga di pasaran. Di samping itu masyarakat yang mengkonsumsi produk organik akan lebih sehat dan tenaga kerja di sektor pertanian lebih produktif. Dengan memperhatikan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari sistim pertanian konvensional yang umumnya menggunakan pestisida sintetik, adalah urgent untuk meninjau kembali praktek-praktek budidaya tanaman yang telah dilakukan selama ini. Kaidah-kaidah biologi yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antara produsen, konsumen, dan pengurai harus dijaga keberlangsungannya. Praktek-praktek dalam penyediaan unsur hara dan pengendalian hama, gulma, dan penyakit tanaman yang sinergis dengan kaidah biologi harus digalakkan dan dilibatkan secara proporsional, sehingga lingkungan tetap produktif dan menguntungkan. VI PENGELOLAAN HAMA TERPADU Integrated Pest Management IPM Pengelolaan hama terpadu PHT adalah salah satu komponen kritis dari pertanian berkelanjutan, dan dikenal sebagai pendekatan perlindungan tanaman berdasarkan manajemen agro-ekosistem. Hal tersebut memberikan kontribusi untuk ketahanan pangan dan konservasi sumber daya alam. Hal ini memiliki peran sebagai pendekatan teknis manajemen tanaman, dan sebagai pendekatan kebijakan untuk membangun ketahanan pangan dengan manajemen yang ramah. Namun, perlindungan tanaman di negara berkembang masih didominasi oleh peningkatan ketergantungan pada pestisida. PHT dikembangkan dalam menanggapi implikasi negatif dari penggunaan pestisida kimia yang intensif. Hasil tetap dijaga dalam margin ekonomi yang dapat diterima dengan menciptakan kondisi ekologi yang menekan pengembangan hama. Pengendalian hama terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik, dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan biaya, kesehatan, dan risiko-risiko lingkungan. Konsep pengendalian hama terpadu merupakan koordinasi penggunaan senyawa campuran, yaitu paket budidaya yang merupakan konsep lama tetapi mengandung upaya-upaya pencegahan preventive controls terhadap perkembangan organisme pengganggu, atau penggunaan pestisida pesticide controls secara bijaksana. Pengertian bijaksana mencakup pemilihan jenis-jenis pestisida yang mudah terurai degradable sesuai rekomendasi dan pengaplikasiannya harus tepat waktu dan dosis. Tepat waktu artinya penyemprotan boleh dilaksanakan apabila terlebih dahulu petani sudah melakukan pengamatan dan diketahui bahwa intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman OPT sudah berada di atas ambang ekonomis economic threshold. Reissig et al. 1986 menginformasikan bahwa ambang ekonomi adalah tingkat populasi hama di mana tindakan pengendalian dianjurkan untuk mencegah jumlah hama mencapai tingkat kerugian ekonomi. Upaya introduksi PHT sudah memberikan pengaruh cukup baik terhadap perilaku petani, petani mulai mengerti dan mampu bagaimana cara menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman berdasarkan konsep PHT. Cara-cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan hama terpadu antara lain 1 penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau musuh alami hama, seperti Tricogama sp. Sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman; 2 menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat atraktan, yang menjauhkan hama dari tanaman utama; 3 menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungisida sintetis; 4 melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun. Konsep PHT telah menjadi salah satu slogan-slogan yang paling banyak digunakan dalam pembangunan pertanian dan konservasi lingkungan. Berbagai macam pelaksanaannya membuat PHT diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak yang benar yang dapat diharapkan. Hal ini diperluas untuk mewujudkan alasan penggunaan pestisida dan menekankan perubahan radikal dalam pest control, bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah kerugian yang disebabkan oleh hama. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan kerangka konsep yang menunjukkan hubungan dengan manajemen tanaman, lingkungan, dan kesehatan manusia. Kerangka ini menggambarkan tentang bagaimana untuk menghasilkan tanaman dengan lingkungan yang bersih, dan dengan tidak berpengaruh negatif bagi kesehatan manusia Novianto, 2000. Gambar 3. Kerangka Konsep PHT Novianto, 2000 PHT juga merupakan program pengembangan sumberdaya manusia melalui mendidik petani untuk belajar bagaimana untuk mengatur diri mereka sendiri dan komunitas mereka, untuk mengumpulkan dan menganalisis data, untuk membuat keputusan mereka sendiri, dan untuk menciptakan jaringan kerja yang kuat dengan petani lain dan dengan pekerja ekstensi serta peneliti. Gambar 4 berikut menunjukkan hubungan dengan petani, penelitian, dan pekerja ekstensi, menjelaskan tentang bagaimana konsep IPM bekerja untuk petani yang didukung oleh hubungan research dan extension. Gambar 4. Pengembangan sumber daya manusia di PHT Novianto, 2000 Dalam Gambar 4 dapat dilihat bahwa IPM perlu mendapat dukungan berupa hasil-hasil penelitian yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian atau universitas. Keberhasilan memperluas penelitian untuk petani meningkatkan kepercayaan diri petani dan kemampuan mengambil keputusan. Di samping itu, Manajemen Tanaman Kesehatan manusia IPM Environment IPM Research Extension Farmers tetap memfasilitasi penelitian untuk pengembangan teknologi yang lebih maju. Petani aktif menjadi ahli dalam analisis agro-ekosistem dan dapat mengambil keputusan-keputusan manajemen tanaman dengan baik yang dibentuk berdasarkan pengamatan dan penilaian mereka sendiri. Petani dapat mengontrol penyakit, serangga, gulma dan hama lainnya secara efektif dengan biaya ekonomis dan dapat diterima lingkungan. Dalam kasus ini, petani memperoleh keterampilan dan menciptakan pengetahuan yang menempatkan petani dapat mengendalikan teknologi pertanian. Kontribusi PHT untuk pertanian berkelanjutan, seperti yang digambarkan oleh Gambar 5, berasal dari sudut pandang agro-ekologi, ekonom, dan sosial. Item agro-ekologi yang muncul dari proses dinamis sumber daya alam, tidak mencemari, self-renewing terjadi pembaharuan sendiri dan menguntungkan lingkungan. Hal itu tidak akan menurunkan sumberdaya alam dan meracuni lingkungan yang dapat mengurangi produktivitas pertanian dan akhirnya menghancurkan kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui pembangunan pertanian berkelanjutan, hal tersebut harus mendukung keseimbangan ekologi. Gambar 5. Sebuah Pendekatan IPM Pertanian Berkelanjutan Novianto, 2000 Item sosial berkaitan dengan kelembagaan masyarakat pertanian, sehingga petani mendapat solusi melalui mencoba dan merespon jika ada masalah hama. Hal ini menunjukkan kemampuan untuk belajar, menemukan pilihan baru, dan memilih tanggapan yang baru dan berbeda. Sementara, item ekonomi berasal dari mengurangi ketergantungan pada input pertanian, misalnya pestisida, serta meningkatkan keuntungan dari tanaman. Selain itu, tanaman yang sehat cenderung produktif dan menguntungkan, yang akan berkontribusi pada kelangsungan hidup ekonomi petani. Agro-ecological Principles Sosial Institutionalization Economic Food Security Economic Condition IPM Praktek PHT dalam pertanian berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan pada prinsip agro-ekologi. Pengembangan PHT yang efektif membutuhan dukungan kebijakan dari pemerintah untuk memperkuat pelaksanaannya, baik melalui dukungan anggaran atau peraturan. Peran PHT di sini adalah untuk memberi manfaat besar untuk pengembangan pertanian yang lebih berharga dengan pertimbangan lingkungan. Sistem usahatani konvensionalpertanian rakyat yang masih banyak terdapat di Indonesia telah terbukti pula menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pertanian itu sendiri dan juga lingkungan lainnya. Keberhasilan yang dicapai dalam sistem konvensional ini hanya bersifat sementara, karena lambat laun ternyata tidak dapat dipertahankan akibat rusaknya habitat pertanian itu sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk memperbaiki sistim konvensional ini dengan mengedepankan kaidah-kaidah ekosistem yang berkelanjutan. Berbagai potensi alam dari aspek penyuburan tanah sampai pengendalian hama dan penyakit belum termanfaatkan secara optimal karena tidak giatnya penelitian dan pengembangan dari sisi ini. Udara yang sebagian besar komponennya adalah gas nitrogen dan dapat difiksasi oleh sekelompok mikroba sebagai biofertilizer masih belum termanfaatkan secara optimal. Fenomena interaksi langsung tanaman-mikroba dalam bentuk nodul dan mikoriza juga potensial untuk dikembangkan sebagai aspek penyuburan. Demikian juga bahan organik dari bagian tanaman itu sendiri masih belum termanfaatkan dengan baik dalam sistim budidaya berkelanjutan. Predator, antagonist dan pesaing alami hama, penyakit dan gulma tanamanpun belum terkelola dengan optimal sehingga pencemaran senyawa pestisida masih tinggi yang di satu sisi mengancam kehidupan komponen ekosistem lain yang semestinya berperan dalam daur nutrien bagi tanaman. Tanaman sendiri menghasilkan berbagai senyawa anti hama, penyakit dan gulma namun belum termanfaatkan secara optimal. Dengan optimalisasi dan memadukan potensi alam yang ada kita dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia namun tetap dapat menghasilkan panenan yang tinggi tanpa merusak lingkungan. Tentunya upaya terpadu ini harus dibarengi dengan perubahan sikap dari budaya instan ke budaya kesadaran jangka panjang. Seperti disampaikan oleh Notohadikusumo 2006, keberlanjutan dalam konteks globalisasi menuntut kekukuhan namun sekaligus kelenturan struktur dan perilaku sistem pertanian dalam menghadapi tekanan faktor-faktor eksternal. Dalam konteks demokratisasi, keberlanjutan memerlukan peran serta seluruh pelaku ekonomi dengan kedudukan sederajat dalam membuat keputusan, termasuk petani subsisten. Demokratisasi menyangkut faktor-faktor internal. Demokratisasi mengarah kepada pemandirian para pelaku ekonomi yang berkaitan dengan liberalisme politik. Dalam hal pembangunan pertanian, pertanian rakyat hendaknya dijadikan sasaran inti karena sektor ini akan dapat menjadi piranti perangkai globalisasi dengan demokratisasi ekonomi. Pertanian rakyat yang kuat juga mampu menangkis krisis ekonomi. Agar pertanian rakyat atau usahatani berkelanjutan maka pengeloaan hama harus terpadu, sehingga secara teknis harus dapat diterapkan oleh petani dengan keterampilan terbatas, secara ekonomi menguntungkan, dan tidak merusak lingkungan. VII PENGELOLAAN AIR TERPADU Integtrated Soil Moisture Management IMM Dua indikator penting kerusakan sistem pertanian ialah penurunan mutu tanah dan air, yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas usahatani. Penurunan mutu adalah akibat dari pengelolaan sumberdaya tanah dan air yang buruk. Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air dibutuhkan untuk kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan, pertanian dan peternakan. Apabila air tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan maupun kehancuran bagi makhluk hidup. Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang disebut daur hydrologi Suryani, 1987. Air yang sangat terbatas ini pada umumnya oleh manusia dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri, pembangkit tenaga listrik, pertanian, perikanan, rekreasi. Dalam kegiatan pertanian, misalnya penggunaan pupuk buatan dan pestisida sebenarnya merupakan ancaman yang cukup serius terhadap kualitas badan air. Bahan-bahan yang terkandung dalam pestisida buatan sulit terurai secara alami sehingga akan tetap bertahan di lingkungan dalam jangka waktu yang lama persisten. Seperti diungkapkan oleh Sudirja 2008, konservasi dan perlindungan sumberdaya air menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak di antara kegiatan pertanian yang dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi pupuk anorganik dan pestisida. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air, antara lain: 1 mengurangi tambahan senyawa kimia sisntetis ke dalam lapisan tanah bagian atas top soil yang dapat mencuci hingga muka air tanah water table; 2 menggunakan irigasi tetes drip irrigation; 3 menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air; 4 melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif. Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pada ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan, pengatura, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah tanah, pompa, dan tambak. Untuk mengalirkan air sampai pada areal persawahan diperlukan jaringan irigasi, dan air irigasi diperlukan untuk mengairi persawahan, oleh sebab itu kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Menurut Mawardi dan Memed 2004 irigasi sebagai suatu cara mengambil air dari sumbernya guna keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman. Dalam meningkatkan produktivitas usahatani diperlukan intensifikasi dengan pemanfaatan sumberdaya air guna melestarikan ketahanan pangan, dan meningkatkan pendapatan petani. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air yang dapat dilakukan adalah melalui alokasi air irigasi secara efektif dan efisien Saptana dkk,. 2001. Menurut Dewi dan Rachmat 2003, tingkat efisiensi pengelolaan irigasi diukur dari nilai Pasokan per Area PIA adalah pemberian air irigasi dibagi luas lahan terairi. Pasokan Irigasi Relatif PIR adalah pemberian air irigasi total yang masuk dipersawahan dibagi dengan kebutuhan air irigasi untuk tanaman. Pasokan Air Relatif PAR adalah total pemberian air irigasi ditambah faktor kehilangan air dibagi kebutuhan air tanaman. Tingkat efisiensi diukur dari nilai Indek Luas Area IA yakni luas area terairi dibagi luas rancangan kali seratus persen. Semakin kecil nilai PIA, PIR, dan PAR, menunjukan pengelolaan irigasi semakin efisien, sedangkan semakin besar nilai IA, memperlihatkan pengelolaan irigasi semakin efektif. Efisiensi dan efektivitas pengunaan air irigasi sangat dipengaruhi oleh perilaku para pemangku pengelola irigasi institusi P3A melalui pelayanan 3 tiga tepat: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitasnya yang dibutuhkan tanaman. Secara teknis pemberian air irigasi dan jumlah air yang harus diberikan sangat tergantung pada air yang dibutuhkan tanaman, ketersediaan air irigasi, namun kenyataan di lapangan waktu pemberian air irigasi masih dipengaruhi oleh kondisi fisik saluran irigasi dan faktor perilaku para petugas di lapangan. Sosrodarsono dan Takeda 1999 menyatakan cara pemberian air irigasi bagi tanaman-tanaman dipengaruhi oleh adanya evapotranspirasi yang berasal dari air menjadi uap, dan transpirasi yang berasal dari penguapan pada tanaman. Besarnya evapotranspirasi dipengaruhi oleh meteorologi radiasi matahari dan suhu, kelembaban atmosfir dan angin, serta fisiologi tanaman dan unsur tanah Asdak, 2001. Menurut Hansen dan Stringham 1992, penggunaan air pada tanah diperlukan untuk penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam- tanaman dengan cara menambah air ke dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, mengurangi bahaya pembekuan, mencuci dan mengurangi garam dalam tanah, dan melunakkan gumpalan tanah. Sistim pembagian air irigasi di persawahan yang baik perlu dilengkapi dengan papan operasi jaringan irigasi, pengoperasian pintu, perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. 1 Pemberian air di sawah tiap tanaman perlu disesuaikan dengan kebutuhannya pada setiap tahapan pertumbuhannya, 2 Ketersedian air dari sumbernya perlu dimonitor secara periodik setiap setengah bulanan, 3 Pemantauan dan inventarisasi luas sawah tiap-tiap petak tersier, 4 Pengamatan kehilangan air di sepanjang saluran irigasi, 5 Realisasi jadwal tanam secara konsisten pada Musim Tanam I MT I, Musim Tanam II MT II dan Musim Tanam III MT III, 6 Jenis tanaman, umur dan luas tanaman secara pasti, 7 Kapasitas debit saluran maksimum dan minimum, 8 Ketepatan pengukuran debit pada lokasi alat ukur di saluran dengan menggunakan lengkung debit yang menggambarkan hubungan antara muka air dan debit. VIII PENGELOLAAN RISIKO TERPADU Integrated Risk Management IRM 8.1 Manajemen Risiko pada Usahatani Sifat spesifik produk pertanian mengakibatkan petani sering menghadapi risiko dan ketidakpastian, artinya probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui. Oleh karena itu, risiko bisnis pada usahatani perlu dikelola dengan baik agar petani dapat meminimalkan risiko dan mengantisipasinya untuk meningkatkan efektivitas, produktivitas, dan efisiensi usahatan, atau perlu melakukan manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi Darmawi, 2000.

8.2 Risiko dan Ketidakpastian

Ketidakpastian dari semua sumber membuat sulit seseorang mengambil keputusan yang penuh risiko. Semakin tidak pasti informasi yang tersedia untuk suatu keputusan maka keputusan menjadi semakin penuh risiko, dan semakin sulit untuk membuat pilihan yang benar. Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian chance of loss. Risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak dicapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Risiko investasi mengandung arti bahwa return di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan. Berikut pengertian risiko dari Darmawi 2000: 1 Risiko merupakan penyebaranpenyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan dan 2 Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan. Beberapa definisi risiko lainnya, yaitu 1. Risk is the chance of loss Risiko kans kerugian Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan exposure terhadap suatu kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss Risiko adalah kemungkinan kerugian Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. 3. Risk is uncertainty Risiko adalah ketidakpastian Definisi risiko sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan merupakan versi lain dari definisi risk uncertainty di mana penyimpangan relative merupakan suatu pernyataan uncertainty secara statistik Vaughan dalam Darmawi, 2000. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga atau tidak diinginkan. Karakteristik risiko adalah 1 risiko adalah suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan 2 risiko adalah ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian. “Kondisi yang tidak pasti” timbul karena berbagai sebab, antara lain: 1 jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya; 2 keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan; 3 keterbatasan pengetahuan keterampilan teknik mengambil keputusan; 4 dan sebagainya Darmawi, 2000.

8.3 Sumber Risiko

Telah diketahui bahwa pertanian adalah penuh risiko. Ketika seorang petani memanen tanaman, petani tidak bisa mengetahui dengan pasti penerimaan yang akan diperoleh. Sejumlah hal bisa terjadi, antara lain: penyakit, hama atau rumput liar dapat merusak panen, baik pada musim keringkemarau atau banjirmusim hujan, atau, pada sisi lain, musim mungkin dalam keadaan baikkondusif. Biaya input perlu lebih diantisipasi dan harga output bisa di atas atau di bawah harapan. Risiko yang dihadapi petani dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko bisnis risiko produksi dan risiko harga, risiko keuangan dan risiko kelembagaan. Pembedaan tersebut didasarkan pada perbedaan sumber ketidakpastian yang menciptakan risiko tersebut. Risiko produksi, risiko harga, risiko kelembagaan, dan risiko keuangan yang dihadapi oleh semua petani akan diuraikan lebih detail sebagai berikut.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi berasal dari ketidakpastian tentang tingkat produksi tersebut. Ketidakpastian ini mungkin dihasilkan oleh faktor di luar kendali petani tersebut. Faktor-faktor ini meliputi cuaca, hama, ketiadaan pengalaman, pengetahuan tentang proses produksi untuk digunakan, dan sebagainya. Suatu teknologi baru yang belum dicoba lebih berisiko untuk seorang petani dibandingkan teknologi yang sudah biasa dilakukan. Kadang-kadang teknologi yang baru lebih peka terhadap faktor tak terkendalikan. Risiko produksi mencerminkan ketidakpastian tentang hasil per hektar, tingkat pendapatan, keuntungan dan semua variabel lain yang mempengaruhi jumlah atau mutu phisik produksi. Kategori risiko ini paling sering memerlukan pemikiran ketika mempertimbangkan hal-hal yang berbahaya dalam melakukan usahatani.

2. Risiko Harga

Risiko harga berawal dari semua faktor yang mendorong ke arah pergeseran yang tak dapat diramalkan dalam permintaan dan persediaan input dan output. Walaupun pergeseran permintaan dirancang melalui promosi produk untuk kepentingan produsen, pada umumnya sangat sulit untuk meramalkan dengan ketepatan berapa besar suatu pergeseran akan terjadi. Contoh yang lain, yaitu sumber risiko harga adalah ketika suatu teknologi digunakan untuk meningkatkan produk kemudian tercapai peningkatan produksi dan menyebabkan persediaan produk melimpah. Hal ini biasanya mengakibatkan harga produk turun.

3. Risiko kelembagaan

Tindakan pemerintah dapat juga mempengaruhi risiko harga. Sebagai contoh, perjanjian dagang, fiskal dan tindakan keuangan, tarif, jatah impor, dan lain-lain dapat mempunyai efek tidak langsung pada harga jual yang diterima petani dan harga beli yang harus dibayar petani. Di samping itu ada format risiko kelembagaan yang lain, yaitu undang- undang tentang kewajiban pada petani bisa berubah dan tak dapat diramalkan. Sebagai contoh, peraturan pengendalian polusi mempunyai efek substansil pada kelangsungan hidup unit intensifikasi ternak secara ekonomis.

4. Risiko keuangan

Risiko keuangan bersumber sebagian besar dari ketidakpastian penerimaan petani. Hal ini berhubungan erat dengan kewajiban keuangan bagi petani yang meminjam uang. Risiko ini adalah berkaitan dengan tingkat bunga tidak-pasti dan ketersediaan pinjaman tidak-pasti. Karena itu, petani harus meningkatkan ketrampilannya dalam mengelola keuangan sehingga dapat menekan risiko keuangan berdasarkan pengalaman deregulasi yang pernah dialami Indonesia.

8.4 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dua pendekatan dasar, yaitu 1 Pengendalian risiko risk control dan 2 Pembiayaanpembelanjaan risiko