Konsep Pertanian Berkelanjutan Sebagian besar usahatani di Indonesia merupakan usahatani kecil, antara lain

pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator- indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Hal ini meliputi terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis sumberdaya genetik, sumberdaya tanah, air dan agroklimat, kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur resilience dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial-budaya maupun kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit misalnya terjadinya konflik sosial dan prevalensi kemiskinan akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumberdaya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan misalnya kelangkaan tanah dan air dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial. Visi pembangunan pertanian berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan sustainable agriculture menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global, termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistem pertanian menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia. Keberhasilan pembanguan pertanian terletak pada keberlanjutan pembangunan pertanian itu sendiri, yaitu terwujudnya sistem pertanian berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian. Dalam pembangunan pertanian, pertanian rakyat hendaknya dijadikan sasaran inti karena sektor ini akan dapat menjadu piranti perangkai globalisasi dengan demokratisasi ekonomi. Petanian rakyat yang kuat juga mampu menangkis krisis ekonomi Notohadikusumo, 2006. Untuk menyusun strategi baru yang handal menuju ke intensifikasi berkelanjutan diperlukan pengenalan lengkap faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi kinerja pertanian rakyat dengan menggunakan usahatani selaku satuan pantau. Faktor-faktor tersebut mencakup komponen-komponen lingkungan biofisik, sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Usahatani yang mapan diharapkan dapat berkelanjutan. Dalam pembangunan pertanian rakyat, prioritas perhatian khususnya ditujukan pada enam bidang besar, yaitu 1 menghilangkan kendala kelembagaan dalam konversi sumberdaya, 2 memajukan proses hayati tanah, 3 mengelola sifat- sifat tanah, 4 memperbaiki pengelolaan sumberdaya air, 5 menyelaraskan pertanaman pada lingkungan, dan 6 memasukkan secara efektif matra sosial dan budaya penelitian. Model pembangunan pertanian rakyat berdasarkan pemapanan usahatani dan langkah-langkah pengumpulan data kunci bagi pengenalan faktor-faktor, dicantumkan dalam Gambar 2. Keterangan: Urutan langkah: 1-2-3-4-5-6 Gambar 2. Model Pembangunan Pertanian Rakyat Berdasarkan Pemapanan Usahatani Notohadikusumo, 2006 Inventari- sasi tanah Penyifatan agroklimat Penetapan prilaku air 1 1 1 Tata air yang dapat dipilih 2 Penggabungan perilaku tanah dengan tata air yang dapat dibuat untuk mengelola lahan reklamasi dan ameliorasi Inventarisasi tanaman, ternak dan ikan Sistem pertanaman cropping sistem yang dapat dipilih 5 1 3 Agribisnis yang dapat dikembangkan Inventarisasi lingkungan ekonomi dan hukum Inventarisasi lingkungan sosial-budaya Fasilitas Produksi dan pemasaran yang tersedia Inventarisasi hama dan penyakit. 1 2 1 4 1 Sistem usahatani yang dapat dikembangkan Pelatihan dan penyuluhan 6 1 IV PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU INTEGRATED CROPPING MANAGEMENT ICM

4.1 Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan tanaman terpadu dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti: 1 pola agro-forestri yang memadukan berbagai jenis tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Agro-forestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, di mana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan ; 2 sistem rotasi dan budidaya rumput. Sistem rotasi dimaksudkan untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Sistem pengelolaan budidaya rumput yang intensif dapat memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput. Istilah “rotasi” meliputi kegiatan dan urutan budidaya Sudirja, 2008; 3 diversifikasi tanaman. Diversifikasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sejak Repelita VI. Diversifikasi pada sektor pertanian dapat dibedakan dalam tiga hal Sumodiningrat 1990, yaitu 1 diversifikasi horizontal, 2 diversifikasi vertikal, dan 3 diversifikasi regional. Diversifikasi horizontal adalah diversifikasi di tingkat petani produsen yang diartikan sebagai penganeka-ragaman produksi dalam satu sistem usahatani dengan tujuan mendayagunakan sumberdaya petani untuk memperoleh pendapatan tertentu dan mengurangi kegagalan panen. Diversifikasi vertikal adalah diversifikasi di tingkat perusahaan atau pengolahan produk pertanian, dengan cara mendayagunakan hasil sehingga meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian. Sedangkan diversifikasi regional adalah diversifikasi yang penganeka-ragamannya berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan produk pertanian yang disesuaikan dengan iklim, agronomis, serta daya dukung masyarakat dan daerah setempat. Arah diversifikasi ini pada umumnya menggunakan prinsip keunggulan komparatif comparative advantage, yaitu suatu daerah yang memberikan hasil paling menguntungkan. Ketiga macam diversifikasi ini saling terkait satu sama lain yang terjalin dalam satu kaitan sektor baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Melalui adanya arah diversifikasi yang sesuai akan mendapatkan posisi sektor pertanian pada proporsi yang sebenarnya menuju proses pembangunan pertanian dan sekaligus pembangunan nasional yang “sustainable”, sesuai dengan kemampuan dan daya dukung daerah serta kemampuan pelaku ekonomi setempat. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan salah satu upaya petani mengurangi risiko kegagalan panen suatu tanaman dan untuk transfer pendapatan dari tanaman yang memberikan keuntungan tinggi kepada tanaman yang tidak memberikan keuntungan serta untuk memperoleh keuntungan maksimum yang lestari. Menurut Dewi 1998, petani sayuran di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng, Bali telah melakukan diversifikasi dengan bentuk pergiliran tanaman, tetapi pola yang dilaksanakan belum optimal sehingga pendapatan usahataninya belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh perilaku petani dalam menentukan pola tanam tidak rasional, sehingga belum mendukung diperolehnya pendapatan usahatani yang maksimal. Tetapi diversifikasi tetap perlu dilaksanakan untuk mengurangi risiko ketidakpastian alam dan harga produk walaupun deviasi pendapatan usahatani tidak dapat diperkecil akibat keterbatasan sumberdaya yang dikuasai petani. Deviasi pendapatan usahatani adalah perbedaan antara pendapatan aktual dengan pendapatan maksimal. Di samping itu, penyerapan tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan meningkatkan derajat diversifikasi yang direpresentasi dengan indeks keragaman komoditas Dewi dan Artini, 2001.

4.2 Manfaat Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan tanaman terpadu memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1 penggunaan hara secara efisien, memungkinkan adanya keseimbangan antara hara yang ditambahkan melalui pupuk kimia ke dalam tanah dan yang lepas tersedia selama degradasi bahan organik di tanah oleh mikroorganisme; 2 aktivitas biologi tanah berkontribusi dalam menekan hama-penyakit dan peningkatan efisiensi pemanfaatan hara oleh tanaman untuk sistem produksi pertanian yang menguntungkan dan ramah lingkungan Abbott and Murphy, 2003; 3 stabilitas struktural ruang habitat dan suplai limbah organik dan bahan organik tanah yang cukup sebagai dasar utama untuk meningkatkan kesuburan biologi tanah; 4 areal peternakan yang diintegrasikan dengan pertanaman dan rumput akan memiliki keuntungan ganda, antara lain limbah tanaman dapat menjadi pakan ternak dan ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang bermanfaat bagi pertanaman; 5 pola agro-forestri memberikan keuntungan ekologi maupun ekonomi; 6 diversifikasi tanaman dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, peningkatan populasi serangga yang bermanfaat, meningkatkan pendapatan sepanjang tahun. Dengan kata lain, dalam pengelolaan tanaman terpadu, secara sosial dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, dan secara lingkungan membantu memelihara lingkungan. V PENGELOLAAN HARA TERPADU INTEGRATED NUTRITION MANAGEMENT INM Pengelolaan hara terpadu dilakukan dengan cara memadukan dan memberdayakan siklus hara, pupuk hayati pupuk hijau, pupuk kompos pupuk kandang, dan pupuk kimia. Pengelolaan hara tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah adalah tubuh alami natural body yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam natural forces terhadap bahan-bahan alam natural matereals di permukaan bumi. Tanah merupakan tubuh alam yang dinamis yang terdiri atas udara 25, air 25, mineral 45, dan bahan organik + jasad hidup 5. Di samping itu, struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir-butir tanah pasir, debu, dan liat. Gumpalan itu bisa berbentuk lempeng, prisma, tiang, gumpalan, granuler, dan remah. Komponen penyusun tanah adalah pasir, debu, lempung dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk struktur tanah. Struktur tanah merupakan habitat organisme tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk