9
2.2. Definisi Rinitis Akibat Kerja
Rinitis akibat kerja atau RAK didefinisikan sebagai rinitis yang muncul sebagai respon dari agen udara yang terdapat pada tempat kerja dan mungkin terjadi karena
reaksi alergi atau bagian dari respon iritasi. Biasanya RAK disebabkan oleh zat di tempat kerja dengan berat molekul tinggi, berat molekul rendah dan zat-zat iritan
yang melalui mekanisme imunologi atau nonimunologi Arandelovic dkk., 2004; Baratawidjaya dan Rengganis, 2009; Gautrin dkk., 2006.
EAACI mengajukan definisi RAK yang disesuaikan dengan definisi asma akibat kerja yaitu inflamasi hidung baik bersifat persisten atau sementara yang ditandai
dengan kongesti hidung, bersin-bersin, rinore, gatal dan atau gangguan aliran udara hidung dan atau hipersekresi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja
Moscato dkk., 2009.
2.3. Klasifikasi Rinitis Akibat Kerja
Klasifikasi rinitis dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rinitis alergi, rinitis infeksi yang bersifat akut atau
kronik dan kelompok ‘lain-lain’. Rinitis kelompok ‘lain-lain’ terdiri dari rinitis idiopatik, sindrom rinitis non alergi eosinofilik, rinitis akibat kerja,
rinitis hormonal, rinitis medikamentosa, rinitis atrofi dan rinitis yang disebabkan faktor rangsangan makanan atau emosional Airaksinen, 2010; Bachert, 2006.
EAACI mengajukan pembagian rinitis di lingkungan kerja yang hampir menyerupai konsep klasifikasi asma akibat kerja atau occupational asthma yang telah
dianut sebelumnya. Pembagian ini bertujuan untuk kepentingan klinis dan penelitian
10
epidemiologi. Rinitis di lingkungan kerja dibagi menjadi i rinitis akibat kerja: disebabkan oleh zat alergen atau iritan di lingkungan kerja pada pekerja yang
sebelumnya tidak memiliki gejala rinitis, ii eksaserbasi rinitis oleh pajanan lingkungan kerja: didefinisikan sebagai rinitis baik alergi maupun nonalergi yang
terjadi pada pekerja yang sebelumnya sudah memiliki gejala rinitis dan bertambah berat setelah terpajan zat alergen atau iritan di lingkungan pekerjaan Gambar 2.2
Moscato dkk., 2009.
Gambar 2.2. Klasifikasi rinitis akibat kerja Moscato dkk., 2009.
Rinitis yang berhubungan
dengan kerja
Rinitis yang disebabkan oleh kerja =
Rinitis Akibat Kerja RAK
Rinitis yang tereksaserbasi oleh kerja=
Rinitis Eksaserbasi Kerja
o
RAK alergi dengan periode laten
diperantarai oleh IgE tidak diperantarai IgE
o
RAK non alergi tanpa periode laten
terpapar tunggal: RUDS terpapar multipel:RAK yang diinduksi bahan iritan
rinitis korosif RUDS: Reactive Upper Airways Dysfunction Syndrome
11
RAK alergi merupakan reaksi hipersensitif dengan karakteristik klinis berupa hipersensitifitas hidung oleh agen spesifik di lingkungan kerja yang muncul setelah
periode laten. Reaksi alergi tidak terjadi pada pajanan pertama terhadap suatu zat. Interval terjadinya sensitisasi berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa
tahun Arandelovic dkk., 2004; Baratawidjaya dan Rengganis, 2009; Drake-Lee dkk., 2002; Gautrin dkk., 2006.
RAK dengan perantara IgE disebabkan oleh bahan-bahan dengan berat molekul tinggi atau high molecular weightHMW yang berasal dari hewan atau tanaman
seperti urin tikus percobaan laboratorium, wol, serangga dan tungau, debu, tepung gandum, lateks, alergen tumbuh-tumbuhan, misalnya daun tembakau, kopi, merica,
enzim biologis yang digunakan pada industri pembuatan detergen, obat- obatan, protein ikan dan makanan laut Arandelovic dkk., 2004; Gautrin dkk., 2006; La Dou,
2004. RAK tanpa perantara IgE diinduksi oleh bahan-bahan dengan berat molekul
rendah atau low molecular weightLMW seperti diisosianat pada cat, anhidrides pada plastik dan cat, bahan dari debu kapur, metal, colophony yang terdapat pada pabrik
elektronik, obat-obat, bahan kimia seperti tinta, katun, serat sintetik, garam persulfat yang dapat menginduksi pengeluaran IgE spesifik dengan cara berikatan dengan
protein untuk membentuk ikatan hapten-protein Arandelovic dkk., 2004; Drake-Lee dkk., 2002; Gautrin dkk., 2006; Moscato dkk., 2009.
12
RAK nonalergi dengan Reactive Upper Airways Dysfunction Syndrome merupakan reaksi rinitis nonimunologi yang terjadi setelah satu kali pajanan terhadap
kadar iritan yang tinggi Baratawidjaya dan Rengganis, 2009; Moscato dkk., 2009. RAK terinduksi iritan juga dapat menimbulkan gejala rinitis yang disebabkan
berbagai pajanan iritan berulang tanpa harus disertai adanya pajanan yang jelas terhadap iritan dalam konsentrasi tinggi seperti gas, kabut, uap, uap air dan debu
termasuk asap rokok, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozon, PAN atau peroxyacetyl nitrite, hypochlorite, ammonia, chloramines, gas chlorine, formaldehyde, glycol
ethers Drake-Lee dkk., 2002; Gautrin dkk., 2006; Moscato dkk., 2009. Rinitis korosif merupakan RAK terinduksi iritan yang terparah ditandai dengan
inflamasi persisten mukosa hidung berupa atropi, ulserasi atau perforasi mukosa hidung dan epistaksis Moscato dkk., 2009.
Gejala rinitis yang memburuk karena pekerjaan dicetuskan oleh berbagai kondisi kerja seperti agen iritan yang berasal dari kimia, debu, asap, faktor fisik karena
perubahan temperatur, emosi, mantan perokok, dan bau parfum. Gambaran klinisnya serupa dengan RAK, tapi mekanisme yang mempengaruhi timbulnya rinitis sulit
untuk diselidiki Moscato dkk., 2009.
2.4. Epidemiologi Rinitis Akibat Kerja