Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pencemaran udara sering terjadi karena eksploitasi sumber daya alam, baik secara tradisional maupun modern . Penggalian atau penambangan berupa pasir, batu, batu kapur merupakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan material dalam pembangunan gedung perkantoran maupun perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan salah satu kontribusi dari pencemaran udara yang dibuang ke udara bebas. Dampak pencemaran udara tersebut dapat berupa penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia Yunus, 1997. Salah satu dampak dari pencemaran udara adalah rinitis akibat kerja. Rinitis adalah peradangan pada mukosa hidung. Hal ini menyebabkan gejala seperti bersin, rinorea, dan hidung tersumbat Park, 2008. Rinitis akibat kerja yang disingkat RAK adalah penyakit yang penting tetapi kurang terdiagnosis dengan baik secara medis. Definisi RAK menurut European Academy of Allergy and Clinical Immunology EAACI Task Force on occupational rhinitis 2009 adalah inflamasi hidung baik bersifat persisten atau sementara yang ditandai dengan kongesti hidung, bersin-bersin, rinore, gatal dan atau gangguan aliran udara hidung dan atau hipersekresi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja Moscato dkk., 2009. 2 Saluran napas merupakan salah satu jalan partikel asing masuk ke dalam tubuh manusia. Hidung yang merupakan bagian dari saluran napas dan merupakan organ pertama yang kontak dengan partikel asing berbahaya seperti debu lewat proses inhalasi. Partikel asing ini memberikan efek rasa tidak nyaman, bersifat iritan, alergen dan korosif yang dapat menyebabkan inflamasi dengan tanda kongesti hidung, rinore yang disertai gatal pada hidung dan bersin. Kondisi ini dapat terjadi akibat paparan debu di tempat kerja yang menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yaitu RAK. Menurut penelitian diperkirakan 15 pekerja di seluruh dunia menderita rinitis akibat kerja. Pekerja industri adalah pekerja terbanyak yang menderita rinitis akibat kerja sebanyak 48, disusul oleh pekerja administrasi sebanyak 29 dan pekerja pengolah bahan jadi yaitu 13 Arandelovic dkk, 2004. Saat ini hasil pertambangan batu kapur banyak digunakan sebagai pondasi bangunan, bahan untuk meratakan dan mengeraskan lahan. Pertambangan batu kapur merupakan salah satu kegiatan yang kontribusinya terhadap pencemaran udara cukup besar. Mineral murni batu kapur mengandung CaCO3 sebagai kalsit calcite. Kebanyakan batu kapur mengandung oksida besi, alumina, magnesia, silika dan belerang, dengan CaO 22 – 56 dan MgO sekitar 21 sebagai komponen utamanya Arandelovic dkk., 2004. Di Indonesia, belum banyak ditemukan data resmi mengenai angka kejadian rinitis akibat kerja akibat pajanan batu kapur. Hasil penelitian di Semarang menunjukkan adanya gejala yang berhubungan dengan tempat kerja pada 6-30 3 pekerja yang memiliki pajanan tinggi terhadap debu kapur mengalami rinitis akibat kerja Bonita, 2009. Di Bali Penambangan batu kapur terpusat di kabupaten Badung khususnya di kecamatan Kuta Selatan. Penambangan batu kapur terdapat di 19 lokasi dengan luas sekitar 40.000 hektare dan hasil produksi sekitar 45.000 m 3 per tahun yang tersebar tersebar di 4 desa, yaitu : Desa Pecatu, Desa Unggasan, Desa Kutuh dan Desa Jimbaran. Tingginya hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan menyebab tingginya polusi yang ditimbulkan pada proses penambangan batu kapur tersebut. Tingginya polusi dan terpapar polusi dalam waktu yang lama merupakan salah satu faktor risiko terjadinya rinitis akibat kerja pada pekerja penambang batu kapur. Di Desa Pecatu terdapat lebih dari 500 pekerja penambang batu dengan jam kerja antara 8 sampai 10 jam perharinya dan masa kerja paling lama 9 tahun. Berdasarkan data di atas serta belum pernah dilakukannya penelitian tentang RAK pada pekerja penambang batu kapur di Bali sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Penambang Pasir Kali di Kabupaten Labuhan Batu

0 21 90

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Rinitis Alergi Pada Usia 13-14 Tahun di Daerah Ciputat Timur dengan Menggunakan Kuesioner International Study Of Asthma And Allergy In Childhood (ISAAC) Tahun 2013

20 108 83

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Kab. Karawang Tahun 2013

2 54 182

FAKTOR-FAKTOR RISIKO RINITIS AKIBAT KERJA PADA PEKERJA PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA PECATU KABUPATEN BADUNG.

0 0 47

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rinitis Akibat Kerja Pada Pekerja Pembuat Roti.

2 3 47

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEKERJA PEMBAKARAN BATU KAPUR DI BAGIAN (PENAMBANG DAN GEPUK) DI DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

STUDI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PENAMBANG BATU KAPUR DI DESA TONDO KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

1 1 12