commit to user
B. PEMBAHASAN
Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini
mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten Sukoharjo. Pengelolaan retribusi pengujian kendaraan
bermotor ini menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo, sehingga perlu dilakukan
pengukuran kinerja terhadap Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian
kendaraan bermotor. Pengukuran kinerja mempunyai peran yang penting dalam
pengembangan kapasitas organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program, dan penentuan strategi selanjutnya dalam melaksanakan tugas
dan fungsi organisasi atau instansi. Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui mana yang harus dihargai serta
dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan
antara indikator yang dapat berbentuk rencana, sasaran, standar tertentu, ataupun harapan dengan realisasi yang sudah dilakukan oleh instansi
tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat berapa besarnya gap yang terjadi.
Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dalam hal penelitian tentang kinerja Dinas Perhubungan,
commit to user
Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Adapun yang dimaksudkan
kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor
adalah kemampuan Dinas Perhubungan, Informaika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam melakukan serangkaian kegiatan menguji dan
atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis laik jalan, dan kemampuan dalam
menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan pengujian kendaraan bermotor dalam jangka waktu tertentu terutama dalam hal
pengelolaan retribusi dari pengujian kendaraan bermotor tersebut. Pengukuran kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo difokuskan pada indikator tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Selain itu juga akan
dijelaskan mengenai faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Dengan
mengetahui kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo diharapkan akan dapat digunakan sebagai acuan
bagi pelaksanaan maupun peningkatan kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo selanjutnya serta
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang akan melakukan pengujian.
commit to user
1. Indikator Tangible
Tangible dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk. Dalam hal ini, tangible dapat
dilihat dari wujud fisik dari Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Wujud fisik ini berupa keadaan lokasi
pengujian kendaraan bermotor, kelengkapan alat uji, inventaris kantor, dan sebagainya. Apabila keadaan lokasi pengujian baik, peralatan uji lengkap,
dan inventaris kantor memadahi maka dari segi tangible kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sudah
bisa dikatakan baik. Dalam pengujian kendaraan bermotor tangible ini sangat penting
karena proses pengujian kendaraan bermotor tidak pernah terlepas dari sarana dan prasarana, hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Kasijo
selaku staff di bagian sarana dan prasarana Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai berikut :
“…tentu saja peralatan sangat penting karena tanpa peralatan kendaraan yang datang tidak bisa diuji. Alat-alat yang
digunakan juga tidak sembarangan karena menggunakan alat mekanik yang berat. Oleh karena itu kami dari bagian sarana
dan prasarana semaksimal mungkin harus mengontrol peralatan yang ada karena kurang satu alat pun proses
pengujian bisa tertunda…” wawancara tanggal 11 Oktober 2010
Dari pernyataan Bapak Kasijo selaku staff di bagian sarana dan prasarana Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor bisa diketahui bahwa
kelengkapan peralatan uji sangat penting dalam proses pengujian
commit to user
kendaraan bermotor, apabila saat pengujian ada peralatan yang kurang maka bisa menghambat proses pengujian. Hal ini dikarenakan saat
pengujian semua bagian kendaraan diujikan dengan menggunakan peralatan uji yang berbeda, sehingga apabila ada satu alat yang kurang
maka ada bagian dari kendaraan yang tidak bisa diujikan. Oleh karena itu peralatan uji yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor harus lengkap.
Menurut Bapak Boediono selaku pegawai fungsional di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor peralatan yang ada sudah lengkap, yaitu
sebagai berikut : “…alat-alat mekanik disini sudah lengkap mbak, sudah sesuai
dengan ketentuan dirjen. Jadi tidak perlu khawatir pengujian terhambat karena kekurangan alat. Setiap alat juga sudah
dipegang sama pegawai kami yang sudah ahli..” wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Yanto pemilik mobil barang yang saat itu mengujikan kendaraannya sebagai berikut :
“…sepertinya peralatan yang digunakan untuk menguji sudah lengkap kok mbak soalnya selama saya mengujikan mobil
saya disini tidak pernah menghadapi kendala yang berhubungan dengan kekurangan alat. Tapi kalo menurut saya
perlu sekali dilakukan penambahan peralatan, jadi tiap alat itu jangan cuma satu biar alur pengujian itu juga ga cuma satu.
Kalo kaya gini kan sering antri mbak, apalagi harus nunggu mobilnya banyak dulu...” wawancara tanggal 12 Oktober
2010
commit to user
Sesuai pendapat dari Bapak Boediono pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor dan Bapak Yanto pemilik kendaraan mejelaskan
bahwa peralatan yang dimiliki untuk pengujian kendaraan bermotor sudah lengkap sesuai dengan yang ditetapkan oleh dirjen namun perlu dilakukan
penambahan peralatan supaya alur pengujian tidak hanya satu alur. Berikut adalah daftar peralatan yang dimiliki oleh seksi pengujian kendaraan
bermotor Dinas Perhubungan, Infomatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo :
Tabel : IV.4 Daftar Inventaris Alat Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2010
No Nama Alat Fungsi
Jumlah 1.
Smoke Meter
+ COHI
Untuk mengukur asap 1
2. Heat Light Tester
Untuk mengukur
kekuatan lampu
1 3.
Wheel Suspention Tester
Untuk menguji suspenseterot, bolljom, dll.
1 4.
Sider Slide Tester Untuk mengukur sikap roda
depan 1
5. AXLE Load Meter
Untuk menimbang
berat kendaraan
1 6.
Brike Tester
+ Bogie Lorer
Untuk mengukur
daya pengeraman
1 7.
Spido Meter Untuk
mengukur kecepatan
roda 1
8. Sound Level Tester Untuk
mengukur kekuatan
klakson 1
9. Generator
+ Kompresor
Untuk daya
listrik dan
pengisian angin. 1
10. Komputer Untuk mengolah data
2 11. Printer
Untuk mencetak data 1
12. Kipas angin Menyejukkan ruangan
2 13. Meja kerja
Tempat kerja 8
14. Almari Menyimpan berkas
5 15. Kursi
tunggu pengunjung
Tempat tunggu pengunjung 2
Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
commit to user
Dari table di atas mengenai peralatan uji dapat diketahui bahwa setiap peralatan uji mempunyai fungsi masing-masing sehingga dalam
pengujian semua peralatan ini harus ada karena apabila kurang satu alat saja bisa menghambat pengujian dalam menentukan apakah kendaraan
bermotor tersebut laik jalan atau tidak. Dilihat dari segi kelengkapan, ketersediaan peralatan uji sudah
dinilai baik, namun dalam hal perawatan hal ini masih sangat kurang. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Boediono pegawai fungsional di
Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai berikut : “…menurut saya penyediaan alat disini sudah lengkap tapi
yang menjadi masalah itu perawatannya masih sangat kurang, misalnya alat-alat mekanik yang habis dpake langsung
disimpan kemudian besoknya dipake lagi. Padahal alat-alatnya sudah tua jadi seharusnya perawatan itu sangat penting…”
wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak Boediono bahwa kelengkapan penyediaan alat uji tidak ada masalah namun dalam
hal perawatan masih sangat kurang maka seharusnya pegawai perlu melakukan perawatan yang lebih baik lagi terhadap peralatan uji. Hal ini
dikarenakan keberadaan alat uji sangat penting dalam proses pengujian karena tanpa alat uji kendaraan tidak bisa diuji. Apabila tanpa perawatan,
alat uji mengalami kerusakan atau berkurangnya fungsi suatu alat dalam pengujian hal ini akan berpengaruh pada tingkat keakuratan dalam laik
atau tidaknya kendaraan yang diuji.
commit to user
Selain dilihat dari kelengkapan alat uji, tangible juga dilihat dari lokasi pengujian. Lokasi pengujian menurut Bapak Herry Febrianto
Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor dijelaskan sebagai berikut : “…lokasi pengujian sangat strategis, mudah dijangkau oleh
semua orang karena letaknya di pusat Kota Sukoharjo tepatnya sebelah utara terminal bus Sukoharjo jadi tidak ada
kesulitan dalam mencari lokasi pengujian bagi masyarakat yang baru pertama kali mengujikan kendaraannya. ”
wawancara tanggal 12 Oktober 2010.
Bapak Herry juga menambahkan : “…kalau ada yang males mengujikan kendaraannya karena
alasan lokasi pengujian jauh dari tempat tinggal itu sepertinya tergantung dari niat masing-masing orang, menurut saya
semua tempat di Kabupaten Sukoharjo itu jaraknya tidak terlalu jauh karena paling jauh dari lokasi pengujian itu seperti
kecamatan Weru, Kartosuro, dan Pulokarto dan saya kira lokasi-lokasi itu masih sangat mudah dijangkau dari lokasi
pengujian yang bertempat di tengah-tengah Sukoharjo paling 30-40 menit juga sampai…” wawancara tanggal 12 Oktober
2010
Dari pendapat Bapak Herry di atas dijelaskan bahwa lokasi pengujian sudah bagus karena tempatnya sangat strategis, mudah
dijangkau semua orang, dan berada di tengah-tengah Kabupaten Sukoharjo. Hal senada juga diungkapakan oleh Bapak Tarjo sopir bus mini
P.O Setyo Rini yang berdomisili di Pulokarto : “…saya ndak merasa kesulitan mbak kalau mau KIR, ya
walaupun jarak dari rumah ke lokasi KIR sekitar 30 menitan tapi itu ndak masalah buat saya soalnya keselamatan itu lebih
penting, nanti kalau saya ndak melakukan KIR terus ada rem blong saya ndak tau terus nabrak ya nanti saya sendiri yang
repot kalau ada korban …” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
commit to user
Sedangkan dalam penyedediaan fasilitas diluar peralatan uji dinilai masih sangat minim. Dari table tersebut menunjukkan bahwa inventaris
penunjang pengujian kendaraan bermotor sangat minim. ini diperkuat dengan pendapat dari Bapak Herry Febrianto Kasi Pengujian Kendaraan
Bermotor sebagai berikut: “…inventaris disini memang terbatas sekali mbak. Hanya ada
2 kipas angin padahal ya mbak tau sendiri kan gimana panasnya tempat ini kalau dah siang. Sedangkan computer
juga hanya ada 2, tapi untungnya dengan computer yang terbatas ini tidak menghambat kerja kami…” wawancara
tanggal 12 Oktober 2010
Bapak Boediono pegawai fungsional di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor juga mempunyai pendapat kalau inventaris sangat minim, yaitu
sebagai berikut : “…menurut saya yang paling memprihatinkan itu masalah
ruang kerja yang sempit dan ruang tunggu mbak. Ruang kerja untuk pegawai dan kepala seksi aja jadi satu dan itu kodisinya
juga panas banget karena selain terbatasnya kipas angin tempat buat pengujian kendaraan itu kan kena polusi dari asap
kendaraan. Sedangkan dalam hal kondisi ruang tunggu hanya ada dua buah kursi yang digunakan untuk menunggu
kendaraannya yang sedang diuji. Padahal setiap hari itu ada rata-rata 30-50 orang yang datang melakukan pengujian. Ya
terpaksa mbak mereka yang tidak mendapat tempat duduk di kursi harus duduk di sembarang tempat, ada yang di dalam
kendaraannya atau di bawah pohon. Ada beberapa orang yang mengeluh capek dan panas saat menunggu antrian mobilnya
diujikan…” wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Susilo pemilik mobil pick up yang waktu itu sedang mengujikan kendaraannya, yaitu sebagai
berikut :
commit to user
“…ya seperti yang mbak lihat sekarang ini saya harus klesotan neduh di bawah pohon menunggu mobil diuji mbak soalnya
tidak disediakan ruang tunggu yang memadahi jadi ya kurang nyaman gini. Padahal kan nunggu proses pengujian itu bukan
waktu yang bentar, sebenarnya proses pengujiannya bentar yang lama itu yang antri nunggu mobilnya ngumpul banyak
dulu. Kalau saya bisa menyarankan sih harusnya dibangun tempat ruang tunggu yang nyaman toh lahan disini juga cukup
luas bahkan kalau perlu dilengkapi fasilitas tv jadi biar gga bosen. Kalau tempatnya nyaman kan orang-orang jadi gga
males kalau mau mengujikan kendaraannya …” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Bapak Tarjo sopir bus Setyo Rini juga memberikan pendapat tentang keadaan tempat ruang tunggu sebagai berikut :
“…memang kursi buat duduk cuma dikit mbak itu aja hanya ada di depan ruang pendaftaran dan ndak cukup kalo semua
yang datang duduk makanya saya milih berdiri di dekat bus saja sambil mengamati mobil saya diuji biar tau juga apa saja
kerusakan di bus saya…” wawancara 13 Oktober 2010
Sesuai pernyataan di atas jelas bahwa inventaris diluar alat uji seperti, kipas angin, komputer, ruang kerja, dan ruang tunggu yang
dimiliki bagian pengujian kendaraan bermotor masih sangat minim. Komputer hanya berjumlah dua buah, ruang kerja pegawai sangat sempit,
ruang tunggu kurang memadahi dan kurang nyaman, dan lain-lain. Tidak maksimalnya pengelolaan sarana dan prasarana juga
ditunjukkan dengan laporan pengukuran kinerja kegiatan di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo di
tahun 2008 dan 2009 apabila dibandingkan dengan tahun 2007 terkait pemeliharaan sarana dan prasarana penngujian kendaraan bermotor, yaitu
seperti pada tabel berikut :
commit to user
Tabel IV. 5 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2007
Program Indicator
kinerja Rencana
tingkat capaian
realisasi Prosentase
Pencapaian Rencana
Capaian Target
Rehabilitasi dan
pemeliharaan Prasarana
Fasilitas Lalu Lintas
pengadaan alat pengujian
kendaraan bermotor.
- Input
Dana
- Output
Terpeliharanya sarana
lalu lint as
berupa alat penguj ian
kendaraan berm ot or
- Outcome
Kelancaran proses
pelayanan pengujian
kendaraan bermotor
Rp 53,771,200
1 tahun 100
Rp 56.341,100
1 tahun 95
104,7 100
95
Peningkatan kelaiakan
pengoperasian kendaraan
bermotor
- Input
Dana
- Output
Tersedianya alat
smokemoker portable
- Outcome
Mengurangi polui udara
Rp
149743900 100
100
Rp 145602000
100 97
97,2 100
97
Sumber : Dishubinfokom thaun 2007
commit to user
Tabel IV. 6 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2008
Program Indicator
kinerja Rencana
tingkat capaian
realisasi Prosentase
Pencapaian Rencana
Capaian Target
Rehabilitasi dan
pemeliharaan Prasarana
Fasilitas Lalu Lintas
pengadaan alat pengujian
kendaraan bermotor.
- Input
Dana
- Output
Terpeliharanya sarana
lalu lint as
berupa alat penguj ian
kendaraan berm ot or
- Outcome
Kelancaran proses
pelayanan pengujian
kendaraan bermotor
Rp 57,527,200
1 tahun 80
Rp 8,440,100
1 tahun 67
14,67 100
83,75
Peningkatan kelaiakan
pengoperasian kendaraan
bermotor
- Input
Dana
- Output
Tersedianya alat
smokemoker portable
- Outcome
Mengurangi polui udara
Rp
158336000 100
100
Rp 149386000
95 90
94,35 95
90
Sumber : Dishubinfokom thaun 2008
commit to user
Tabel IV. 7 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2009
Program Indicator
kinerja Rencana
tingkat capaian
realisasi Prosentase
Pencapaian Rencana
Capaian Target
Rehabilitasi dan
pemeliharaan Prasarana
Fasilitas Lalu Lintas
pengadaan alat pengujian
kendaraan bermotor.
- Input
Dana
- Output
Terpeliharanya sarana
lalu lint as
berupa alat penguj ian
kendaraan berm ot or
- Outcome
Kelancaran proses
pelayanan pengujian
kendaraan bermotor
Rp 48.000.000
1 tahun 90
Rp 47.019.000
1 tahun 80
97,06 100
90
Peningkatan kelaiakan
pengoperasian kendaraan
bermotor
- Input
Dana
- Output
Tersedianya alat
smokemoker portable
- Outcome
Mengurangi polui udara
Rp
174330000 100
100
Rp 156376000
100 90
89,7 100
90
Sumber : Dishubinfokom thaun 2009
Berdasaarkan tabel pengukuran kinerja tahunan di atas, pengukuran kinerja di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten
Sukoharjo terkait pengelolaan sarana dan prasarana di tahun 2008 dan 2009 belum bisa dilakukan secara maksimal apabila dibandingkan dengan
realisasi di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian kinerja di
commit to user
tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan, oleh karena itu menjadi penyebab tidak tercapainya target.
Secara umum wujud fisik tangible yang ada di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo bagian
pengujian kendaraan bermotor masih kurang maksimal. Walaupun dari segi kelengkapan alat uji sudah dinilai bagus dan lokasi pengujian yang
luas serta mudah dijangkau, namun dari segi kelengkapan sarana dan prasarana penunjang lainnya masih sangat kurang. Hal ini bisa terlihat
terbatasnya penyediaan komputer, kipas angin yang hanya 2 buah, ruang kerja pegawai yang sangat sempit, dan ruang tunggu yang kurang
memadahi serta kurang nyaman. Terbatasnya komputer bisa menghambat kinerja pegawai dalam pengelolaan data, sedangkan kipas angin yang
hanya berjumlah 2 buah masih membuat ruangan kerja panas sehingga para pegawai kurang nyaman dalam bekerja. Selain itu keadaan ruang
tunggu yang tidak nyaman membuat pelanggan banyak yang mengeluh dan kemungkinan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab mengapa ada
beberapa orang yang tidak mengujikan kendaraannya dan kemudian berdampak pada pencapaian retribusi dari pengujian kendaraan bermotor
yang menurun. Untuk itu agar tercipta kualitas pelayanan yang baik bagi pemilik
kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan kinerja pegawai maka perlu dilakukan perbaikan sarana dan prasarana yang menunjang proses
commit to user
pengujian kendaraan bermotor karena hal ini berdampak pada pencapaian retribusi pengujian kendaraan bermotor.
2. Indikator Responsivitas
Dalam penelitian ini responsivitas atau daya tanggap berarti kemampuan dari Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi
Kabupaten Sukoharjo dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari masyarakat pemilik kendaraan, dalam hal
ini responsivitas ditunjukkan dengan seberapa besar daya tanggap pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor dalam menyikapi keluhan dari
masyarakat yang mengalami kesulitan atau kendala dalam melakukan proses pengujian.
Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pemerintahan dalam memberikan pelayanan
tidak luput dari komplainkeluhan pemilik kendaraan bermotor yang mengujikan kendaraannya. Hal ini terjadi karena karakteristik dan
keinginan dari masyarakat yang berbeda-beda. Masyarakat sebagai pelanggan akan merasa senang terhadap sikap petugas atau pegawai di
Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo yang serius menangani setiap keluhan yang disampaikan serta bersama-
sama mencari jalan keluar. Pegawai dalam situasi seperti ini harus mempunyai kemauan untuk memecahkan masalah dan kendala secara
cermat, tepat, dan bijaksana.
commit to user
Keluhan oleh pelanggan atau dari masyarakat pemilik kendaraan bermotor adalah salah satu ungkapan penilaian akan kualitas yang
didapatkannya. Keluhan timbul karena rasa ketidakpuasan pihak pelanggan. Bagaimanapun keluhan itu datang dan tujuannya tiap pegawai
harus mempersiapkan mental dalam menghadapi keluhan. Berikut kutipan pernyataan Bapak Boediono selaku pegawai fungsional di Seksi Pengujian
Kendaraan Bermotor dalam menanggapi keluhan pelanggan : “...selama ini belum pernah ada pelanggan yang mengeluh
secara langsung terhadap pelayanan yang kami berikan. Pihak kami sudah menyediakan kotak surat untuk keluhan tapi
sampai sekarang belum pernah ada komplain atau keluhan yang masuk. Ya selama tidak ada yang mengeluh kami merasa
mereka puas dengan pelayanan yang kami berikan. Paling kadang-kadang ada beberapa yang marah-marah saat
kendaraannya tidak diluluskan...” wawancara tanggal 11 Oktober 2010
Sedangkan tanggapan dari Bapak Herry selaku Kepala Seksi Pengujian kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut :
“...Selama ini terkait pengujian kendaraan bermotor jarang sekali ada komplain dari masyarakat, tetapi bila ada
masyarakat yang ingin mengajukan komplain mereka bisa langsung mengatakan keluhannya pada saya atau salah satu
pegawai disini atau kalau mereka merasa sungkan atau takut mereka bisa memasukkan komplain ke kotak saran yang telah
disediakan. Kemudian langkah kami apabila ada komplain ya kami berusaha sesegera mungkin untuk mengatasinya, kadang
kami juga mengadakan brifing untuk membahas permasalahan dalam memberikan pelayanan saat melakukan pengujian
kendaraan...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010.
Pernyataan-pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa
untuk mengajukan komplainkeluhan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
commit to user
pegawai di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor, masyarakat dapat menyampaikan langsung kepada
pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor yang bersangkutan atau melalui kotak saran yang telah disediakan. Langkah yang dilakukan oleh
pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor untuk menghadapi komplain yang ada yaitu segera mengatasi permasalahan yang ada jika
dinilai urgent dengan mengadakan rapat membahas permasalahan- permasalahan yang ada dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
pemilik kendaraan dalam melakukan pengujian kendaraan bermotor. Sedangkan pendapat dari masyarakat pemilik kendaraan bermotor
tentang daya tanggap pegawai dalam menghadapi keinginan masyarakat juga berbeda-beda. Berikut adalah kutipan wawancara dari beberapa
pemilik kendaraan bermotor terkait proses pengujian kendaraan bermotor, salah satunya adalah pendapat Bapak Fajar dari kru bus mini PO.Wahyu
Putro mengenai ketanggapan pegawai seksi pengujian kendaraan bermotor dalam menghadapi komplain:
“...saya belum pernah komplain ke pegawai sini Mbak, soalnya sejauh ini saya sudah cukup puas dengan kerja
pegawai sini. Saya rasa mereka cukup tanggap juga, ngerjain tugasnya dengan terampil dan cekatan juga, selain itu mereka
ramah-ramah dan kalo ada kerusakan pada sparepart di bus dijelaskan dengan jelas dan sabar, kalo saya bertanya juga
ditanggapi dengan baik...” wawancara tanggal 15 Oktober 2010
Pendapat senada juga disampaikan oleh Bapak Lardi pemilik mobil angkutan dari Kecamatan Weru :
commit to user
“... saya ndak pernah protes, soalnya dari awal petugas sudah menjelaskan syarat dan bagaimana prosedurnya, saya datang
langsung ada yang membimbing saya untuk melengkapi syarat dan administrasi, kemudian tinggal menunggu antrian mobil
saya sudah di uji, kalo layak ya diluluskan tapi kalo tidak ya saya diberi penjelasan tentang kerusakan yang ada di mobil
saya jadi ya baik-baik saja menurut saya Mbak di sini...” wawancara, 15 oktober 2010
Selain dua pendapat di atas, hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Yanto pemilik mobil barang, yaitu sebagai berikut :
“...Bapak petugasnya
baik-baik dan
ramah. Kadang
masyarakat malah yang sering marah-marah sama mereka, misalnya kalo ada kendaraan yang dinyatakan tidak layak uji,
selain itu kalau pas ada kesalahan atau yang tidak sesuai dengan yang dirasakan. Semoga saja mereka cukup sabar,
namanya saja orang banyak kan sifatnya lain- lain jadi saya itu mau protes juga ndak tega mbak sama-sama manusia kan juga
punya salah...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Dari apa yang dikemukakan oleh beberapa pemilik kendaraan di atas bisa dilihat bahwa jarang sekali ada masyarakat yang komplain
dengan pelayanan yang diberikan saat pengujian kendaraan bermotor, pegawai sudah berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dengan
para pemilik kendaraan. Hubungan antara pegawai yang ada dengan masyarakat umumnya terjalin dengan baik, mereka melayani pemilik
kendaraan dengan ramah dan sabar, apabila ada bagian dari kendaraan mengalami kerusakan mereka menjelaskan kerusakan itu dengan sabar
kepada pemilik kendaraan. Namun dilihat dari segi sarana dan prasarana atau wujud fisik masih
ada beberapa keluhan dari masyarakat, pendapat ini seperti yang
commit to user
diungkapkan oleh Bapak Susilo pemilik mobil pick up yang waktu itu sedang mengujikan kendaraannya, yaitu sebagai berikut :
“...kalau sekedar komplain saya sering mbak soalnya saya sebagai masyarakat punya hak menuntut pelayanan yang
bagus. Kadang saya sering jengkel kalo antri nunggu giliran mobil saya diuji, gimana tidak satu hari yang datang hampir
40an kendaraan tapi alat dan petugasnya sangat terbatas. Disana hanya ada satu alur pengujian jadi nunggunya lama.
Seharusnya itu setelah selese ngurus administrasi langsung diuji mbak, tapi ini harus nunggu mobilnya banyak dulu.
Selain itu mbak tau sendiri kan kalo ruang tunggu yang ada seperti ini jadi saya harus duduk di sembarang tempat saat
menunggu kendaraan diuji. Dulu pernah saya ngeluh ke salah satu pegawai disini biar disediakan tempat tunggu yang lebih
layak tai sampai sekarang juga belum ada tindakan perbaikan...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010.
Hal senada juga ditambahkan oleh Bapak Tarjo sopir bus mini Setyo Rini, yaitu sebagai berikut :’
“...kurang tanggap mbak, kalo tanggap ndak mungkin mereka hanya diam saja melihat pelanggan tidak disediakan tempat
duduk seperti ini...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Melihat kedua pernyataan dari pemilik kendaraan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal menanggapi keluhan tentang ketersediaan
sarana dan prasarana utamanya ruang tunggu daya tanggap atau responsivitas yang dimiliki pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan
Bermotor masih sangat rendah, hal ini lebih diperkuat lagi dengan pendapat dari Bapak Ngateman sebagai salah satu pegawai fungsional di
Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor yang memaparkan bahwa pernah ada keluhan dari masyarakat terkait sarana dan prasarana dalam pengujian
kendaraan bermotor, yaitu sebagai berikut :
commit to user
“...dulu pernah mbak ada orang yang mengadu sama saya tentang keadaan ruang tunggu disini, mereka menyarankan
gimana kalo fasilitasnya diperbaiki seperti penambahan tempat ruang tunggu, dilengkapi dengan kipas angin dan tv.
Sebenarnya kami juga ingin memenuhi apa yang menjadi keinginan masyarakat tapi kami disini hanya dari pegawai
tidak bisa berbuat apa-apa soalnya perbaikan fasilitas itu membutuhkan biaya yang sangat banyak dan dari Pemda
belum ada anggaran khusus untuk perbaikan sarana dan prasarana. Sedangkan apabila kita menggunakan uang dari
hasil pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor untuk saat ini sepertinya tidak memungkinkan karena untuk
menutup target saja masih sangat kesulitan di tahun-tahun ini...” wawancara tanggal 15 Oktober 2010
Sesuai pendapat dari Bapak Ngateman tersebut dapat diketahui alasan kenapa pegawai kurang responsif terhadap keluhan masyarakat
pemilik kendaraan bermotor akan fasilitas ruang tunggu yang kurang memadahi, hal ini dikarenakan dalam perbaikan fasilitas membutuhkan
biaya yang tidak sedikit dan untuk saat ini belum ada anggaran khusus yang digunakan untuk perbaikan sarana dan prasarana.
Selain dilihat dari kemampuan pegawai dalam mengetahui keinginan dan keluhan masyarakat, responsivitas disini juga ditekankan
pada seberapa besar daya tanggap pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor dalam mengetahui berapa jumlah kendaraan yang wajib
melakukan pengujian karena setiap tahun jumlah kendaraan wajib uji jumlahnya selalu berubah-ubah. Terkait dengan hal tersebut, Bapak
Budiono selaku pegawai fungsional di seksi pengujian kendaraan bermotor memberikan pedapat sebagai berikut :
“... memang setiap tahun jumlahnya berubah-ubah karena kan ada beberapa kendaraan baru atau kendaraan yang sudah di
commit to user
nonaktifkan sebagai wajib uji karena terlalu lama tidak mengujikan kendaraannya. Misalnya 2X tidak datang
dinyatakan non aktif dan 3X tidak datang dihapus dari wajib uji.
Kami mengetahuinya
melalui pendataan
lewat komputerisasi Mbak. Jadi semua data tentang jumlah
kendaraan yang wajib uji baik yang masih aktif atau yang sudah tidak aktif disimpan di data komputer semua...”
wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Masih dengan hal yang sama, Bapak Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor menambahkan :
“...Kalo ada mobil baru yang wajib diujikan kita taunya kalo mereka datang sendiri untuk mengujikan kendaraannya ke
sini, kalo tidak ya kita tidak tau. Soalnya kalo mau kerja sama dengan Samsat dengan sistem jemput bola seperti yang mbak
maksud kita tidak punya kapasitas seperti itu mbak karena sesuai peraturan tidak ada petunjuk yang menyebutkan
pendataan jumlah kendaraan dengan terjun langsung atau kerja sama dengan Samsat. Kita itu kan pegawai negeri mbak jadi
ya kita tidak berani mengambil tindakan yang keluar dari peraturan yang telah ditetapkan. Jadi ya kita mengembalikan
semua ini ke kesadaran masyarakat sendiri, kalau mereka mengutamakan keselamatan tentunya mereka akan datang ke
sini dan mengujikan kendaraannya...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Bapak Herry Febrianto juga menambahkan bahwa dalam menyikapi masyarakat yang terlambat mengujikan kendaraannya atau bahkan tidak
mengujikan kendaraannya utamanya bagi mereka yang mempunyai tempat tinggal jauh dari lokasi pengujian daya tanggap yang dilakukan pegawai di
seksi pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut : “...dulu pernah Mbak kita mencoba mengirim surat panggilan
kepada pemilik kendaraan yang terlambat atau bahkan tidak mengujikan kendaraannya dalam waktu yang lama. Tapi itu
tidak bertahan lama karena untuk mengirim surat panggilan juga membutuhkan biaya yang besar dan tidak ada dana untuk
itu, bayangkan saja seandainya satu orang dengan biaya Rp
commit to user
1000,00 dan bagaimana kalau yang tidak mengujikan itu 200 orang berarti kami juga harus mengeluarkan biaya untuk surat
panggilan sebesar Rp200.000,00 padahal belum tentu pengiriman surat panggilan itu efektif untuk membuat mereka
sadar akan pengujian. Jadi hal ini hanya akan menambah pengeluaran bagi pihak kami...” wawancara tanggal 12
Oktober 2010
Melihat pernyataan di atas daya tanggap pegawai di seksi pengujian kendaaan bermotor dalam mengetahui seberapa banyak jumlah kendaraan
bermotor yang wajib uji masih sangat rendah, pegawai hanya melakukan pendataan melalui jumlah kendaraan yang datang dan apabila ada
kendaraan yang seharusnya wajib uji namun tidak diujikan pegawai bersikap apatis dan beranggapan bahwa keselamatan adalah kebutuhan
mereka. Secara umum dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa daya tanggap atau responsiivitas pegawai di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor masih rendah.
Walaupun hanya sedikit ditemukan keluhan dari para pemilik kendaraan bermotor dan pegawai sudah berupaya untuk memenuhi keluhan
masyarakat serta bersikap ramah saat melakukan pengujian, namun belum semua aspirasi atau keinginan dari masyarakat bisa terpenuhi. Beberapa
pemilik kendaraan merasa keluhan yang mereka sampaikan belum ditanggapi semua, terutama masalah kondisi ruang tunggu yang kurang
nyaman. Selain itu pegawai kurang responsive berkaitan dengan pendataan jumlah kendaraan wajib uji yang selalu berubah-ubah. Sedangkan dalam
menanggapi adanya kendaraan wajib uji yang tidak melakukan pengujian
commit to user
pegawai bersikap apatis. Seharusnya jumlah kendaraan yang wajib uji perlu mendapat perhatian khusus karena jumlah kendaraan wajib uji
berkaitan erat dengan peningkatan pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
Karena masih rendahnya daya tanggap atau responsivitas dalam malakukan pengujian kendaraan bermotor, maka untuk selanjutnya pihak
Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo diharapkan harus lebih maksimal dalam menanggapi keluhan yang datang, selain itu pihak Dishubinfokom
juga harus lebih responsive dalam melakukan pendataan terhadap kendaraan wajib uji, sehingga apabila ditemukan ada kendaraan yang
wajib uji namun tidak melakukan pengujian maka harus dilakukan tindakan.
3. Indikator Responsibilitas
Responsibilitas dalam
penelitian mengenai
kinerja Dinas
Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses
pemberian pelayanan publik yang dilakukan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak melanggar
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian mengenai
kinerja Dinas
Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan
retribusi pengujian kendaraan bermotor responsibilitas bisa dilihat dari
commit to user
apakah pelaksanaan kegiatan pengujian kendaraan bermotor itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan
kebijakan dari Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan
responsivitas. Hal ini sering dijumpai dalam proses pengujian adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak memenuhi
syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar dinyatakan lulus uji. Tidak jarang petugaspenguji harus adu argumentasi dengan para
pemilik kendaraan tentang hal ini. Seperti disampaikan oleh Boediono salah satu pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor yang sebagai
penguji, yaitu sebagai berikut : ”...Kami sering terpaksa harus adu argumentasi dengan
pemilik kendaraan yang tidak lulus uji. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk
keselamatan mereka sendiri. Kami tidak mungkin memberikan tanda pengesahan lulus uji bila memang ada bagian-bagian
tertentu dari kendaraan tersebut yang secara teknis tidak laik jalan....” wawancara tanggal 21 September 2010
Hal senada juga diungkapakan oleh Bapak Herry Febrianto Kepala Seksi di Pengujian Kendaraan Bernotor sebagai berikut :
”...walaupun banyak yang ngotot ingin kendaraannya diluluskan tapi penguji tetep pada prinsipnya karena tanggung
jawab penguji pada keselamatan nyawa manusia. jadi kalo ada yang tidak lulus dinyatakan lulus itu sangat berbahaya. Kalo
tidak layak jalan kalo bisa diperbaiki ya kita membimbing untuk diperbaiki dulu. Soalnya kalo terjadi kecelakaan tar
yang disalahkan penguji….” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
commit to user
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pegawai di Seksi Pengujian Kendaran Bermotor hanya meluluskan kendaraan yang secara
teknis benar-benar laik jalan walaupun harus rela adu argumentasi dengan para pemilik kendaraan. Hal seperti inilah contoh fenomena nyata dimana
responsibilitas berbenturan dengan responsivitas. Dilihat dari segi responsibilitas pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor harus
menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebijakan yang ada yaitu mereka hanya bisa meluluskan kendaraan yang secara teknis
memenuhi persyaratan laik jalan, namun di sisi lain jika dilihat dari segi responsivitas pegawai harus menanggapi adanya keinginan dari
masyarakat agar kendaraan yang secara teknis tidak laik jalan agar diluluskan. Dalam hal ini apabila pegawai menuruti apa yang menjadi
keinginan masyarakat pemilik kendaraan bermotor untuk memberikan kelulusan pada kendaraan yang seharusnya tidak laik jalan, selain tidak
sesuai dengan prinsip dan kebijakan di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo juga membahayakan nyawa dan keselamatan dari pengguna
kendaraan. Oleh karena itu pegawai di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo selalu berpegang kepada prinsip dan kebijakan yang ada. Hal
ini juga diperkuat dengan pendapat dari Bapak Wakijo pemilik truk sebagai berikut ini:
”...pegawai sini memang susah Mbak kalo suruh meluluskan kendaraan yang haruse ndak lulus, mereka konsisten banget
kalo ndak lulus dieyel gimanapun juga tetep ndak berubah. Tapi itu justru bagus Mbak jadi tujuan ikut KIR itu bukan
hanya sekedar formalitas agar bisa mendapatkan tanda uji
commit to user
kelulusan tapi juga untuk menjaga keselamatan...” wawancara tanggal 22 Oktober 2010
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Darmono pemilik truk sebagai berikut :
”...sepertinya mereka tidak sembarangan Mbak dalam pemasangan tanda bukti lulus uji soalnya hanya yang benar-
benar layak yang diluluskan. Proses pengujian juga teliti banget dari kecerahan lampu, keadaan rem, ban, dan
penghapus kaca. Keselamatan merupakan yang nomer saru...” wawancara tanggal 22 Oktober 2010.
Sesuai dengan prinsip yang ada, dalam proses pengujian kendaraan bermotor untuk mengetahui apakah kendaraan tersebut laik uji atau tidak,
bagian-bagian kendaraan yang diperiksa dan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
1. Lampu Penerangan Lampu besar kiri kanan yang seharusnya berwarna putih yang
memenuhi syarat dan tidak menyilaukan. Lampu belakang dan lampu rem berwarna merah, lampu nomor, lampu samping, lampu petunjuk
arahrighting kekuatan sinar maupun warnanya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Peralatan sempurna dan memiliki syarat antara lain: a. Pesawat kemudi termasuk tire root, ball joinking pen, termasuk
lengan-lengan kemudibearinglaker harus baik; chamber, chaster roda, toe in maupun toe out harus sesuai dengan ketentuan.
commit to user
b. Rem: selang-selang maupun kampassepatu rem tidak ada kebocorankeausan dan bekerja sempurna.
c. Pesawat penutup suaraknalpot yang sempurna dan mengarah ke belakang.
d. Ban hidup yang layak pakai dan tidak aus. Ban depan tidak boleh vulkanisiran.
e. Sepasang kaca spion yang baik. f. Petunjuk arah righting sesuai dengan ketentuan.
g. Penghapus kacawiper berfungsi dengan baik. h. Sistem suspensi shock breaker, chasis dan perlengkapannya
harus sempurna. i. Rumah-rumah kabin, load bak harus baik dan kokoh di atas chasis.
j. Emisi gas buang: asap diesel smoke maksimal 50, CO maksimal 4,5, dan HC maksimal 1.200 ppm.
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap bagian-bagian yang ada di kendaraan diperlukan seorang tenaga yang mempunyai kemampuan atau
keahlian khusus yang mengetahui seluk beluk tentang pengujian. Berikut adalah pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Budiono selaku pegawai
fungsional di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor : “…tidak semua pegawai disini bisa menguji mbak soalnya alat
yang digunakan alat mekanik dan alat berat, selain itu kan pengujian itu harus akurat layak ya diluluskan kalo ga ya ga
diluluskan jadi butuh keahlian khusus. Kemampuan penguji di sini ada 4 tataran atau jenjang. Ada pemula, pelaksana,
pelaksana lanjutan, dan penyelia. Yang bisa jadi penguji
commit to user
adalah pegawai sini yang dapat SK pengujian. Masuk ke sini kita sekolah ke pendidikan khusus pengujian baru dapet SK
penguji. Pemula mengikuti pendidikan lagi masuk pelaksana, pelaksana masuk pelaksana lanjutan, dan setelah ikut
pendidikan lagi baru jadi penyelia. Jadi selalu bertahap ndak mungkin masuk langsung jadi penyelia tanpa melalui
pendidikan khusus…” wawancara tanggal 11 Oktober 2010
Pernyataan dari Bapak Boediono di atas menunjukkan bahwa agar pelaksanaaan kegiatan pengujian sesuai dengan yang diharapkan dan
akurat diperlukan petugas penguji atau tenaga ahli yang berpengalaman. Namun terdapat kendala dalam ketersediaan tenaga ahli, yaitu seperti yang
ditambahkan oleh Bapak Boediono sebagai berikut : “…biasanya dari pusat minta Dinas mengajukan berapa, kalo
minta 2 ya kita mengajukan 2 jadi ya ndak mengajukan seenaknya sendiri. Pendidikan biasanya di Tegal. Kalo
pendidikan dengan biaya sendiri itu mahal soalnya hanya 2 bulan tapi biayanya 10 juta. Kalo dari pusat tidak ada
pelatihan gratis ya itu yang membuat kita kurang tenaga terlatih. Saat ini personil penguji 5orang dengan 5000
kendaraan, jadi personil kurang. Sehari rata-rata yang datang 40 orang dengan penguji 5 orang tapi yang 1 merangkap
kepala
seksi jadi
ya hanya
4 orang
yang jadi
penguji.sebenarnya kalo jumlah personilnya bisa ditambah dan alat juga ditambah kita bisa membuka dua alur pengujian tiap
harinya. Kendaraan datang pertama diperiksa pemula, dari luar masuk ke pelaksana. Pemula juga diajari jadi penyelia apabila
penyelia sedang tidak ada di tempat…” wawancara tanggal 11 Oktober 2010
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kendala dalam proses pengujian adalah kurangnya tenaga ahli karena belum adanya penambahan
tenaga yang dilatih atau belum mempunyai SK pengujian. Sesuai dangan beberapa bendapat di atas secara umum
responsibilitas di seksi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan,
commit to user
Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dinilai sudah sangat baik karena sudah sesuai dengan prinsip dan kebijakan yang ada, hal ini
bisa dilihat dalam pemberian tanda kelulusan uji kelayakan hanya diberikan kepada kendaraan yang benar-benar secara teknis laik jalan,
selain itu proses pengujian juga dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kemampuan khusus dalam pengujian kendaraan bermotor untuk menguji
kendaraan sehingga dengan demikian kendaraan yang di uji benar-benar bisa dijamin keakurtannya apakah lulus uji atau tidak.
4. Indikator Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa jauh penyelenggaraan pelayanan public dapat dipertanggungjawabkan secara langsung atau tidak
kepada public, maupun kepada pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas
dalam penyelengaraan pelayanan public merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sebarapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan
pelayanan dengan petunjuk pelaksana yang menjadi dasar atau pedoman penyelenggaraan pelayanan kepada pihak yang memiliki kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban. Dalam penelitian tentang kinerja Dinas Perhubungan, Informatika,
dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor, akuntabilitas digunakan sebagai indicator
yang menunjukkan kesesuaian antara pelayanan pengujian kendaraan
commit to user
bermotor yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sesuai dengan perraturan yang ada dan
konsisten dengan kehendak masyarakat pengguna layanan yaitu masyarakat pemilik kendaraan bermotor.
Sebagai instansi pemerintahan di Kabupaten Sukoharjo, Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo
merupakan salah satu instansi pemerintahan yang diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam hal pengujian kendaraan bermotor. Dengan
demikian jelas terlihat jelas bahwa Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo merupakan sebuah instansi vertikal di
bawah Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo. Berkaitan dengan pertanggungjawaban Dinas Perhubungan,
Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berkaitan pengujian kendaraan bermotor
maka semua pihak yang memberikan pelayanan kepada masyarakat harus bekerja dengan penuh ketelitian, profesionalisme pegawai, dan
kedisiplinan. Selain itu kejelasan aturan termasuk kejelasan kebijakan dan peraturan perundang-undangan dalam bidang pengujian kendaraan
bermotor sangat diperlukan agar masing-masing pegawai mampu melaksanakan tugas dan wewenang dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut
perlu ditekankan mengingat tugas besar yang diberikan kepada Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai
satu-satunya instansi pemberi layanan dalam bidang pengujian kendaraan
commit to user
bermotor di kabupaten Sukoharjo, untuk itulah diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban sebagai bukti pelaksanaan tugasnya dalam periode
waktu tertentu. Mengenai laporan pertanggungjawaban di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo telah
dilaksanakan secara berkala. Hal tersebut seperti yang telah disampaiakan oleh Bapak Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pengujian Kendaraan
Bermotor sebagai berikut : “…Di sini di Dishubinfokom Kab.Sukoharjo ada laporan
per tiga bulan dan laporan tahunan, setiap seksi melaporkan pelaksanaan tugasnya, setelah semuanya terkumpul baru
dijadikan satu. Tidak hanya itu Mbak, setiap program yang kami laksanakan pasti kami buat laporannya. Jadi dari laporan
itu, nantinya akan diketahui hasil yang dicapai maupun hambatan-hambatan yang dihadapi sehingga untuk selanjutnya
dapat dilakukan perbaikan untuk program selanjutnya. Khusus untuk seksi pengujian kendaraan bermotor setiap hari kami
membuat laporan tentang berapa jumlah kendaraan yang melakukan pengujian dan berapa jumlah pendapatan yang
diperoleh dari retribusi pengujian…” wawancara tanggal 22 Oktober 2010
Dari pernyataan di atas jelas terlihat adanya mekanisme pertanggungjawaban kegiatan yang dilakukan secara berkala dari pegawai
ke Kepala Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Bupati Pemerintahan
Kabupaten Sukoharjo. Berkaitan dengan akuntabilitas keuangan, dalam menggunakan dan
mengelola dana Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo telah melaksanakan seluruh prosedur dan proses
administrasi keuangan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Berkaitan
commit to user
dengan anggaran yang digunakan oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo adalah sesuai yang diungkapkan
oleh Bapak Herry Febrianto Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor berikut ini :
“…Dalam melaksanakan kegiatan tahun 2009 Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten
Sukoharjo menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009. Secara
keseluruhan jumlah dana yang disediakan untuk mendukung kegiatan Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi
dari belanja langsung sebesar Rp. 1.339.122.000,00 namun untuk tahun 2009 hanya terealisasi 92,8…” wawancara
tanggal 28 Oktober 2010
Sesuai pendapat dari Bapak Herry Febrianto di atas jelas bahwa dalam melaksanakan kegiatan di Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo menggunakan dana yang bersumber dari APBD yaitu secara keseluruhan senialai Rp1.339.122.000,000 .
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : 1.
Belanja Pegawai : Rp. 442.012.500,00 2.
Belanja Barang dan jasa : Rp. 766.709.500,00 3.
Belanja Modal : Rp. 130.400.000,00
Dari keseluruhan dana tersebut semuanya dapat terealisasi sebesar Rp1.242.677.871,00 atau sebesar 92,8 .
Bapak Herry juga menambahkan : “...Dari kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan Dinas
Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo, selain menggunakan dana APBD juga terdapat
kegiatan yang menghasilkan pendapatan misalnya dari retribusi dan kemudian disetor seluruhnya ke kas daerah
commit to user
sebagai kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi
Kabupaten Sukoharjo
dalam rangka
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Biasanya kami melaporkan
secara berkala
dalam wujud
laporan pertanggungjawaban atau LAKIP sehingga bisa diketahui
seberapa besar pencapaian kinerja yang kita dapat dalam suatu periode...” wawancara tanggal 28 Oktober 2010.
Sesuai dengan pendapat Bapak Herry di atas dijelaskan bahwa pertanggungjawaban keuangan baik yang berasal dari APBD maupun dari
sektor retribusi dilaporkan secara periode dalam bentuk LAKIP. Dengan adanya laporan pertanggungjawaban tersebut bisa diketahui apakah
realisasi yang didapat sudah sesuai dengan target yang ditentukan. Adapun rincian LAKIP Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi
Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 adalah : Tabel : IV.8. Perbandingan Anggaran Kegiatan Tahun 2009 Antara
yang Direncanakan dengan Kenyataan No Uraian
Target Rp Realisasi Rp
Persentase
1 Retribusi
Pelayanan PersampahanKebersihan
2.038.000 2.066.850
101,42 2
Retribusi Parkir di tepi Jalan Umum
205.500.000 198.000.000
96,35 3
Retribusi Pengujian
Kend. Bermotor 480.000.000
448.310.000 93,40
4 Retribusi Jasa Terminal
873.132.000 690.212.300
79,05 5
Retribusi Penyeberangan di atas air
24.445.000 24.455.000
100,04 6
Retribusi Izin Trayek 18.000.000
18.413.400 102,30
7 Kue
Iklan dan
Pengumuman 15.840.000
16.120.000 101,77
JUMLAH 1.618.955.000 1.397.577.550
86,33
Sumber : Lakip Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2009
commit to user
Sesuai dengan tabel di atas berarti berarti bahwa pihak pegawai Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo,
masing-masing seksi harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kegiatannya dalam lingkup dinas sendiri secara periodik. Setelah itu
baru memertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Eko selaku salah satu staff di Seksi Pengujian Kendaaan Bermotor sebagai berikut :
“…Secara ekstern, kinerja kami berada dalam pengawasan dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Bupati secara periodik
menandatangani dan melakukan pengawasan semua kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam hal keuangan dan manajemen. Selain itu secara intern Kepala
Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi juga melakukan evaluasi dengan melakukan rapat koordinasi dalam
jangka waktu tertentu. Dalam rapat tersebut dapat diketahui bagaimana pelaksanaan suatu kegiatan, apa saja yang menjadi
hambatan dan kendalanya…” wawancara tanggal 22 Oktober 2010.
Dari apa yang telah dijelaskan oleh Bapak Eko di atas terlihat bahwa penyelenggaraan pelayanan di Dinas Perhubungan, Komunikasi,
dan Informatika Kabupaten Sukoharjo telah dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah sehingga akuntabilitasnya dapat dikatakan cukup baik.
Namun akan lebih baik lagi apabila pelaksanaan tugas dan kegiatan di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat pengguna jasa. Mengenai akuntabilitas kepada masyarakat ini dibenarkan oleh Bapak
commit to user
Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pemgujian Kendaraan Bermotor, yaitu sebagai berikut :
“…pertanggungjawaban kami kepada masyarakat terlihat dari masyarakat yang datang dan mengujikan kendaraannya, wujud
dari pertanggungjawaban kami adalah mengutamakan keselamatan dari kendaraan yang diuji karena output dari
pengujian
kendaraan bermotor
adalah agar
tercipta keselamatan. Kami memberikan tanda kelulusan uji bagi
kendaraan yang laik jalan. Selama ini saya kira tanggung jawab kami dalam mengeluarkan tanda lulus uji sudah baik
karena belum pernah saya mendengar terjadi kecelakaan di wilayah Kabupaten Sukoharjo dikarenakan adanya rem
blong…” wawancara tanngal 22 Oktober 2010
Sesuai hasil wawancara tersebut wujud pertanggungjawaban pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan,
Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo kepada masyarakat terlihat dari output pengujian kendaraan bermotor yaitu terciptanya
keselamatan transportasi dari pengguna kendaraan. Dari apa yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa
akuntabilitas Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi khususnya dalam pengujian kendaraan bermotor baik kepada pemerintah maupun
kepada masyarakat sudah cukup baik. Selanjutnya akuntabilitas Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dapat
dilihat dari tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya dalam proses pengujian kendaraan bermotor apakah sudah sesuai dengan peraturan yang
ada atau belum. Pegawai
di Dishubinfokom
Kabupaten Sukoharjo
dalam menjalankan tugasnya dalam bidang pengujian kendaraan bermotor tidak
commit to user
boleh terlepas dari peraturan yang telah ditetapkan. Peraruran tersebut tercermin dalam peraturan daerah atau undang-undang sebagai petunjuk
pelaksanaan. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Oktober 2001 Pemerintah Kabupaten Sukoharjo menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun
2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, dan pada tanggal 20 November 2003 dilakukan perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 28
Tahun 2003. Dengan demikian peraturan yang saat ini dijadikan acuan oleh pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo seksi pengujian
kendaraan bermotor dalam menjalankan tugasnya adalah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2003. Pihak Dinas Perhubungan,
Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam melakukan pengujian kendaraan bermotor dikatakan mempunyai akuntabilitas yang
tinggi apabila pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan apa yang diatur dalam Perda Nomor 28 Tahun 2003. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Herry Febrianto selaku kepala seksi pengujian kendaraan bermotor, yaitu sebagai berikut :
”... tentu kami menjalankan segala sesuatu ngikutin apa yang diatur dalam undang-undang kalo tidak ya nanti malah
menyalahi aturan. Dulu yang jadi patokan adalah Perda No 29 Tahun 2001 namun sejak bulan November 2003 diganti
dengan Perda No 28 Tahun 2003. Sebenarnya kedua Perda tentang pengujian kendaraan bermotor tersebut intinya adalah
sama namun terdapat perubahan pada besarnya tarif retribusi. Jadi ya penarikan tarif retribusi yang kita lakukan berdasarkan
Perda tersebut, saat Perdanya telah berubah kita narik tarifnya
commit to user
juga berubah berasarkan apa yang ada di Perda ...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Bapak Boediono selaku pegawai fungsional di seksi pengujian kendaraan bermotor juga menambahkan tentang perubahan Perda, yaitu
sebagai berikut : ”...Pada Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29
Tahun 2001, struktur dan besarnya tarif retribusi dibedakan berdasarkan jenis kendaraan bermotor yang diuji, sedangkan
pada Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003, struktur tarif digolongkan berdasarkan jumlah berat
yang diperbolehkan dan jenis kendaraan bermotor yang diuji...” wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa perubahan yang dilakukan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29
Tahun 2001 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003 adalah
pada dasar penetapan struktur dan besarnya tarif serta kenaikan tarif retribusi pengujian kendaraan bermotor.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001, tarif retribusi pengujian kendaraan bermotor diatur dalam pasal 9
yang bunyinya sebagai berikut : 1 Struktur dan besarnya tarif retribusi dibedakan berdasarkan
berdasarkan jenis kendaraan bermotor yang diuji. 2 Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Tarif Retribusi Pengujian 1 Mobil Penumpang Umum
Rp19.000,00 2 Mobil bus, mobil barang, dan
Rp23.500,00
commit to user
kendaraan khusus 3 Kereta Gandengan dan Kereta
Tempelan Rp21.000,00
b. Biaya Pengganti tanda uji berkala, baut, kawat, dan segel
Rp 2.500,00
c. Biaya Pengganti Buku Uji Berkala Rp 5.000,00
d. Biaya Pemeriksaan kondisi teknis kendaraan yang akan dilelang:
1 Roda dua Rp10.000,00
2. Roda empat atau lebih Rp20.000,00
Sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003, struktur dan besarnya tarif retribusi pengujian
kendaraan bermotor mengalami perubahan sebagai berikut. Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor Lembaran Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2001 Nomor 46, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 82 diubah
sebagai berikut: Pasal 9
1 Struktur tarif digolongkan berdasarkan jumlah berat yang
diperbolehkan dan jenis kendaraan bermotor yang diuji. 2
Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini adalah sebagai berikut:
OBJEK RETRIBUSI TARIF
Rp a. Pengujian Kendaraan
1. Mobil Penumpang Umum 23.500,00
2. Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan dan kereta
tempel dengan
jumlah berat
yang
commit to user
diperbolehkan a Kurang dari 3.500 kg
26.000,00 b 3.500 kg – 8.000 kg
30.000,00 c Lebih dari 8.000 kg
35.000,00 b. Pengganti tanda uji berkala, baut, kawat, dan
segel 5.000,00
c. Pengganti Buku Uji 7.500,00
d. Rekomendasi mutasi keluar daerah 15.000,00
e. Pemeriksaan kondisi teknis kendaraan yang akan dilelang
1. Roda dua 15.000,00
2. Roda empat atau lebih 30.000,00
Sumber : Perda N0.28 tahun 2003
Sebagai bagian dari tanggung jawabnya pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam menentukan besarnya tarif yang harus
dipungut adalah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan di Perda Nomer 28 Tahun 2003 seperti yang tertera di atas. Perubahan tarif dalam Perda
tersebut dilakukan dengan adanya alasan yang kuat sehingga bukan asal- asalan menaikkan tarif retribusi, tentang perubahan tarif ini adalah sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Bapak Herry Febrianto Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai berikut :
”...dulu pernah ada yang protes waktu tarif naik Mbak, ada yang mengira pihak kita yang menaikkan tarif soalnya
.masyarakat awam kan kadang mikirnya kalo berurusan dengan uang arahnya ke korupsi atau pungutan liar padahal
tarif retribusi itu naik juga karena kita menyesuaikan Perda yang baru. Sebenarnya prinsip dan sasaran dalam penetapan
struktur
besarnya perubahan
tarif retribusi
tersebut dimaksudkan
untuk menutup
biaya penyelenggaraan
pengujian kendaraan
bermotor namun
tetap dengan
mempertimbangkan kemampuan
masyarakat. Dengan
demikian, pembaharuan
peraturan kenaikan
retribusi mempunyai makna strategis bagi pemerintah daerah sebagai
pilihan untuk
meningkatkan pendapatan
sejak diberlakukannya otonomi daerah. Biaya pengujian kendaraan
bermotor tersebut meliputi biaya pendaftaran, biaya pemeriksaan, biaya pembubuhan tanda uji, serta biaya
commit to user
pembuatan dan pemasangan tanda samping. Selain itu, dikenakan pula biaya penggantian tanda uji, termasuk baut,
kawat, dan segel, serta penggantian buku uji berkala...” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Dari uraian di atas, dalam menentukan perubahan besarnya tarif baru retribusi pengujian kendaraan bermotor juga memepertimbangkan
beberapa faktor, utamanya faktor ekonomi. Tujuan dari kenaikan terif retribusi tersebut adalah untuk menutup biaya penyelenggaraan pengujian
kendaraan bermotor dan menaikkan pendapatan daerah dari sektor retribusi sejak diberlakukannya otonomi daerah.
Dalam menentukan struktur dan besarnya tarif retribusi, pemerintah dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Di satu sisi pemerintah tidak mau
membebani masyarakat dengan tarif retribusi yang semakin tinggi, tapi di sisi lain adanya target pendapatan yang selalu mengalami peningkatan tiap
tahun memaksa pemerintah harus menaikkan tarif retribusi. Tanggung jawab pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam usaha
pencapaian target retribusi adalah seperti dikatakan oleh Herry Februanto, Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Sukoharjo
sebagai berikut : ”...sebenarnya kebijakan menaikkan tarif retribusi pengujian
kendaraan bermotor adalah hal yang tidak bisa dihindari lagi walaupun sebenarnya sangat berat buat masyarakat karena
semakin sulitnya kondisi perekonomian saat ini, tapi kami dari pihak Dishubinfokom sebagai SKPD harus menjalankan
segala sesuatu sesuai peraturan tentang tarif tang disebutkan di perda, selain itu adanya tuntutan akan target sehingga apabila
pemerintah ingin mencapai target pendapatan dari retribusi ini maka retribusi perlu dinaikkan. Setiap tahun kami harus
commit to user
berusaha untuk menutup target yang telah ditentukan....” wawancara tanggal 12 Oktober 2010
Bapak Boediono selaku pegawai fungsional di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor menambahkan bahwa :
”...Kenaikan tarif retribusi tersebut disebabkan karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa waktu yang lalu
yang berpengaruh pada kenaikan harga suku cadang alat pengujian kendaraan bermotor seperti plat uji, buku uji, serta
perlengkapan lainnya Di samping itu, adanya ketentuan bahwa setiap objek pendapatan agar selalu meningkatkan targetnya
secara incremental juga menjadi alasan dari kebijakan ini agar pemerintah bisa mencapai target pendapatan yang sudah
ditetapkan...” wawancara tanggal 11 Oktober 2010
Dari beberapa pernyataan di atas jelas bahwa kenaikan tarif dalam retribusi adalah sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, bukan
karena keinginan dari pegawai semata. Jadi wujud akuntabilitas pegawai di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Seksi Pengujian Kendaraan
Bermotor dalam pemungutan tarif retribusi sudah menginguti peraturan yang ditetapkan di Perda Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Pengujian
Kendaraan Bermotor. Akuntabilitas pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo juga bisa
dilihat dalam melakukan proses pengujian kendaraan bermotor pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor harus memperhatikan persyaratan
pengujian dan berbagai prosedur sebelum melakukan pengujian. Berkaitan dengan alur proses pengujian, persyaratan apa saja yang harus dipenuhi
saat proses pengujian, dan besarnya tarif retribusi pengujian pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo telah berusaha transparan yaitu
commit to user
dengan memasang di papan pengumuman yang telah disediakan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Darmono pemilik truk
berikut ini : ”...saya tahu syarat apa saja yang dibawa dan berapa banyak
biaya pengujian dari yang ditempel di papan pengumuman mbak. Misalnya kendaraan yang terlambat diujikan akan
dikenai denda Rp7000,-.Disana juga jelas tertera proses pengujian itu alurnya kaya apa. Kalo saya masih bingung ya
saya tanya...” wawancara tanggal 22 Oktober 2010
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor memiliki
tanggung jawab yang besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang tarif biaya retribusi, syarat-syarat yang harus
dilengkapi, dan kejelasan alur proses pengujian. Begitu pentingnya kedudukan peraturan daerah yang menopang
proses pengujian kendaraan bermotor maka kejelasan prosedur pengujian kendaraan bermotor merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan.
Proses yang dilalui dalam pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :
1. Pemohonpemilik kendaraan wajib uji membawa kendaraan ke lokasi pengujian.
2. Pemohonpemilik kendaraan mendaftar pada petugas pendaftaran. 3. Petugas pendaftaran memeriksa berkas kelengkapan persyaratan
pengujian.
commit to user
4. Jika persyaratan telah lengkap, petugas menerbitkan Surat Keputusan Retribusi Daerah SKRD, pemohon membayar retribusi sesuai
ketentuan, dan kendaraan dibawa ke gedung pengujian untuk dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap bagian-bagian
kendaraan bermotor. 5. Selama kendaraan diperiksa dan diuji, petugas administrasi memproses
administrasi pengujian kendaraan, yaitu mempersiapkan kartu induk pemeriksaan, buku uji, dan plat uji.
6. Jika hasil pemeriksaan dan pengujian kendaraan dinyatakan lulus, dilakukan pemasangan tanda uji dan pengecatan tanda samping. Proses
pengujian selesai dan buku uji diserahkan. 7. Jika hasil pemeriksaan dan pengujian kendaraan dinyatakan tidak
lulus, pemohon wajib memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian ulang.
Prosedur yang telah dijelaskan di atas adalah wajib dilalui oleh masyarakat yang mengujikan kendaraannya untuk bisa mendapatkan tanda
bukti lulus uji. Sehingga lama atau tidaknya proses pengujian juga tergantung pada kelancaran proses dan langkah-langkah di atas. Namun
pada dasarnya apabila masyarakat telah memahami langkah-langkah dan persyaratan pengujian maka sesungguhnya prosedur pengujian kendaraan
bermotor tidaklah sulit. Hal ini adalah sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pengujian Kendaraan
Bermotor berikut ini :
commit to user
’...pada dasarnya prosedur pengujian kendaraan bermotor bukan hal yang sulit asal masyarakat yang mau mengujikan
kendaraannya datang ke sini dengan membawa kelengkapan syarat-syarat pengujian. Bila ada persyaratan yang kurang
jelas bisa langsung ditanyakan kepada kami. Setelah administasi dan syarat lengkap kami bisa langsung menguji
kendaraannya untuk diketahui apakah layak jalan atau tidak...” wawancara tanggal 22 Oktober 2010
Lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan alur pengujian berikut : Gambar IV.2 ALUR PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Pemohon pemilik kendaraan
Petugas Pendaftaran memeriksa kelengkapan
persyaratan
Bendahara Pengeluaran Pembantu
BEND. 26
Administrasi Pengujian Kendaraan
Proses :
Kartu Induk Pemeriksaan Buku Uji
Plat Uji Gedung Pengujian
Proses PengujianPemeriksaan
Kendaraan Bermotor
Hasil Pemasangan Tanda Uji dan
Pengecatan Tanda Samping
Selesai
Memperbaiki
kekurangan Lulus
Tidak Lulus
commit to user
Dengan demikian, sesuai dengan tanggung jawabnya tanpa melalui alur diatas pegawai di seksi pengujian bermotor tidak bisa melakukan
proses pengujian. Selain itu pemilik kendaraan bermotor juga harus melengkapi persyaratan uji terlebih dahulu. Karena tanpa kelengkapan
persyaratan uji kendaraan yang datang tidak bisa diujikan, maka kelengkapan persyaratan merupakan hal yang penting untuuk diperhatikan.
Sesuai dengan Perda Nomor 28 Tahun 2003 tersebut persyaratan yang harus dilampirkan dalam proses pengujian kendaraan bermotor antara lain
sebagai berikut. 1. Persyaratan uji pertama:
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK, b. Khusus kendaraan umum: Surat Persetujuan Izin Trayek SPIT,
c. Settifikat Regristasi Uji Tipe SRUT, d. Khusus mobil tangki: Surat Tera.
2. Persyaratan uji berkala: a. Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK,
b. Buku Uji, c. Untuk kendaraan umum: Izin Usaha,
d. Untuk kendaraan tidak umum: Surat Izin Usaha Perusahaan SIUP Persyaratan yang telah disebutkan di atas wajib dilengkapi oleh
pemilik kendaraan yang akan mengujikan kendaraannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budiono selaku pegawai fungsional di seksi
pengujian kendaraan bermotor, yaitu sebagai berikut :
commit to user
“…pemilik kendaraan harus datang melengkapi syarat uji dan melengkapi biaya administrasi di bagian pendaftaraan dulu
mbak baru nanti kami layani. Kalo persyaratan belum dillengkapi kami tidak bisa menguji kendaraannya karena
sama aja itu melanggar peraturan. Dulu pernah kejadian ada pemilik kendaraan umum dari Kartusoro lupa tidak membawa
Surat Persetujuan Izin Trayek SPIT dan ngotot ingin kendaraannya tetap diujikan, tapi kita juga tetap pada prinsip
bahwa apabila persyaratan tidak lengkap kendaraan tidak bisa diuji. Sebenarnya kasihan juga jauh-jauh dari Kartusuro hanya
karena satu surat tidak jadi melakukan pengujian, tapi ya gimana lagi kita bertugas berdasar peraturan dan di peraturan
sudah jelas tertera pemilik kendaraan harus melengkapi persyaratan sebelum melakukan pengujian. Memang hal-hal
seperti ini yang sering tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Di satu sisi tanggung jawab kami harus bertindak
sesuai peraturan namun di sisi lain kami juga ga tega lihat masyarakat tidak jadi mengujikan kendaraannya hanya karena
satu surat yang ketinggalan…” wawancara tanggal 11 Oktober 2010.
Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Wakijo pemilik truk, yaitu sebagai berikut:
“…memang mbak kalo kami tidak mengompliti syarat ya kami ndak mendapat pelayanan. Kan persyaratan dan besarnya
tarif sudah ditempel di papan pengumuman jadi ya ndak ada alasan buat tidak melengkapi syarat. Pegawai sini juga patuh
pada prosedur, kalo kurang satu syarat pun ya ndak jadi menguji…” wawancara tanggal 12 Oktober 2010.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pegawai di seksi pengujian kendaraan bermotor sudah melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawabnya, yaitu tidak melanggar peraturan yang ada, hal ini bisa dilihat ketika ada pemilik kendaraan yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan di
alur pengujian yaitu tidak melengkapi persyaratan uji maka proses pengujian tidak bisa berlangsung. Pegawai mengikuti peraturan yang
commit to user
ditetapkan bahwa kendaraan bisa melakukan pengujian apabila mengikuti alur pengujian dan melengkapi semua persyaratan, sehingga apabila ada
persyaratan yang tidak dilengkapi maka pegawai tidak bisa melakukan proses pengujian.
Dari beberapa pernyataan yang disebutkan di atas, secara umum akuntabilitas yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor sudah bagus. Pertanggungjawaban kepada masyarakat ditunjukkan dengan
mengutamakan keselamatan
dalam berkendara.
Sedangkan pertanggungjawaban secara vertikal yang dilakukan kepada Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo sudah dilakukan secara berkala dan pelaksanaan kegiatan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan apa yang ditetapkan
di Perda Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor.
commit to user
Tabel IV. 7. MATRIK HASIL PENELITIAN KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI
KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
No Indicator
Hasil Penelitian
1. Tangible - Lokasi penelitian strategis dan mudah
dijangkau. - Alat pengujian sudah lengkap namun
hanya berjumlah satu paket sehingga hanya ada satu alur pengujian.
- Kurangnya perawatan terhadap peralatan uji.
- Kurangnya inventaris kantor seperti kipas angin, computer, dan ruang kerja yang
kurang memadahi. - Ruang tunggu untuk pemilik kendaraan
bermotor kurang mencukupi. 2. Responsivitas
- Pihak Dishubinfokom
Kabupaten Sukoharjo berusaha menanggapi keluhan
masyarakat dengan menyediakan kotak saran dan bersikap ramah saat melakukan
pengujian
- Pihak Dishubinfokom
Kabupaten Sukoharjo kurang menanggapi semua
keluhan masyarakat khususnya terkait penyediaan ruang tunggu.
- Pihak Dishubinfokom
Kabupaten Sukoharjo
kurang tanggap
dalam menyikapi jumlah kendaraan wajib uji
yang elalu berubah-ubah. - Pihak
Dishubinfokom Kabupaten
Sukoharjo hanya bersikap apatis dalam menyikapi kendaraan wajib uji yang tidak
melakukan pengujian.
3. Responsibilitas - Pihak Dishubinfokom hanya memberikan
tanda lulus uji terhadap kendaraan yang secara
teknis laik
uji karena
mengutamakan keselamatan dan sesuai dengan peraturan.
commit to user
- Proses pengujian dilakukan oleh pegawai di Dishubinfokom yang ahli dan sudah
mempunyai SK penguji serta telah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusu
terkait pengujian kendaraan.
4. Akuntabilitas - Mekanisme
pertanggungjawaban secara
vertikalvdilakukan secara
berkala dari
pegawai di
Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dan
selanjutnya dilaporkan
ke Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
- Dalam melaksanakan proses pengujian kendaraan
bermotor telah
sesuai dengan Perda dan aturan yang telah
ditetapkan. - Pertanggungjawaban
kepada masyarakat
ditunjukkan dengan
mengutamakan keselamatan
dalam berkendara.
commit to user
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DINAS