KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
commit to user
i
KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN
KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM
PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR
Disusun Oleh :
DWI UTAMI NORMA WIJAYA D 0107044
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Dra. Hj. Lestarinigsih, M.Si Nip . 195310091980032003
(3)
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :
1. Drs. H. Marsudi, M.Si (……….) NIP. 195508231983031001 Ketua
2. Herwan Parwiyanto, S.Sos.M.Si (……….) NIP. 197505052008011033 Sekretaris
3. Dra. Hj. Lestariningih, M.Si. (………..) NIP. 195310091980032003 Penguji
Mengetahui, Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi SN., SU NIP. 195301281981031001
(4)
commit to user
iv
MOTTO
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangatlah berat, kecuali
bagi orang yang khusyu (Q.S. Al Baqarah : 45)
Tiada yang mustahil dari perjuangan, kesabaran, dan doa. Kita hanya memerlukan napas panjang dan inovasi tiada henti untuk mengarahkan perahu kehidupan pada pelabuhan
harapan (Anne Avantie)
Sikap menunda-nunda adalah satu dari penyakit yang paling umum dan mematikan, dan itu membuat jalan kepada
kesuksesan dan kebahagiaan menjadi berat.
(Wayne Gretzky)
Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka
(Eleanor Roosevelt)
Kerjakanlah sesuatu yang membawa berkah untukmu dan untuk orang-orang yang kamu sayangi
(5)
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
karya sederhana ini penulis persembahkan
kepada:
Ayah Ibuku tercinta yang telah memberi kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan yang tak henti-hentinya untukku;
Mas Eko dan Mbak Pipit yang telah berusaha memberikan yang terbaik buatku;
Keponakanku tersayang Yuris Gahara Aulia Hartanto dan Lais Arsalan Farzana Hartanto,,,Love u aLL
Special thank’s to Rokki Harris atas cinta dan kasih sayang selama ini, yang selalu setia menemaniku dan menjadi semangatku dalam menggapai masa depanku;, ******you are my everything******
(6)
commit to user
vi
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam Pengelolaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial Universitas Sebelas Maret .
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan dan penyusunan skripsi ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima pemikiran serta dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si. selaku pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
(7)
commit to user
vii
2. Drs. Suharsono, M.S selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. H. Supriyadi SN., SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.
6. Bapak Drs. Rusmanto, S.H selaku Kepala Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor dan segenap pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor yang telah memberikan bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini.
8. Masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang banyak memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga besarku, ayah, ibu, dan kakakku yang telah memberikan doa, semangat, dan nasihat.
10. Rokki Harris, yang selalu setia menemaniku dan menjadi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku Fariza, Ria, Lisa, Yunita, Amel, dan Kiki terima kasih kalian telah memberikan warna yang berbeda buat hari-hariku selama ini.
(8)
commit to user
viii
12. Teman-teman AN’07, Ike, Lusi, Ripi, Titi, Wulan, Wiji, Farah, Intan, Mpep, Yoga, Adit, Candra, Ipunk, dan semua teman-temanku yang tidak bisa kusebutkan satu per satu terima kasih atas kebersamaan yang solid selama ini. 13. Penghuni “wisma putri nita” Dewi, Dita, Peni, Ria, Like, Desti, Nadya, dan
teman-teman kos lainnya terima kasih atas kehangatan kita selama ini.
14. Anak-anak “wisma ganteng” Danil, Bang Angga, Rama, Mas Henry, Galih, dan Agung, terima kasih kalian selalu ada saat aku butuh.
15. Para guru dan dosen, yang telah membimbing dari TK sampai Universitas terima kasih atas ilmu dan pengabdian yang kalian berikan.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, spiritual, maupun pengetahuan kepada penulis pada saat kuliah maupun pada saat penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Januari 2011
(9)
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ………. . xv
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Perumusan Masalah ………. 16
C. Tujuan Penelitian……… …. 16
D. Manfaat Penelitian……….... 17
BABII TINJAUAN PUSTAKA……… 18
A. KINERJA ……… 18
1. Pengertian Kinerja……… 18
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ……… 20
(10)
commit to user
x
B. RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR …… 42
1. Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada APBD……… 42
2. Keuangan Daerah ……….. 44
3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ……….. 45
4. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ……… 46
C. KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR……….. 50
D. KERANGKA BERPIKIR ……….. 56
BABIII METODE PENELITIAN………... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 68
A. DISKRIPSI LOKASI ………. 68
1. Gambaran Umum Kabupaten Sukoharjo ………. 68
2. Gambaran Umum Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ……… 69
B. PEMBAHASAN……….. 82
1. Indikator Tangible ……….. 84
2. Indikator Responsivitas ……….. 95
3. Indikator Responsibilitas ……… 104
(11)
commit to user
xi
C. FAKTOR YA NG MEMPENGARUHI KINERJA …………. .. 131
1. Faktor Internal… ………... 131
2. Faktor Eksternal…….. ……… 136
BAB IV PENUTUP ………..……… 138
A. Kesimpulan ……… 138
B. Saran ………. 142
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel: Halaman
Tabel I.1. Anggaran Pendapatan Asli Daerah kabupaten Sukoharjo
Tahun 2008………... 7
Tabel 1.2. Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2009 ... 8
Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor (Dalam Ribuan Rupiah) ... 11
Tabel I.4. Penerimaan retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2005-2009 ... 11
Tabel I.5. Potensi Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2008 dan 2009... ... 13
Tabel IV.1. Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaen Sujoharjo Berdasarkan Status.………. 72
Tabel IV.2. Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Struktur Organisasi ... 72
Tabel IV.3 Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... ... 73
Tabel IV.4 Daftar Inventaris Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2010………... 87
Tabel.IV.5 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2007……….. ... 91
Tabel IV.6 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2008……… ... 92
Tabel IV.7 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2009……… ... 93
Tabel IV.8 Perbandingan Anggaran Kegiatan Tahun 2009 Antara yang Direncanakan dengan Kenyataan... ... 114
Tabel IV.9. Matrik Hasil Penelitian Kinerja Dishubinfokom Kab.Sukoharjo ………. ... 129
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar: Halaman
Gambar II.1. Bagan Kerangka Berfikir………... 59 Gambar IV.1. Bagan Struktur Organisasi Dishubinfokom Kab. Sukoharjo... 81 Gambar IV.2. Gambar Alur Pengujian Kendaraan Bermotor……….. 125
(14)
commit to user
xiv
ABSTRAK
Dwi Utami Norma Wijaya, D 0107044, “Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Pengelolaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten Sukoharjo sehingga perlu dilakukan pengelolaan agar pendapatan dari retribusi ini bisa sesuai dengan target yang dianggarkan. Pada tahun 2008 dan 2009 pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor tidak bisa menutup target yang telah dianggarkan. Tidak tecapainya target pada tahun tersebut dikarenakan tidak semua kendaraan wajib uji melakukan pengujian.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk validitas datanya menggunakan teknik trianggulasi data dan analisa data yang digunakan adalah analisa model interaktif yaitu reduksi data, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor dikatakan sudah cukup baik namun masih terdapat beberapa kekurangan. Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo diukur dari beberapa indicator, yaitu tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Dari indicator tangible dan responsivitas Kinerja Dishubinfokom masih kurang maksimal, sedangkan dari indikator responsibilitas dan akuntabilitas kinerja Dishubinfokom sudah cukup baik. Dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari sumber daya manusia penguji, sarana prasaranan kedinasan, dan kondisi lingkungan fisik. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor ekonomi, kesadaran pemilik kendaraan bermotor, dan banyaknya kendaraan yang pindah ke daerah lain atau mutasi.
(15)
commit to user
xv
ABSTRACT
Dwi Utami Norma Wijaya, D 0107044, “The Performance of Transportation, Information and Communication Official at Sukoharjo Regency to Manage Retribution of Motor Vehicle Inspection”. Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.
Retribution of Motor Vehicle Inspection is one of Sukoharjo Regency income sources. Retribution has a significant role to contribute PAD of Sukoharjo Regency, so it need to manage revenues from this retribution be in accordance with the budgeted target. In 2008 and 2009, income from retribution of testing motor vehicles does not reach targets that have been budgeted. Unreach the target in that year, becaused that not all compulsory vehicle test do the test.
This research aim to find out how the Performance of Transportation, Information and Communication Services at Sukoharjo Regency to Manager of Motor Vehicle Inspection Retribution was.
The study was descriptive qualitative. Methods of data collection were interviews, observation, and documentation. For data validity data, the researcher used triangulation techniques and data analysis was the analysis of thought that used an interactive model of data reduction, data collection, and conclusion
Based on research of the results, it was known that the performance of Transportation, Information, and Communication Official to Manage Retribution of Motor Vehicle Inspection was said to have quite good but there were still some disadvantages. The performance of Transportation, Information, and Communication Services at Sukoharjo Regency was measured from several indicators that were tangible, responsiveness, responsibility, and accountability. From tangible and responsiveness indicators, Dishubinfokom was still less than maximum, while from responsibility and accountability indicator, the performance of Dishubinfokom was good enough. In the testing of motor vehicles must not be separated from the factors that affect, both internal and external factors. Internal factors consists of the human resources, official infrastructure, and physical environments. Whereas external factors consists of economic factors, awareness of vehicle owners, and of vehicles that move to another area or mutation.
(16)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan makna tersendiri terhadap penyelenggaraan otonomi daerah di masa yang akan datang bila dibandingkan dengan penerapan asas desentralisasi dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah mempunyai hak yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian maupun evaluasi yang didukung oleh pembagian, pengaturan dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Penyelenggaraan otonomi daerah, tidak dapat lepas dari masalah pembiayaan dan penganggaran sebagai ujung tombak tercapainya pembangunan pemerintahan di daerah. Dalam hal ini adanya usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, adalah langkah yang harus dilakukan oleh semua daerah. Berdasarkan pada argumen di atas, maka Pemerintah Daerah (Pemda) harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadahi untuk
(17)
commit to user
membiayai otonominya. Kapasitas keuangan daerah akan sangat menentukan kemampuan Pemda dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah agar memungkinkan daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai konsekwensi daerah agar dapat dapat membiayai rumah tangganya sendiri, maka daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber – sumber pendapatan asli daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Dalam penjelasan umum Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, di jelaskan :
a) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di perlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber – sumber pendapatan asli daerah sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan, antara pemerintahan pusat dan daerah serta antara Propinsi dan Kabupaten / Kota yang merupakan prasarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.
b) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaran Otonomi Daerah menuntut adanya kesiapan sumber daya dan sumber dana,
(18)
commit to user
responsibilitas serta akuntabilitas dari tiap – tiap daerah. Sejalan dengan itu penyelenggaraan Pemerintah Daerah di dukung adanya Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah yang di sesuaikan dengan potensi dan kebutuhan daerah.
Menurut Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa sumber penerimaan keuangan daerah adalah :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari : 1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. 4. Lain-lain PAD yang sah.
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih didominasi oleh bantuan dan sumbangan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat, baik dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dana bagi hasil, sedangkan porsi PAD masih relatif kecil. Secara rata-rata nasional, PAD hanya memberi kontribusi sekitar 12 – 15 persen dari total penerimaan daerah, sedangkan yang 70 persen masih menggantungkan sumbangan dana perimbangan dari pemerintah pusat. Kenyataan tersebut
(19)
commit to user
menuntut Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan PAD sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan dari Pemerintah Pusat.
PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya, penyediaan dana yang bersumber pada PAD seyogyanya harus mempertimbangkan efisiensi, efektifitas dan hemat, sehingga tidak menurunkan standard pelayanan kepada masyarakat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksanakan APBD adalah bagaimana meningkatkan pendapatan daerah melalui Pajak dan Retribusi Daerah tanpa harus menambah beban masyarakat.
Undang-undang yang memuat ketentuan tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan pengertian dari Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
(20)
commit to user
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Pemerintah daerah diharapkan senantiasa meningkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pusat, sehingga dapat meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah (local discretion). Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan daerah adalah dengan menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) riil yang dimiliki, terutama dari sektor pajak dan retribusi sebagai komponen penyumbang PAD yang terbesar dengan cara menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pendapatan. Namun yang harus diingat bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang :
a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi ; dan
b. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan impor/ekspor.
Dengan demikian, daerah harus diberi kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri sehingga cukup memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut, daerah otonomi harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Pengelolaan dan penggunaan keuangan sendiri tersebut
(21)
commit to user
harus cukup untuk memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Namun pada saat ini, yang terjadi di sebagian besar daerah, konstribusi yang disumbangkan oleh PAD terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah belum memadai dan relatif masih kurang.
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten Sukoharjo. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dikelola oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo, namun mulai akhir tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sukoharjo Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaaan diganti dengan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi. Sehingga mulai akhir tahun 2008 retribusi pengujian kendaraan bermotor dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.
Sebagai gambaran bahwa pada tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo dianggarkan sebesar Rp43.081.307.750,00. Angka tersebut terdiri atas Pajak Daerah sebesar Rp14.749.035.600,00, Retribusi Daerah sebesar Rp17.005.749.950,00, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp2.583.670.000,00, dan Lain-Lain
(22)
commit to user
Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp8.742.852.200,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.
Tabel I.1 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 NOMOR
URUT URAIAN JUMLAH
1.1 Pendapatan Asli Daerah 43,081,307,750 1.1.1 Pajak Daerah 14,749,035,600 1.1.2 Retribusi Daerah 17,005,749,950 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
2,583,670,000 1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
8,742,852,200 Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2008
Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa pada tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo dari sektor retribusi adalah sebesar Rp17.005.749.950,00. Dari jumlah tersebut sebesar Rp 1.779.178.300,00 atau sebesar 10,46% dikelola oleh Dinas Perhubungan,Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp516.000.000,00 pada tahun 2008. Ini berarti Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dianggarkan menyumbang 1,20% Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo atau menyumbang 3,03% Retribusi Daerah.
Sedangkan pada tahun 2009 Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ditarget sebesar Rp1.618.955.000,00. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang Rp480.000.000,00 atau sebesar 29,64% dari target retribusi. Untuk lebih
(23)
commit to user
jelasnya rincian Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :
TABEL I.2 Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Tahun 2009.
No Uraian Target (Rp)
Persentase (%) Terhadap
PAD
(1) (2) (3) (4)
1 Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
2.038.000 0,12
2 Retribusi Parkir di tepi
Jalan Umum
205.500.000 12,69
3 Retribusi Pengujian Kend.
Bermotor
480.000.000 29,64
4 Retribusi Jasa Terminal 873.132.000 53,93
5 Retribusi Penyeberangan
di atas air
24.445.000 1,501
6 Retribusi Izin Trayek 18.000.000 1,11
7 Kue Iklan dan
Pengumuman
15.840.000 0,97
JUMLAH 1.618.955.000 99,97
Sumber: Dishubinfokom Kab Sukoharjo Tahun 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Retrbusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditargetkan menyumbang PAD sebesar 29,6% total penerimaan daerah. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pengelola, menerapkan aturan-aturan dalam penarikan Retribusi khususnya retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
(24)
commit to user
Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.
Penerbitan Peraturan Daerah tersebut merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi sehingga pemerintah memiliki landasan hukum yang pasti dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan penarikan retribusi daerah.
Dalam pelaksanaan Perda Nomor 28 Tahun 2003 tentang retribusi pengujian kendaraan bermotor ini tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang selalu timbul. Permasalahan-permasalahan tersebut dilatarbelakangi oleh sistem dan prosedur, sarana dan prasarana yang ada, sumber daya manusia dari personil, kesadaran dari pemilik kendaraan untuk melakukan wajib uji, serta kondisi perekonomian yang selalu berubah-ubah. (Sumber : LAKIP Dishubinfokom Kab.Sukoharjo tahun 2009).
Selain itu kendala yang sering dijumpai dalam proses pengujian adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak memenuhi syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar dinyatakan lulus uji. Tidak jarang petugas/penguji harus adu argumentasi dengan para pemilik kendaraan tentang hal ini. Seperti disampaikan oleh Bapak Budiyono, seorang penguji kendaraan di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo :
(25)
commit to user
”Kami sering terpaksa harus adu argumentasi dengan pemilik kendaraan yang tidak lulus uji. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk keselamatan mereka sendiri. Kami tidak mungkin memberikan tanda pengesahan lulus uji bila memang ada bagian-bagian tertentu dari kendaraan tersebut yang secara teknis tidak laik jalan.” (wawancara tanggal 21 September 2010).
Fenomena di atas menunjukkan bahwa dalam proses pengujian, pemerintah dihadapkan pada dua sisi kepentingan yang bertolak belakang. Di satu sisi, pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus bisa meningkatkan pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor agar bisa mencapai target yang telah ditetapkan serta tuntutan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat melalui prosedur yang mudah dan praktis. Di sisi lain, petugas harus bersikap tegas dalam meningkatkan proses pengujian kendaraan bermotor demi keselamatan pengguna kendaraan dan penumpang umum, khususnya di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
Mengingat begitu besarnya kontribusi dari retribusi pengujian bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo maka Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pengelola pengujian kendaraan bermotor harus meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor sehingga hasil yang didapat dari pengujian kendaraan bermotor ini bisa mencapai target pendapatan sesuai yang ditentukan. Namun dalam dua tahun terakhir, yaitu tahun 2008 dan 2009 Dinas
(26)
commit to user
Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dihadapakan pada permasalahan yang sangat penting, yaitu pada dua tahun terakhir tersebut pendapatan yang diperoleh dari retribusi pengujian kendaraan bermotor tidak bisa mencapai target Pendapatan Asli Daerah yang telah dianggarkan. Berikut adalah tabel realisasi pendapatan dari sektor retribusi pengujian kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir.
Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor (Dalam Ribuan Rupiah)
TAHUN
RELISASI PENDAPATAN RETRIBUSI DENDA TANDA
UJI
BUKU UJI
REKOM JUMLAH
2005 283.143 64.743 49.970 43.072 1.950 442.878
2006 280.343 96.874 49.420 40.740 2.040 442.221
2007 274.004 84.315 48.785 41.280 1.800 450.184
2008 276.675 94.304 48.915 36.795 5.175 461.864
2009 269.678 101.087 47.740 24.795 5.010 448.310 Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo tahun 2010
Dari realisasi pendapatan yang tertera pada tabel di atas di tahun 2008 dan tahun 2009 tidak bisa mencapai target yang telah dianggarkan. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut :
Tabel I.4. PENERIMAAN RETRIBUSI
PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2005 – 2009
Tahun Target Retribusi PKB dalam APBD( Rp) Realisasi Pendapatan Retribusi PKB (Rp) Persentase Pencapaian Taget APBD (%) 2005 375.000.000 442.878.500 118,1
2006 415.000.000 442.421.000 108,6
2007 430.0000.000 450.184.000 104,7
2008 516.000.000 461.864.000 89,5
2009 480.0000.000 448.310.000 93,3 Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Thn 2010
(27)
commit to user
Pada tahun 2008 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp516.000.000,00 namun pada realisasinya hanya tercapai sebesar Rp461.000.000,00 atau hanya sekitar 89,5% dari target yang telah ditatapkan. Sedangkan pada tahun 2009 retribusi pengujian kendaraan bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp480.000.000,00 namun pada realisasinya hanya tercapai sebesar Rp448.310.000 atau sebesar 93,3% dari target yang telah ditetapkan. Dengan demikian dalam hal retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak bisa menutup target sebesar 10,5% di tahun 2008 dan 6,7% di tahum 2009. Tidak tertutupnya target dalam hal pengujian kendaraan bermotor di tahun 2008 dan 2009 dikarenakan berkurangnya jumlah kendaraan wajib uji yang melakukan pengujian. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain adalah rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor untuk mengujikan kendaraannya dan banyaknya kendaraan bermotor yang mutasi atau pindah ke luar kota.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan semakin pentingnya kebutuhan akan transportasi hal ini seharusnya memberi dampak positif terhadap retribusi pengujian kendaraan bermotor, karena dengan banyaknya kendaraan bermotor maka jumlah kendaraan bermotor wajib uji juga semakin banyak dan hal ini menjadi potensi yang sangat penting dalam bertambahnya retribusi pengujian kendaraan bermotor. Namun pada kenyataannya tidak semua kendaraan bermotor wajib uji melakukan
(28)
commit to user
proses pengujian. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target retribusi di tahun 2008 dan 2009. Berikut adalah potensi yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai objek retribusi pengujian kendaraan bermotor :
Tabel I. 5. Potensi Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2008 dan 2009
Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2010
Dari data dalam tabel di atas sangat jelas bahwa pada tahun 2008 dan 2009 tidak semua kendaraan wajib uji melakukan proses pengujian, hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor untuk melakukan pengujian. Sebagian besar pemilik kendaraan bermotor yang tidak melakukan pengujian adalah mereka yang enggan direpotkan dengan prosedur maupun persyaratan pengujian dan mereka yang bertempat tinggal jauh dari lokasi pengujian. Karena masih kurangnya sanksi yang tegas bagi yang tidak melakukan pengujian maka
Jenis Kendaraan
Tahun 2008
Tahun 2009
Wajib Uji
Yang melakukan
pengujian
% Wajib
Uji
Yang melakukan
pengujian
%
Umum 438 bus = 422 96,34 % 408 bus = 315 77,20%
Tidak
umum 5291
-mobil barang = 2874
-truck = 1792 -mobil baru =201 Jumlah = 4667
88,20% 4791
-mobil barang
=2765 -truk = 1591
- mobil baru = 142
Jumlah = 4498
93,88%
Jumlah
(29)
commit to user
sebagian besar orang meremehkan proses pengujian kendaraan bermotor ini walaupun itu untuk keselamatan mereka. Keterlambatan dalam melakukan pengujian juga menyebabkan orang malas mengujikan kendaraannya karena bagi kendaraan yang terlambat diujikan akan dikenai denda, daripada membayar denda yang mahal mereka memilih tidak mengujikan kendaraannya sama sekali. Fenomena seperti ini menuntut pegawai di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo untuk lebih peka terhadap pemilik kendaraan bermotor dalam proses uji kelayakan kendaraan, karena selain berpengaruh terhadap PAD pengujian kendaraan bermotor juga menjamin keselamatan dalam bertransportasi.
Selain rendahnya kesadaran pemilik kendaraan dalam melakukan pengujian kendaraan bermotor, kendala lain yang dihadapi dalam penarikan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah bahwa pengujian kendaraan bermotor memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, kendaraan wajib uji harus memiliki kriteria tertentu untuk dinyatakan lulus pengujian, namun di sisi lain Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi diharapkan memenuhi target retribusi pengujian kendaraan bermotor yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jika pengujian kendaraan bermotor dilakukan secara ketat, banyak kendaraan bermotor yang tidak lulus pengujian dan ditemukan banyak kendaraan yang sudah tidak laik jalan. Ini akan berdampak pada berkurangnya pendapatan retribusi kendaraan bermotor.
(30)
commit to user
Melihat beberapa alasan tidak tercapainya target PAD selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2008 dan 2009 seperti disebutkan di atas maka dinilai masih kurangnya kemampuan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilihat dari adanya data yang menunjukkan bahwa tidak semua kendaraan wajib uji melakukan pengujian. Untuk itu sebagai institusi yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam pengujian kendaraan bermotor.
Retribusi pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah dalam kerangka otonomi daerah. Karena Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor maka penulis tertarik mengambil penelitian dengan judul ”KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR.”
(31)
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
”Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan
Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian
kendaraan bermotor ?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
2. Tujuan Fungsional
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor baik di Kabupaten Sukoharjo maupun di daerah lainnya.
3. Tujuan Individual
Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
(32)
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai kinerja organisasi publik terutama Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi-instansi terkait Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo, berkaitan dengan kinerja organisasi publik terutama dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang diperoleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan profesional.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang Kinerja Organisasi Pemerintah.
(33)
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KINERJA1. PENGERTIAN KINERJA
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. (Mahsun, 2006:25).
Sedangkan Bastian dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja adalah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. (Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175).
Pengertian kinerja menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. (Joko Widodo, 2005:79).
Sedangkan John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela mengemukakan bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan menetapkan standar tertentu.
(34)
commit to user
Untuk meningkatkan kinerja yang optimum perlu ditetapkan standar kinerja yang jelas, yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. (Lijan Poltak Sinambela, 2006:138).
Menurut Otley dalam Mahmudi kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. (Mahmudi, 2010:6).
Sedangkan menurut Rogers dalam Mahmudi, mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. (Mahmudi, 2010:6).
Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam Keban, menyebutkan bahwa kinerja memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu dibandingkan dengan organisasi lain dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. (Keban, 2004:193).
Lebih lanjut dalam dalam Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia dalam Widodo menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
(35)
commit to user
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi. (Widodo, 2005:79).
Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Ruky mendefinisikan ‘performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during specified time
period’ kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. (Ruky, 2001:15).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan kinerja atau performance merupakan capaian/hasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan target/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut. Kinerja merupakan kemampuan organisasi untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut Mahmudi, kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang
(36)
commit to user
mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap
team leader.
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi. e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal. (Mahmudi, 2010:20).
Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif. (Tangkilisan, 2005:180).
(37)
commit to user
Ruky dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :
a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.
b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.
e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,
imbalan, promosi, dan lain-lain. (Tangkilisan, 2005:180).
Sedangkan Soesilo dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
(38)
commit to user
b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
(Tangkilisan, 2005 : 180-181).
Atmosoeprapto dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal seperti berikut ini :
a. Faktor eksternal yang terdiri dari :
1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.
2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar.
(39)
commit to user
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
b. Faktor internal yang terdiri dari :
1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.
2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota
organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan.
4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. (Tangkilisan, 2005:181-182).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di dalam internal organisasi itu sendiri. Faktor ini meliputi faktor kapasitas individu atau sumber daya manusia, kepemimpinan, sistem dan struktur organisasi, kerjasama tim, budaya organisasi dan visi misi organisasi. Faktor-faktor inilah
(40)
commit to user
yang mempengaruhi bagaimana pencapaian kinerja suatu organisasi atau instansi dapat dicapai.
b. Faktor eksternal
Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di luar organisasi yang mempengaruhi organisasi dalam menjalankan kinerjanya. Faktor ini antara lain meliputi faktor sosial, politik, ekonomi yang selalu berubah dan mempengaruhi organisasi dalam menjalankan fungsinya.
Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA
Dalam melihat sejauh mana kinerja organisasi atau instansi telah dicapai, diperlukan proses pengukuran dan evaluasi kinerja.
Menurut Lohman dalam Mahsun pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. (Mahsun, 2006:25).
Whittaker dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2006:25-26).
Kishore K. Pochampally dalam International Journal Business Performance and Supply Chain Modelling, Vol. 1, No. 1, 2009 - Metrics
(41)
commit to user
for performance measurement of a reverse/closed-loop supply chain
menyatakan bahwa :
“Performance measurement is generally defined as the process of
quantifying the effectiveness and efficiency of action (Neely et al.,
1995). In the modern era, performance measurement has a far
more significant role than just quantification and accounting. It
provides the management important feedback to monitor
performance, reveal progress, diagnose problems and enhance
transparency among the several tiers of the supply chain, thus,
making a phenomenal contribution to decision-making particularly
in redesigning business goals and reengineering processes
(Rolstandas, 1995; Waggoner et al., 1999)”.
(www.inderscience.com). (Pengukuran kinerja secara umum didefinisikan sebagai proses mengukur efektivitas dan efisiensi tindakan. Dalam era modern, pengukuran kinerja memiliki peran yang jauh lebih penting dari sekedar kuantifikasi dan pelaporan. Hal ini membuktikan manajemen umpan balik penting untuk memantau kinerja, mengungkapkan kemajuan, mendiagnosa masalah dan meningkatkan transparansi di antara tingkatan rantai hubungan alur, sehingga memberikan kontribusi fenomenal untuk pengambilan keputusan terutama dalam merancang ulang tujuan kegiatan dan proses perbaikan teknis).
(42)
commit to user
Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam Mahsun menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2006:26).
Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah, karena:
a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan.
b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya.
c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan menghargai kegagalan.
d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan.
(43)
commit to user
Sedangkan menurut Widodo pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu
c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya (Widodo, 2005 : 95).
Menurut Marcel Guenon dan Bruno yang dituis dalam International Journal Public Sector Performance Management Vol.1 No.1 Tahun 2007 Hal 35-36 dalam www.inderscience.com, jenis-jenis pengukuran kinerja dinyatakan sebagai berikut:
“ The measurement of the performance in service activities must
lead to focus our attention on various complementary criteria in a
balanced way. This general view of performance avoids any
focusing privileging the measurement of a single criterion with the
detriment of the others. For this reason, four types of different
measurements can be established on Informations concerning the
inputs, Informations concerning the activities, Informations
concerning the outputs, Informations concerning the outcomes.”
(Pengukuran kinerja dalam kegiatan-kegiatan pelayanan berperan penting untuk memusatkan perhatian kita pada berbagai kriteria yang saling melengkapi secara seimbang. Secara umum kinerja
(44)
commit to user
menghindari memfokuskan pengukuran pada satu kriteria dengan kerugian yang lain. Untuk alasan ini, empat jenis pengukuran yang berbeda mendasarkan pada informasi mengenai input, informasi mengenai aktivitas, informasi mengenai keluaran, informasi mengenai hasil).
Menurut Marcel Guenon dan Bruno dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa terdapat empat jenis pengukuran kinerja yang berdasarkan pada informasi mengenai input, informasi mengenai aktivitas, informasi mengenai keluaran dan informasi mengenai hasil. Masing-masing jenis memberikan informasi yang berbeda. Infomasi mengenai input memberikan laporan mengenai jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam layanan. Informasi mengenai aktivitas memberikan laporan mengenai proses produksi atau proses suatu layanan. Informasi mengenai keluaran memberikan laporan mengenai unit yang diproduksi atau layanan yang disediakan suatu program. Informasi mengenai keluaran melaporkan hasil dari suatu layanan, termasuk di dalamnya kualitas dari layanan tersebut.
Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi. Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui
(45)
commit to user
mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut.
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa elemen yang bersifat pokok. Elemen pokok pengukuran kinerja organisasi/instansi menurut Mahsun adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi
Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas, strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.
b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci, faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan
(46)
commit to user
variabel-variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat financial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampau indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negative berarti pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
d. Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi.
(47)
commit to user
Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan
reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
(Mahsun, 2006 : 26-28).
Evaluasi kinerja dalam Widodo merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja, dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya, karena itu evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja (Widodo 2005:94).
Menurut Siagian (1999) yang dikutip oleh Keban, sistem evaluasi kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya. (Keban, 2004: 197).
Dari berbagai pendapat tentang cara mengukur kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada intinya dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang dapat berbentuk rencana, sasaran, standar tertentu, ataupun harapan dengan realisasi yang sudah dilakukan oleh individu atau instansi tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat berapa besarnya gap yang terjadi.
(48)
commit to user
Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tentunya diperlukan indicator sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak.
Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (Widodo 2005:97).
Sedangkan dalam Mahmudi, indicator kinerja merupakan sarana atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indicator kinerja bagi organisasi sector public adalah memberikan tanda atau rambu-rambu untuk mengukur kinerja. (Mahmudi, 2010:155).
Menurut Dwiyanto dkk. pengukuran kinerja organisasi dalam birokrasi publik secara lengkap dapat dilihat dari dari beberapa indicator, yaitu sebagai berikut :
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan public itu memiliki
(49)
commit to user
hasil yang diharapkan sebagai salah satu indicator kinerja yang penting.
b. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan inidikator kinerja organisasi publik. c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi organisasi
(50)
commit to user
publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar
(51)
commit to user
dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
(Agus Dwiyanto, 2006 : 50-51).
Menurut review literatur yang diketemukan oleh Ratminto dan Atik dalam buku “Manajemen Pelayanan”, indicator kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara adalah sebegai berikut :
a. Menurut McDonald & Lawton (1977): output oriented measures throughput, fficiency, effectiveness.
1) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
2) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
(Ratminto & Atik Septi, 2005:174).
b. Menurut Salim & Woodward (1992): economy, efficiency, effectiveness, equity.
1) Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan organisasi publik.
(52)
commit to user
2) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
3) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
4) Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. (Ratminto & Atik, 2005:174).
c. Menurut Lenvinne (1990): responsiveness, responsibility, accountability.
1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.
2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang
(53)
commit to user
ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
(Ratminto & Atik, 2005:175)
d. Menurut Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990): tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy.
1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.
2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
5) Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh provider kepada costumers. (Ratminto & Atik, 2005:175-176)
Menurut Ratminto dan Atik, indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(54)
commit to user a. Ukuran yang berorientasi pada hasil
1) Efektivitas
Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupu misi organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu pada visi organisasi.
2) Produktivitas
Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3) Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang sesedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya.
4) Kepuasan
Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat.
(55)
commit to user 5) Keadilan
Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.
(Ratminto & Atik, 2005:179-180).
b. Ukuran yang berorientasi pada proses 1) Responsivitas
Adalah kemampuan provider untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.
2) Responsibilitas
Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
3) Akuntabilitas
Ini adalah ukura yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan
(56)
ukuran-commit to user
ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
4) Keadaptasian
Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
5) Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.
6) Keterbukaan/transparansi
Adalah bahwa prosedur/tatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. 7) Empati
Empati adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat.
(57)
commit to user
B.
RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR1. PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA APBD. Sebelum diuraikan tentang peranan PAD pada APBD akan panulis sampaikan dulu tentang pengertian keduanya. Dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedang yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan peraturan daerah. ( UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat Dengan Daerah).
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom, tidak dapat lepas dari masalah pembiayaan dan penganggaran sebagai ujung tombak tercapainya pembangunan pemerintahan di daerah. Dalam mengatur rumah tangganya sendiri daerah perlu kejelian dalam membudayakan potensi yang ada agar lebih berdaya guna dan berhasil dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah harus selalu terus menerus melakukan penggalian sumber Pendapatan Asli Daerah, sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada di daerah setempat.
(58)
commit to user
PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat. Oleh karena penyediaan dana yang bersumber dari PAD seyogyanya harus mempertimbangkan efisiensi, efektivitas dan hemat, sehingga tidak menurunkan standar pelayanan kepada masyarakat. Salah satu kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksakan APBD adalah bagaimana meningkatkan pendapatan yang berasal dari pajak dan retribusi daerah tanpa harus menambah beban masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, memperkecil jumlah tunggakan dan menegakkan sanksi yang tegas bagi yang melanggar.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatur dan menyusun rumah tangga sendiri semakin hari semakin kompleks dan dinamis, baik dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan Sumber Daya Manusia ( SDM ) merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah.
Memang kontribusi PAD bukan satu-satunya pertimbangan bagi keberhasilan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah, akan tetapi paling tidak dengan PAD yang tinggi maka daerah akan leluasa dalam menetapkan skala prioritas pembangunan di daerahnya, serta semakin kecil tingkat ketergantungan dengan Pemerintah Pusat.
(59)
commit to user 2. KEUANGAN DAERAH
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak – pihak lain sesuai ketentuan atau peraturan, sedangkan kemampuan keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam membiayai urusan – urusan rumah tangganya, khususnya yang berasal dari pendapatan asli daerah.
Di muka telah disebutkan, bahwa sumber-sumber keuangan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
1) Yang masuk kategori PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah.
2) Yang masuk dalam kategori Dana Perimbangan adalah : a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus.
3) Lain – lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan yang berasal dari hibah dan pendapatan Dana Darurat.
(60)
commit to user
Dari sumber – sumber penerimaan bagi daerah yang telah disebutkan di atas, maka sumber penerimaan yang kedua dan ketiga penerimaan dari subyek dana perimbangan dan lain – lain pendapatan yang sah, berasal dari pihak diluar daerah otonom yang bersangkutan, artinya di tentukan oleh pihak yang berwenang diluar pemerintahan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sumber yang pertama yaitu PAD sangat tergantung pada daerah yang bersangkutan. Artinya peningkatan PAD sangat tergantung pada aktivitas daerah yang bersangkutan dalam mengelola sumber tersebut.
3. PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pengertian pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut :
”Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.”
Sedangkan pengertian retribusi menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Kontribusi Daerah adalah sebagai berikut :
(1)
commit to user
pengujian kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan dengan pindahnya kendaraan ke daerah lain secara otomatis akan mengurangi jumlah kendaraan wajib uji di Kabupaten Sukoharjo, dengan demikian objek retribusi semakin berkurang.
b. Faktor Sosial
1) Kesadaran Pemilik Kendaraan Bermotor
Kesadaran pemilik kendaraan bermotor untuk mengujikan kendaraannya sangat berpengaruh terhadap pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor. Pemilik kendaraan bermotor merupakan subyek retribusi, sedangkan kendaraan wajib uji merupakan objek retribusi. Besarnya pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor tergantung dari berapa banyak orang yang mengujikan kendaraannya. Penyebab utama tidak tercapainya target retribusi di tahun 2008 dan 2009 adalah karena kesadaran masyarakat pemilik kendaraan bermotor untuk mengujikan kendaraannya masih rendah.
(2)
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor dikatakan sudah cukup baik, namun dalam implementasinya masih terdapat beberapa hambatan.
Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo, dilihat dari indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja yaitu antara lain adalah tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Dari masing-masing indicator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Indilator tangible.
Wujud fisik (tangible) yang ada di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor masih kurang maksimal. Walaupun lokasi pengujian luas dan mudah dijangkau dijangkau namun masih terdapat beberapa kekurangan. Dilihat dari peralatan uji sudah lengkap namun hanya berjumlah satu paket alat uji sehingga hanya terdapat satu alur pengujian yang menyebabkan antrian pengujian semakin panjang. Selain itu dari segi sarana dan prasarana penunjang
(3)
commit to user
lainnya masih sangat kurang. Hal ini bisa terlihat terbatasnya penyediaan komputer, kipas angin, ruang kerja pegawai yang kurang luas, dan ruang tunggu yang kurang memadahi. Keadaan ruang tunggu yang tidak nyaman membuat masyarakat pemilik kendaraan bermotor banyak yang mengeluh dan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab mengapa ada beberapa pemilik kendaraan yang enggan mengujikan kendaraannya sehingga berpengaruh pada berkurangnya jumlah kendaraan wajib uji yang akhirnya berdampak pada menurunnya pencapaian retribusi dari pengujian kendaraan bermotor.
2. Indikator responsivitas
Daya tanggap atau responsivitas pegawai di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor masih rendah. Walaupun hanya sedikit ditemukan keluhan dari para pemilik kendaraan bermotor dan pegawai sudah berupaya untuk menanggapi keluhan tersebut serta bersikap ramah terhadap masyarakat, namun belum semua aspirasi atau keinginan dari masyarakat bisa terpenuhi. Salah satu keluhan yang belum mendapat perhatian dari pihak Dishubinfokom adalah terkait masalah kondisi ruang tunggu yang kurang nyaman, hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada anggaran untuk perbaikan ruang tunggu.
Selain itu pegawai kurang responsive berkaitan dengan pendataan jumlah kendaraan wajib uji yang selalu berubah-ubah.
(4)
commit to user
Sedangkan dalam menanggapi adanya kendaraan wajib uji yang tidak melakukan pengujian pegawai hanya bersikap apatis. Seharusnya jumlah kendaraan yang wajib uji perlu mendapat perhatian khusus karena jumlah kendaraan wajib uji berkaitan erat dengan peningkatan pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor.
3. Indikator Responsibilitas
Responsibilitas di seksi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dinilai sudah sangat baik karena pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan prinsip dan kebijakan yang ada, hal ini bisa dilihat dalam pemberian tanda kelulusan uji kelayakan hanya diberikan kepada kendaraan yang benar-benar secara teknis laik jalan, selain itu proses pengujian juga ditangani oleh pegawai yang mempunyai kemampuan khusus dalam pengujian kendaraan bermotor dan mempunyai SK pengujian sehingga kendaraan yang di uji benar-benar bisa dijamin keakuratannya apakah lulus uji atau tidak.
4. Indikator Akuntabilitas
Akuntabilitas yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor sudah bagus. Pertanggungjawaban kepada masyarakat ditunjukkan dengan mengutamakan keselamatan dalam berkendara. Sedangkan pertanggungjawaban secara vertikal yang
(5)
commit to user
dilakukan kepada Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dilakukan secara berkala dalam bentuk LAKIP atau laporan pertanggungjawaban.Selain itu pelaksanaan kegiatan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan apa yang ditetapkan di Perda Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor.
Dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor internal dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor terdiri dari sumber daya penguji, sarana prasarana kedinasan, dan kualitas lingkungan fisik. Sedangkan faktor eksternal dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah faktor ekonomi, kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor untuk mengujikan kendaraannya, dan adanya beberapa kendaraan yang pindah ke luar kota atau mutasi.
B. Saran
Dalam beberapa hal kinerja yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tersebut masih ada yang perlu ditingkatkan lagi untuk memberikan pelayanan yang optimal dan tercapainya target retribusi sesuai dengan yang telah dianggarkan. Untuk itu ada beberapa saran yang bisa diperhatikan dan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi, yaitu antara lain adalah sebagai berikut :
(6)
commit to user
1. Diperlukan adanya kerjasama antara pihak Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor bersama Satpol PP dan pihak kepolisisan untuk lebih sering melakukan operasi terhadap kendaraan wajib uji, sehingga dengan adanya sanksi yang tegas maka pemilik kendaraan bermotor akan mengujikan kendaraannya.
2. Dalam penyusunan APBD di tahun yang akan datang perlu diusulkan adanya anggaran untuk perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana yang ada utamanya pada penambahan peralatan uji, perbaikan ruang kerja, dan penambahan ruang tunggu yang nyaman. 3. Perlu dilakukan pelatihan atau pendidikan khusus terhadap pegawai di
Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor untuk menambah jumlah pegawai yang mempunyai SK pengujian sehingga dengan semakin banykanya pegawai yang mempunyai kemampuan dalam pengujian maka akan memperlancar proses pengujian kendaraan bermotor.