TINJAUAN PUSTAKA KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KINERJA 1. PENGERTIAN KINERJA Kinerja performance adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Mahsun, 2006:25. Sedangkan Bastian dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja adalah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175. Pengertian kinerja menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Joko Widodo, 2005:79. Sedangkan John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela mengemukakan bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan menetapkan standar tertentu. 18 commit to user Untuk meningkatkan kinerja yang optimum perlu ditetapkan standar kinerja yang jelas, yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Lijan Poltak Sinambela, 2006:138. Menurut Otley dalam Mahmudi kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Mahmudi, 2010:6. Sedangkan menurut Rogers dalam Mahmudi, mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri outcomes of work, karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Mahmudi, 2010:6. Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam Keban, menyebutkan bahwa kinerja memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu dibandingkan dengan organisasi lain dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. Keban, 2004:193. Lebih lanjut dalam dalam Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia dalam Widodo menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu commit to user kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi. Widodo, 2005:79. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Ruky mendefinisikan ‘performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during specified time period’ kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Ruky, 2001:15. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan kinerja atau performance merupakan capaianhasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan targetsasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut. Kinerja merupakan kemampuan organisasi untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut Mahmudi, kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang commit to user mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: a. Faktor personalindividual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan skill, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap team leader. c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi. e. Faktor kontekstual situasional, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Mahmudi, 2010:20. Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif. Tangkilisan, 2005:180. commit to user Ruky dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengidentifikasikan faktor- faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut : a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut. b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi. c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan. d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain. Tangkilisan, 2005:180. Sedangkan Soesilo dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi. commit to user b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi. c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal. d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi. e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi. Tangkilisan, 2005 : 180-181. Atmosoeprapto dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal seperti berikut ini : a. Faktor eksternal yang terdiri dari : 1 Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. 2 Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar. commit to user 3 Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi. b. Faktor internal yang terdiri dari : 1 Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi. 2 Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 3 Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan. 4 Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. Tangkilisan, 2005:181-182. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Faktor internal Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di dalam internal organisasi itu sendiri. Faktor ini meliputi faktor kapasitas individu atau sumber daya manusia, kepemimpinan, sistem dan struktur organisasi, kerjasama tim, budaya organisasi dan visi misi organisasi. Faktor-faktor inilah commit to user yang mempengaruhi bagaimana pencapaian kinerja suatu organisasi atau instansi dapat dicapai. b. Faktor eksternal Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di luar organisasi yang mempengaruhi organisasi dalam menjalankan kinerjanya. Faktor ini antara lain meliputi faktor sosial, politik, ekonomi yang selalu berubah dan mempengaruhi organisasi dalam menjalankan fungsinya. Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 3. PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA Dalam melihat sejauh mana kinerja organisasi atau instansi telah dicapai, diperlukan proses pengukuran dan evaluasi kinerja. Menurut Lohman dalam Mahsun pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Mahsun, 2006:25. Whittaker dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Mahsun, 2006:25-26. Kishore K. Pochampally dalam International Journal Business Performance and Supply Chain Modelling, Vol. 1, No. 1, 2009 - Metrics commit to user for performance measurement of a reverseclosed-loop supply chain menyatakan bahwa : “Performance measurement is generally defined as the process of quantifying the effectiveness and efficiency of action Neely et al., 1995. In the modern era, performance measurement has a far more significant role than just quantification and accounting. It provides the management important feedback to monitor performance, reveal progress, diagnose problems and enhance transparency among the several tiers of the supply chain, thus, making a phenomenal contribution to decision-making particularly in redesigning business goals and reengineering processes Rolstandas, 1995; Waggoner et al., 1999”. www.inderscience.com . Pengukuran kinerja secara umum didefinisikan sebagai proses mengukur efektivitas dan efisiensi tindakan. Dalam era modern, pengukuran kinerja memiliki peran yang jauh lebih penting dari sekedar kuantifikasi dan pelaporan. Hal ini membuktikan manajemen umpan balik penting untuk memantau kinerja, mengungkapkan kemajuan, mendiagnosa masalah dan meningkatkan transparansi di antara tingkatan rantai hubungan alur, sehingga memberikan kontribusi fenomenal untuk pengambilan keputusan terutama dalam merancang ulang tujuan kegiatan dan proses perbaikan teknis. commit to user Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam Mahsun menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Mahsun, 2006:26. Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah, karena: a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya. c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan menghargai kegagalan. d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan. Widodo 2005:93-94. commit to user Sedangkan menurut Widodo pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara: a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya Widodo, 2005 : 95. Menurut Marcel Guenon dan Bruno yang dituis dalam International Journal Public Sector Performance Management Vol.1 No.1 Tahun 2007 Hal 35-36 dalam www.inderscience.com, jenis-jenis pengukuran kinerja dinyatakan sebagai berikut: “ The measurement of the performance in service activities must lead to focus our attention on various complementary criteria in a balanced way. This general view of performance avoids any focusing privileging the measurement of a single criterion with the detriment of the others. For this reason, four types of different measurements can be established on Informations concerning the inputs, Informations concerning the activities, Informations concerning the outputs, Informations concerning the outcomes.” Pengukuran kinerja dalam kegiatan-kegiatan pelayanan berperan penting untuk memusatkan perhatian kita pada berbagai kriteria yang saling melengkapi secara seimbang. Secara umum kinerja commit to user menghindari memfokuskan pengukuran pada satu kriteria dengan kerugian yang lain. Untuk alasan ini, empat jenis pengukuran yang berbeda mendasarkan pada informasi mengenai input, informasi mengenai aktivitas, informasi mengenai keluaran, informasi mengenai hasil. Menurut Marcel Guenon dan Bruno dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa terdapat empat jenis pengukuran kinerja yang berdasarkan pada informasi mengenai input, informasi mengenai aktivitas, informasi mengenai keluaran dan informasi mengenai hasil. Masing- masing jenis memberikan informasi yang berbeda. Infomasi mengenai input memberikan laporan mengenai jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam layanan. Informasi mengenai aktivitas memberikan laporan mengenai proses produksi atau proses suatu layanan. Informasi mengenai keluaran memberikan laporan mengenai unit yang diproduksi atau layanan yang disediakan suatu program. Informasi mengenai keluaran melaporkan hasil dari suatu layanan, termasuk di dalamnya kualitas dari layanan tersebut. Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi. Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui commit to user mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut. Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa elemen yang bersifat pokok. Elemen pokok pengukuran kinerja organisasiinstansi menurut Mahsun adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi Tujuan adalah pernyataan secara umum belum secara eksplisit tentang apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas, strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi. b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci, faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan commit to user variabel-variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat financial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja. c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampau indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negative berarti pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. d. Evaluasi kinerja Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. commit to user Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Mahsun, 2006 : 26-28. Evaluasi kinerja dalam Widodo merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja, dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya, karena itu evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja Widodo 2005:94. Menurut Siagian 1999 yang dikutip oleh Keban, sistem evaluasi kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya. Keban, 2004: 197. Dari berbagai pendapat tentang cara mengukur kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada intinya dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang dapat berbentuk rencana, sasaran, standar tertentu, ataupun harapan dengan realisasi yang sudah dilakukan oleh individu atau instansi tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat berapa besarnya gap yang terjadi. commit to user Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tentunya diperlukan indicator sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif danatau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan Widodo 2005:97. Sedangkan dalam Mahmudi, indicator kinerja merupakan sarana atau alat means untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri ends. Peran indicator kinerja bagi organisasi sector public adalah memberikan tanda atau rambu- rambu untuk mengukur kinerja. Mahmudi, 2010:155. Menurut Dwiyanto dkk. pengukuran kinerja organisasi dalam birokrasi publik secara lengkap dapat dilihat dari dari beberapa indicator, yaitu sebagai berikut : a. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office GAO mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan public itu memiliki commit to user hasil yang diharapkan sebagai salah satu indicator kinerja yang penting. b. Kualitas Layanan Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan inidikator kinerja organisasi publik. c. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi organisasi commit to user publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. d. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. e. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar commit to user dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Agus Dwiyanto, 2006 : 50-51. Menurut review literatur yang diketemukan oleh Ratminto dan Atik dalam buku “Manajemen Pelayanan”, indicator kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara adalah sebegai berikut : a. Menurut McDonald Lawton 1977: output oriented measures throughput, fficiency, effectiveness. 1 Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. 2 Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Ratminto Atik Septi, 2005:174. b. Menurut Salim Woodward 1992: economy, efficiency, effectiveness, equity. 1 Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan organisasi publik. commit to user 2 Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. 3 Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. 4 Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. Ratminto Atik, 2005:174. c. Menurut Lenvinne 1990: responsiveness, responsibility, accountability. 1 Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. 2 Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 3 Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang commit to user ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. Ratminto Atik, 2005:175 d. Menurut Zeithaml, Parasuraman Berry 1990: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy. 1 Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. 2 Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3 Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. 4 Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers. 5 Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh provider kepada costumers. Ratminto Atik, 2005:175-176 Menurut Ratminto dan Atik, indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: commit to user a. Ukuran yang berorientasi pada hasil 1 Efektivitas Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupu misi organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu pada visi organisasi. 2 Produktivitas Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. 3 Efisiensi Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan biaya dan waktu yang sesedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang semurah- murahnya. 4 Kepuasan Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat. commit to user 5 Keadilan Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil. Ratminto Atik, 2005:179-180. b. Ukuran yang berorientasi pada proses 1 Responsivitas Adalah kemampuan provider untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. 2 Responsibilitas Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. 3 Akuntabilitas Ini adalah ukura yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan ukuran- commit to user ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. 4 Keadaptasian Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya. 5 Kelangsungan hidup Kelangsungan hidup artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain. 6 Keterbukaantransparansi Adalah bahwa prosedurtatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. 7 Empati Empati adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat. Ratminto Atik, 2005:180-181 commit to user B. RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 1. PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD PADA APBD. Sebelum diuraikan tentang peranan PAD pada APBD akan panulis sampaikan dulu tentang pengertian keduanya. Dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedang yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat Dengan Daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom, tidak dapat lepas dari masalah pembiayaan dan penganggaran sebagai ujung tombak tercapainya pembangunan pemerintahan di daerah. Dalam mengatur rumah tangganya sendiri daerah perlu kejelian dalam membudayakan potensi yang ada agar lebih berdaya guna dan berhasil dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Pemerintah harus selalu terus menerus melakukan penggalian sumber Pendapatan Asli Daerah, sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada di daerah setempat. commit to user PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat. Oleh karena penyediaan dana yang bersumber dari PAD seyogyanya harus mempertimbangkan efisiensi, efektivitas dan hemat, sehingga tidak menurunkan standar pelayanan kepada masyarakat. Salah satu kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksakan APBD adalah bagaimana meningkatkan pendapatan yang berasal dari pajak dan retribusi daerah tanpa harus menambah beban masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, memperkecil jumlah tunggakan dan menegakkan sanksi yang tegas bagi yang melanggar. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatur dan menyusun rumah tangga sendiri semakin hari semakin kompleks dan dinamis, baik dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, Pendapatan Asli Daerah PAD dan Sumber Daya Manusia SDM merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Memang kontribusi PAD bukan satu-satunya pertimbangan bagi keberhasilan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah, akan tetapi paling tidak dengan PAD yang tinggi maka daerah akan leluasa dalam menetapkan skala prioritas pembangunan di daerahnya, serta semakin kecil tingkat ketergantungan dengan Pemerintah Pusat. commit to user 2. KEUANGAN DAERAH Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak – pihak lain sesuai ketentuan atau peraturan, sedangkan kemampuan keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam membiayai urusan – urusan rumah tangganya, khususnya yang berasal dari pendapatan asli daerah. Di muka telah disebutkan, bahwa sumber-sumber keuangan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD , dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. 1 Yang masuk kategori PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. 2 Yang masuk dalam kategori Dana Perimbangan adalah : a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus. 3 Lain – lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan yang berasal dari hibah dan pendapatan Dana Darurat. commit to user Dari sumber – sumber penerimaan bagi daerah yang telah disebutkan di atas, maka sumber penerimaan yang kedua dan ketiga penerimaan dari subyek dana perimbangan dan lain – lain pendapatan yang sah, berasal dari pihak diluar daerah otonom yang bersangkutan, artinya di tentukan oleh pihak yang berwenang diluar pemerintahan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sumber yang pertama yaitu PAD sangat tergantung pada daerah yang bersangkutan. Artinya peningkatan PAD sangat tergantung pada aktivitas daerah yang bersangkutan dalam mengelola sumber tersebut. 3. PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Pengertian pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut : ”Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.” Sedangkan pengertian retribusi menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Kontribusi Daerah adalah sebagai berikut : commit to user ”bahwa yang dimaksud dengan retribusi yang selanjutnya disebut retribusi daerah adalah suatu pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus atas jasa atau pemberian ijin atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.” Jadi retribusi mempunyai pengertian yang berbeda dibandingkan dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah. Retribusi daerah adalah Pungutan daerah merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi atau golongan. 4. RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR Untuk mencapai keseragaman pandangan, berikut akan kami uraikan beberapa pengertian berkaitan dengan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, sebagai berikut : 1. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan commit to user bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 2. Pengujian Kendaraan Bermotor, adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis laik jalan. 3. Peralatan Uji, adalah sarana untuk melakukan kegiatan pemeriksaan dan atau menguji kendaraan bermotor dengan fasilitas yang dilengkapi dengan alat uji mekanis sistem komputer, uji mekanis yang tidak dilengkapi dengan alat uji mekanis sistem computer, maupun uji mekanis biasa yang disebut sistem uji non mekanis. 4. Kendaraan Bermotor Wajib Uji, adalah setiap kendaraan bermotor jenis bus, mobil barang, mobil penumpang umum dan kendaraan khusus, kereta gandengan dan atau kereta tempelan yang dioperasikan dan atau digunakan di jalan. 5. Tanda Uji Berkala, adalah tanda bukti lulus uji berkala yang berbentuk lempengan plat logam yang berisi data dan legitimasi, termasuk masa berlakunya hasil uji berkala, dan harus dipasang pada setiap kendaraan yang telah dinyatakan lulus uji berkala pada tempat yang tersedia untuk itu. 6. Buku Uji Berkala, adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku yang berissi data dan legitimasi masa berlakunya hasil commit to user pengujian berkala dan harus selalu disertakan pada kendaraan yang bersangkutan. 7. Laik Jalan, adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjamin keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan. Pengujian kendaraan bermotor juga dilaksanakan di Amerika Serikat. Dalam artikel yang berjudul “Vehicle Regulations: Registration, Road Tax, and Safety in The US” disebutkan: “Pemeriksaan keselamatan tahunan dilakukan di 25 negara bagian, meliputi Alaska, Arkansas, Delaware, Hawaii, Louisiana, Maine, Massachusetts, Missisipi, Missouri, New Hampsire, New Jersey, New York, Carolina Utara, Oklahoma, Pennsylvania, Rhode Island, Carolina Selatan, Texas, Utah, Vermont, Virginia, Virginia Barat, dan Distrik Columbia. Dalam beberapa negara bagian, semua kendaraan bermotor harus diperiksa kembali saat penjuala kembali atau saat perpindahan, dalam tujuh hari pendaftaran. www.massvehiclecheck.com”. Hal-hal yang diperiksa dalam pengujian kendaraan bermotor di Amerika Serikat antara lain lampu mobil, rem, wipers kaca depan dan penyeka, ban, jendela, body, dan sabuk pengaman. Pemeriksaan kendaraan meliputi lampu mobil, rem, wipers kaca depan dan penyeka, ban, jendela, body, dan sabuk pengaman. Semua negara bagian memberikan otoritas kepada bengkel kendaraan dan dealer untuk melakukan pemeriksaan, dan beberapa pemerintah negara bagian mengoperasikan stasiun pemeriksaan. Jika mobil Anda gagal dalam pemeriksaan, Anda akan mendapatkan masa tenggang untuk memperbaiki atau commit to user membatalkan proses pemeriksaan dan mobil tidak dioperasikan lagi. Selain hal di atas, ada beberapa Negara yang melakukan uji emisi gas buang untuk mengendalikan polusi udara. Beberapa negara bagian juga melakukan uji emisi gas buang. Di California, kendaraan diuji ketika pertama dicatatkan dan ketika terjadi perubahan kepemilikan california adalah salah satu negara bagian yang menerapkan pelaporan mengenai kandungan asap guna pengendalian polusi udara. Di semua Negara bagian yang menerapkan uji emisi gas buang, uji emisi gas buang dilakukan secara periodik, rata-rata dua tahun sekali. Ketika kendaraan bermotor sudah lulus pemeriksaan uji emisi gas buang, kendaraan akan ditempeli sticker pada kaca mobil atau plat nomor. Prosedur Pemeriksaan Keselamatan Kendaraan Bermotor di Virginia dapat dijelaskan sebagai berikut : dalam www.vsp.state.va.us Prosedur pemeriksaan terdiri atas materi sebagai berikut: 1. Melepas stiker pemeriksaan yang lama 2. Membawa kendaraan ke dalam alat pengujian 3. Memeriksa rem 4. Memeriksa rem parkir 5. Memeriksa lampu utama 6. Memeriksa lampu tambahan 7. Memeriksa lampu isyarat 8. Memeriksa kemudi 9. Memeriksa ban 10. Memeriksa kaca spion 11. Memeriksa klakson 12. Memeriksa kaca depan 13. Memeriksa wiper kaca depan 14. Memeriksa sistem instalasi kelistrikan 15. Memeriksa etiket lisensi 16. Memeriksa penutup dan area di bawah penutup 17. Memeriksa sistem pengendalian polusi udara 18. Memeriksa tempat duduk pengemudi 19. Memeriksa sabuk pengaman 20. Memeriksa kerja kantong udara airbag 21. Memeriksa pintu 22. Memeriksa sistem bahan bakar commit to user 23. Memeriksa kerusakan lantai 24. Mengeluarkanmenerbitkan stiker. Di Irlandia, pengujian kendaraan bermotor disebut National Car Test NCT. Tes pertama sebuah mobil dilaksanakan saat mobil berusia 3,5 s.d. 4 tahun. Selanjutnya, dilaksanakan tiap dua tahun sekali. National Car Test atau NCT adalah suatu tes roadworthiness yang harus dilakukan terhadap semua mobil di Republik Irlandia. Tes pertama harus dilaksanakan saat mobil berusia antara 3,5 s.d. 4 tahun, tes kedua dilaksanakan pada saat mobil berusia antara 5 34 s.d. 6 tahun. Selanjutnya tes harus dilaksanakan setiap dua tahun sekali. en.wikipedia.orgwikiNatiomal_car_test NCT di Irlandia dilaksanakan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan aspek visual. NCT tersedia di 42 lokasi di Irlandia. Berbagai aspek yang diperiksa antara lain aspek keselamatan dan aspek visual. Aspek keselamatan meliputi ban, alat penahan goncangan, rem, dan emisi gas buang.Aspek visual meliputi ban cadangan, sabuk pengaman, dan lampu. C. KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR Dari definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja atau performance merupakan capaian atau hasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan targetsasaran yang telah ditentukan sebelumnya commit to user atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut. Sedangkan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah pembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Pengujian Kendaraan Bermotor, adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis laik jalan. Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Pengelolaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah sejauh mana kemampuan Dinas Perhubungan, Informaika, dan Komunikasi dalam melakukan serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa bagian- bagian kendaraan bermotor dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis laik jalan, dan kemampuan dalam menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan pengujian kendaraan bermotor dalam jangka waktu tertentu khususnya tentang pengelolaan pembayaran terhadap pelayanan pengujian kenaraan bermotor. Dalam penelitian mengenai kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor penulis menggunakan indicator yang digunakan commit to user sebagai tolak ukur kinerja. Indicator tersebut antara lain yaitu: tangible, responsivess, responsibility, dan accountability. Secara rinci beberapa indicator yang digunakan dalam pengukuran kinerja di Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut : 1. Tangible ketampakan fisik Tangible merupakan ketampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. Ratminto Atik, 2005:175 . Tangible atau wujud fisik digunakan sebagai tolak ukur yang penting untuk menentukan kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor, karena dalam proses pengujian kendaraan bermotor tidak terlepas dari sarana dan prasarana. Tangible atau wujud fisik ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti misalnya kelengkapan peralatan uji, lokasi pengujian yang luas dan nyaman, serta berbagai fasilitas lain yang berhubungan dengan pengujian kendaraan bermotor. 2. Responsiveness responsivitas Responsivitas merupakan daya tanggap yang dimiliki suatu organisasi terhadap suatu permasalahan. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan commit to user dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas menurut Agus Dwiyanto, dkk dalam operasionalisasinya dijabarkan menjadi beberapa indikator yang meliputi : 1 Terdapat tidaknya keluhan pengguna jasa selama satu tahun terakhir; 2 Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa 3 Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang; 4 Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa; 5 Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku. Agus Dwiyanto, 2006: 63 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa responsivitas berarti kemampuan dari Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari masyarakat, dalam hal ini responsivitas ditunjukkan dengan seberapa besar daya tanggap pegawai dalam menyikapi keluhan dari masyarakat dalam melakukan proses pengujian, misalnya berkaitan dengan kelengkapan peralatan uji maupun sarana prasarana lain, serta bagaimana sikap pihak Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor dalam melakukan pengujian sehingga tercipta pelayanan yang memuaskan. commit to user 3. Responsibility responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. Agus Dwiyanto, 2006:50. Responsibilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik yang dilakukan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan atau sesuai dengan kebijakan yang ada. Responsibilitas di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi perlu di ukur karena sering dijumpai adanya kendala dalam proses pengujian adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak memenuhi syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar dinyatakan lulus uji. Sehingga apabila kendaraan yang seharusnya tidak memenuhi syarat layak jalan tapi dinyatakan lulus uji maka dalam kinerjanya Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi kurang responsibilitas karena telah melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. commit to user 4. Accountability akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa jauh penyelenggaraan pelayanan public dapat dipertanggungjawabkan secara langsung atau tidak kepada public, maupun kepada pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari seberapa besar tingkat pertanggungjawaban pihak Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor baik kepada Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai pemberi wewenang maupun kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor sebagai subyek retribusi. Selain itu akuntabilitas juga dilihat dari seberapa jauh pelaksanaan kegiatan pengujian kegiatan bermotor sesuai dengan acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi di Seksi Pengujian Kendaran Bermotor dalam proses pengujian kendaraan bermotor. Dalam peneltian ini akuntabilitas perlu diukur untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo sesuai dengan peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Sesuai dengan prosedur yang tertera dalam Perda Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebelum melakukan pengujian para pemilik kendaraan harus melengkapi persyaratan uji, seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor STNK, Surat Persetujuan Izin Trayek SPIT, Surat Registerasi Uji Tipe SRUT, dll. Apabila pemilik kendaraan bermotor tidak melengkapi persyaratan uji commit to user kendaraan maka pihak dari Dishubinfokom tidak diperbolehkan melakukan pengujian, karena sesuai prosedur pemilik kendaraan harus melengkapi persyaratan uji terlebih dahulu. Hal ini merupakan salah satu wujud akuntabilitas Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo terhadap Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai pemberi wewenang dan terhadap masyarakat. Beberapa indikator seperti tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas inilah yang nantinya akan digunakan oleh penulis dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. D. KERANGKA BERPIKIR Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berpikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo menghadapi masalah tidak tercapainya target retribusi pengujian kendaraan bermotor di tahun 2008 dan 2009. Selain itu, kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian commit to user kendaraan bermotor juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam merealisasikan kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui melalui beberapa indikator, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tangible 2. Responsivitas 3. Responsibilitas 4. Akuntabilitas Indikator-indikator itu dipilih karena dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kinerja yang telah dilakukan sudah baik atau masih belum memenuhi kriteria. Tangible atau wujud fisik digunakan sebagai tolak ukur yang penting untuk menentukan kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengujian kendaraan bermotor, karena dalam proses pengujian kendaraan bermotor tidak terlepas dari sarana dan prasarana. Tangible atau wujud fisik ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti misalnya kelengkapan alat uji, lokasi pengujian yang luas dan nyaman, serta berbagai fasilitas lain yang berhubungan dengan pengujian kendaraan bermotor. Tingkat responsivitas Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat seberapa besar daya commit to user tanggap dan kepekaan Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi keluhan pemilik kendaraan bermotor, misalnya berkaitan dengan kelengkapan peralatan uji. Responsibilitas di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi digunakan untuk mengetahui kesesuain kegiatan dengan prinsip atau kebijakan yang ada. Hal ini penting untuk di ukur karena sering dijumpai adanya kendala dalam proses pengujian adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak memenuhi syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar dinyatakan lulus uji. Sehingga apabila kendaraan yang seharusnya tidak memenuhi syarat layak jalan tapi dinyatakan lulus uji maka dalam kinerjanya Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi kurang responsibilitas karena telah melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan akuntabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar pertanggungjawaban Dishubinfokom dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Bentuk pertanggungjawaban dilakukan terhadap Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai pemberi wewenang dan terhadap masyarakat pemilik kendaraan bermotor sebagai subyek pengujian kendaraan bermotor. Dengan beberapa indicator tersebut diharapkan penulis bisa mengukur kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. commit to user Kinerja Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo: 1. Tangible 2. Responsivitas 3. Responsibilitas 4. Akuntabilitas Kerangka berpikir dari kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ini dapat dilihat dari gambar 2.1. sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Faktor Internal Faktor Eksternal Tidak Tercapainya Target Retribusi Tahun 2008-2009 commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Analisa Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) UPTBalai Pengujian Kendaraaan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember

0 13 7

Analisa Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) UPT Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember

7 44 16

ANALISA KUALITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (PKB) UPT BALAI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER

1 8 16

i ANALISA KUALITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (PKB) UPT BALAI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER

0 6 15

EVALUASI KINERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SRAGEN

7 66 139

Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika di Kabupaten Ciamis | Nurholis | DINAMIKA 502 1961 1 PB

0 0 8

PENGARUH KINERJA PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MAMUJU UTARA | Roniwati | Katalogis 6542 21709 1 PB

0 0 11

LAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN PATI

0 0 19

A. PENDAHULUAN - PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR KELILING OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DI KABUPATEN CIAMIS

0 0 8

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SLEMAN - STIE Widya Wiwaha Repository

0 0 91