Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
TABEL 3.11 PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI
KOEFISIEN KORELASI Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah 0,20
– 0,399 Rendah
0,40 – 0,599
Sedang 0,60
– 0,799 Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Sumber: Sugiyono 2010:62
3.2.9 Uji Asumsi Klasik
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan regresi linier berganda sebagai alat untuk menganalisis pengaruh
variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas:
3.2.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS
Statistical Product and Service Solution. Untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak digunakan cara membaca interprestasi grafik yaitu
data berdistribusi normal jika semua pencaran titik-titik yang diperoleh berada disekitar garis lurus. Untuk menguji normalitas data dengan SPSS, maka lakukan
langkah-langkah berikut : 1.
Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2.
Pilih menu berikut ini, Analyze, Descriptives Statistics, Explore misalnya Kolmogorov
–Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah: H
: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H
1
: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
GAMBAR 3.1 OUTPUT UJI NORMALITAS
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar disekitar garis lurus, sehingga dapat disimpulkan semua populasi berdistribusi normal. Untuk
menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut. 1.
Tetapkan taraf signifikansi uji α = 0.05
2.
Bandingkan α dengan taraf signifikansi yang diperoleh
3.
Jika signifikansi yang diperoleh α , maka sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal 4.
Jika signifikansi yang diperoleh α , maka sampel bukan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal
3.2.10 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Umi Narimawati 2008:5 pengertian analisis regresi linier berganda yaitu: “Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval”.
Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Menurut Sugiyono 2010:277 adalah sebaga i berikut:“Analisis yang
digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen kriterium, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor dimanipilasi dinaik turunkan nilainya”. Menurut Sugiyono 2008:277, persamaan analisis regresi linier berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1 X
1
+ b2 X
2 Sumber: Sugiyono 2010:192
Keterangan: Y
= Variabel tak bebas Loyalitas Pelanggan a
= Bilangan konstanta
b1, b2 = Koefisien arah regresi
X
1
= Variabel bebas variasi produk X
2
= Variasi bebas switching barrier
Sumber: Sugiyono 2010:279
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.
3.2.10.1 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama
variabel independen maka konsekuensinya adalah: +
+
Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
a Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. b Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang
mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance
Inflation Factors VIF .
Sumber: Gujarati 2003:351
Dimana R
i2
adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas X
i
terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas
Gujarati, 2003: 362.
3.2.10.2 Uji Heteroskedastisitas
Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien- koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang
atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus
dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank
Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing
variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual error ada yang signifikan,
Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas varian dari residual tidak homogen Gujarati, 2003: 406.
Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah
terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.2.10.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari
observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang
diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson D-W:
Sumber: Gujarati 2003:467
Yuke Luviana, 2014 PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SWITCHING BARRIER TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin- Watson:
a Jika D-W dL atau D-W 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat
autokorelasi b Jika dU D-W 4
– dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi
c Tidak ada kesimpulan jika : dL £ D-W £ dU atau 4 – dU £ D-W £ 4 – dL
Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.
3.2.11 Koefisien Determinasi r