30 dipentas politik nusantara, pada akhirnya nakhoda kepartaian sebagai trah
Presiden Soekarno diambilalih oleh putrinya Megawati Sokernoputri dengan mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam rangka melanjutkan
dan menghidupkan ideologi dan cita cita Soekarno. Varian kedua adalah Santri, kelompok ini menekankan pada aspek aspek islam demi menegakkan dan
menjunjung tinggi syariat agama, kelompok ini diidentikkan sebagai saudagar atau pedagang dipasar pasar, pada saat Pemilihan Umum Kelompok Santri
biasanya memiliki kecenderungan untuk memilih Partai Islam sebagai sebagai sarana menyalurkan aspirasi politik mereka, Partai Masyumi dan NU menjadi
pilihan ideal bagi varian ini. Namun, dinamika politik di Indonesia memaksa Partai Masyumi dan NU membubarkan diri atau lebih tepatnya dibubarkan oleh
Pemerintah yang sedang berkuasa saat itu demi menjaga dan mempertahankan kekuasaan status quo. Berkat kader kadernya yang militan, kini ideologi Partai
Islam tersebut ada pada PPP, kemudian muncul dan berkembang pula PKB serta PAN. Varian terakhir adalah Priyayi, kelompok ini merupakan kelompok elit
ditengah tengah masyarakat Mojokuto saat itu, Priyayi merupakan kaum birokrat teknokrat yang bekerja dikantor kantor ataupun instansi pemerintahan, didalam
Pemilihan Umum Varian Priyayi biasanya menjatuhkan pilihan politik pada Partai Golongan Karya Golkar.
3.2 Partai Politik Di Indonesia Dari Masa Ke Masa
Berkembangnya sistim Demokrasi di Indonesia menjadikan sebuah keniscayaan munculnya berbagai macam Partai Politik. Keberadaan Partai Politik
tersebut tentunya mewakili aspirasi berbagai elemen masyarakat dan membawa visi dan tujuan tertentu bagi bangsa dan negara, mulai dari Partai gurem hingga
Partai besar dan memiliki basis massa grass root kuat dipelosok negeri. Partai politik merupakan pilar utama dalam penegakan demokrasi yang efektif.
Partai Politik
peserta Pemilihan
Umum yang
pertama kali
diselenggarakan, yakni pada tahun 1955 diikuti oleh Partai Nasionalis Indonesia, Partai Masyumi, NU dan PKI. Sedangkan pada saat Pemilihan Umum tahun 1971
pesertanya semakin bertambah, muncul Partai PSII, Parmusi dan Parkindo. Pada
31 saat Pemilihan Umum tahun 1999, Pemerintah sempat mengeluarkan peraturan
yang menyatakan bahwa harus adanya pembatasan atau peleburan jumlah Partai Politik, sehingga peserta Pemilu saat itu hanya tiga Partai Politik, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan PPP, Partai Golongan Karya Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP. Namun dinamika politik terus
berkembang, karena peraturan pembatasan jumlah Partai Politik dianggap mengebiri kebebasan berkumpul, berserikat dan berpolitik akhirnya peratuan
tersebut ditinjau ulang. Tabel III.1 Partai Politik Peserta Pemilu Indonesia
No Partai Politik
No Partai Politik
1 Partai Nasionalis Indonesia PNI
29 Partai Pelopor
2 Partai Majelis Syura Indonesia Masyumi
30 Partai Golongan Karya Golkar
3 Partai Nahdlatul Ulama’ NU
31 Partai Persatuan Pembangunan PPP
4 Partai Komunis Indonesia PKI
32 Partai Damai Sejahtera PDS
5 Partai Sosialis Indonesia PSI
33 Partai Nasional Banteng Kerakyatan
6 Partai Musyawarah Indonesia Parmusi
34 Partai Bulan Bintang PBB
7 Partai Kristen Indonesia Parkindo
35 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
8 Partai Golongan Karya Golkar
36 Partai Bintang Reformasi PBR
9 Partai Demokrat
37 Partai Patriot
10 Partai Hati Nurani Rakyat Hanura
38 Partai Kasih Demokrasi Bangsa
11 Partai Karya Peduli Bangsa PKPB
39 Partai Indonesia Sejahtera PIS
12 Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia PPPI
40 Partai Kebangkitan Nasional Ulama’
13 Partai Peduli Rakyat Nasional PPRN
41 Partai Merdeka
14 Partai Gerakan Indonesia Raya Gerindra
42 Persatuan Nahdlatul Umah Indonesia
15 Partai Barisan Nasional PBN
43 Partai Serikat Indonesai PSI
16 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI
44 Partai Buruh
17 Partai Keadilan Sejahtera PKS
45 Partai Nasional Demokrat Nasdem
18 Partai Amanat Nasional PAN
46 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
19 Partai Perjuangan Indonesia Baru PPIB
47 Partai Katolik
20 Partai Kedaulatan PK
48 Partai Syarikat Islam Indonesia
21 Partai Persatuan Daerah PPD
49 Partai Murba
22 Partai Kebangkitan Indonesia PKB
50 Partai Perti
23 Partai Pemuda Indonesia PPI
51 Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
24 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme PNIM
52 Partai Indonesia Baru
25 Partai Demokrasi Pembaharuan PDP
53 Partai Kristen Nasional Indonesia
26 Partai Karya Perjuangan PKP
54 Partai Aliansi Demokrat Indonesia
27 Partai Matahari Bangsa PMB
55 Partai Kebangkitan Muslim Indonesia
32 28
Partai Republik Nusantara 56
Partai Ummat Islam
No Partai Politik
No Partai Politik
57 Partai Kebangsaan Merdeka
71 Partai Rakyat Djelata
58 Partai Demokrasi Kasih Bangsa
72 Partai Rakyat Sosialis
59 Partai Rakyat Demokrat
73 Partai Katolik Republik Indonesia
60 Partai Katolik Demokrat
74 Partai Rakyat Marhaen Indonesia
61 Partai Pilihan Rakyat
75 Partai Serikat Islam Indonesia
62 Partai Rakyat Indonesia
76 Partai Aliansi Demokrat Indonesia
63 Partai Politik Islam Indonesia Masyumi
77 Partai Abul Yatama
64 Partai Solidaritas Pekerja
78 Partai Kebangsaan Merdeka
65 Partai Republik
79 Partai Rakyat Demokratik
66 Partai Cinta Damai
80 Partai Katolik Demokrat
67 Partai Daulat Rakyat
81 Partai Pilihan Rakyat
68 Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia
82 Partai Nasional Bangsa Indonesia
69 Partai Umat Muslimin Indonesia
70 Partai Nasional Bangsa Indonesia
Sumber: Komisi Pemilihan Umum 2014 Partai Politik di Indonesia atas dasar penyambung lidah rakyat atau
mewakili kepentingan kepentingan rakyat, mulailah kembali menjamur Partai Politik disana sini. Hasil Pemilihan Umum tahun 2004 menggemparkan jagad
perpolitikan nusantara, hal tersebut disebabkan pemenang Pemilu adalah Partai seumur jagung alias Partai yang baru berdiri, yaitu Partai Demokrat yang
digawangi oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dan kemudian menjadi Presiden ke enam Republik Indonesia.
Menurut Kirbiantoro dan Dody Rudianto 2009 menyatakan bahwa Partai Politik merupakan bagian paling penting dan paling berkesempatan dalam
rangka mewujudkan perubahan. Jika dipandang dari teori sosial, perubahan itu sendiri sejatinya terbagi menjadi dua, yaitu Top Down yang berarti perubahan
berawal dari pihak pemerintah atau pemangku kebijakan, terkadang tanpa melihat kebutuhan yang sebenarnya dalam masyarakat. Kedua adalah Bottom Up, yang
berarti perubahan diawali dari gerakan atau arus bawah masyarakat. Partai Politik sudah seharusnya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat demi
mewujudkan perubahan. Jika seandainya sebuah Partai Politik tidak menjalankan Pendidiakan Politik bagi Basis Massa atau Konstituennya, maka dapat dipastikan
33 bahwa Kaderisasi dalam tubuh Partai tersebut juga akan mengalami kemandegan
dimasa yang akan datang. Sehingga yang muncul diranah publik adalah kader instan yang tak faham terhadap akar ideologis Partainya.
3.3 Partai Politik Dan Ideologi