1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari, karena dengan bahasa seseorang dapat menyerap berbagai informasi dan
pengetahuan dari seluruh penjuru dunia yang tertuang baik dalam media cetak maupun media elektronik, sehingga wawasan dan pola pikir seseorang pun dapat
berkembang. Dalam mempelajari bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing,
seseorang dituntut untuk menguasai empat keterampilan yang merupakan salah satu syarat agar seseorang dapat secara aktif menggunakan bahasa tersebut. Empat
keterampilan tersebut adalah mendengar Hörverstehen, berbicara Sprechen, membaca Leseverstehen, dan menulis Schreiben.
Untuk menguasai keempat keterampilan tersebut, maka pembelajar dituntut menguasi tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan, karena dengan
penguasaan tata bahasa yang baik seseorang akan dapat menyampaikan pikirannya atau gagasannya dalam urutan kata yang teratur dan benar, sehingga
lawan bicara dapat memahami informasi yang disampaikan dengan baik. Salah satu unsur tata bahasa yang harus dikuasai adalah Konjunktion yang dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah konjungsi atau kata penghubung yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa atau klausa dengan klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Kata penghubung termasuk ke dalam
kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Kata ini terbagi ke dalam beberapa kelompok dan salah satunya ialah kata penghubung
korelatif. Dalam bahasa Jerman kata penghubung korelatif ini dikenal dengan istilah zweiteilige Konjunktion.
Dalam proses pembelajaran, pembelajar terkadang mengalami kesulitan dalam menyusun kata atau mengurutkan kata Wortstellung di dalam kalimat
bahasa Jerman yang menggunakan kata penghubung korelatif. Mereka masih dipusingkan dengan bagaimana menempatkan kata yang benar dalam kalimat
yang menggunakan kata penghubung korelatif, karena urutan kata atau susunkata yang benar dalam kalimat dapat menentukan makna kalimat itu sendiri. Kata
penghubung korelatif memiliki sifat positif atau negatif, alternatif, dan pertentangan. Contohnya:
1. a. Wir sind nicht nur Rad gefahren, sondern wir haben auch Spaziergänge
gemacht. b. Nicht nur sind wir Rad gefahren, sondern wir haben auch Spaziergänge
gemacht. 2.
a. Diese Leute sind weder sympathisch, noch sind sie bereit uns zu helfen. b. Weder sind die Leute sympathisch, noch sind sie bereit uns zu helfen.
Pada contoh kalimat no. 1 dapat dilihat bahwa penggunaan kata penghubung korelatif ’nicht nur – sondern auch’ menandai pertalian semantik
penjumlahan penegasan atau dalam bahasa Jerman disebut juga dengan doppelte Aufzählung, yang menandai bahwa seseorang dalam satu waktu dapat melakukan
dua kegiatan sekaligus. Sementara pada contoh kalimat no. 2, kata penghubung
korelatif ’weder – noch’ memiliki makna negatif ganda atau dalam bahasa Jerman
dikenal dengan doppelte Negation. Makna yang terkandung dalam kalimat no.2
berarti orang yang menjadi subjek di atas tidak memiliki sifat simpati maupun penolong.
Dilihat dari urutan kata, letak kata penghubung korelatif pada kedua contoh kalimat di atas menunjukkan adanya perbedaan. Pada kedua contoh
kalimat di atas kata nicht nur dan weder pada elemen pertama dapat diletakkan baik sebelum kata kerja maupun setelah kata kerja. Sedangkan pada elemen kedua
kata sonder auch dan noch selalu berada di awal kalimat, akan tetapi terdapat perbedaan dalam penempatan posisi, kata sondern auch berada di posisi 0,
sementara kata noch menempati posisi I dalam kalimat. Selain itu, diduga kesulitan mahasiswa dalam penggunaan kata
penghubung korelatif juga disebabkan oleh ketidaktahuan mahasiswa bahasa Jerman mengenai penggunaan beberapa kata penghubung dalam memproduksi
kalimat yang bisa diganti dengan kata penghubung korelatif, yang membuat isi kalimat lebih beragam dan tidak membosankan untuk dibaca. Kata penghubung-
kata penghubung yang dapat diganti peranannya dengan kata penghubung korelatif, yaitu kata penghubung oder, sowie dan und. Penggantian peranan
penggunaan kata penghubung korelatif pada kata penghubung oder, sowie dan und dapat dilihat pada kalimat contoh sebagai berikut:
• Fisch oder Fleisch.
• Sie beherrscht fast alle europäische Sprachen sowie asiatische
Sprachen.
• Sie beherrscht fast alle europäische Sprachen und asiatische Sprachen.
Kalimat di atas dapat diganti dengan kata penghubung korelatif tanpa mengubah arti dan maknanya, yaitu menjadi:
• Entweder Fisch oder Fleisch.
• Sie beherrscht sowohl europäische Sprachen als auch asiatische
Sprachen. Ketidaktahuan pembelajar mengenai penggantian peran beberapa kata
penghubung dengan kata penghubung korelatif tersebut di atas, mengakibatkan mereka jarang menggunakan kata penghubung korelatif untuk memproduksi
kalimat secara lisan maupun tulisan. Kesulitan dalam memahami kalimat dengan menggunakan kata penghubung korelatif tersebut diduga juga disebabkan oleh
adanya perbedaan penggunaan kata penghubung dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Jerman. Salah satu cara untuk menghindari kesulitan tersebut adalah
dengan mengadakan analisis perbandingan. Bertolak dari persoalan di atas, penulis mencoba untuk menganalisis,
agar dapat mengetahui perbedaan dan persamaan penggunaan kata penghubung korelatif tersebut dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Dengan demikian
hasil analisis ini diharapkan akan memberikan suatu kemudahan dalam mempelajari dan memberi pemahaman tentang kata penghubung korelatif atau
zweiteilige Konjunktion dan berdampak pada pemanfaatan bahasa asing untuk komunikasi baik lisan maupun tertulis.
B. Identifikasi Masalah